Sabtu, 27 Februari 2016

PIGMEN SETIAP SENYUMMU



Bagaimana pun aku tidak bisa lupa dengan senyumanmu, disetiap aku bersamamu (dulu) aku tidak pernah kehabisan kata untuk selalu memuji kamu dan bisa melihat senyummu.

setiap buah memiliki  pigmen, pigmen itu zat, setiap warna itu berbeda pigmen. kamu yang suka sekali dengan hidup sehat dan selalu memperhatikan kesehatan dan kebersihan menjadikan itu sangat terlalu sempurna di benak pikirku.

setiap aku menemanimu berbelanja di pusat perbelanjaan ada satu hal yang tidak kudapatkan dari wanita manapun. kamu selalu menghitung dengan tepat semua yang berhubungan dengan angka dan kehidupan. bahkan untuk sekedar porsi yang kamu akan makan hari ini.

kulitmu yang tejaga membuat semakin merekah senyummu. karena memang pada dasarnya apa yang dijaga dengan baik maka hasilnya tidak pernah mengecewakan.

kemudian aku masih mengikutimu bukan di belakangmu, namun di sampingmu.

semenjak kepergian puspa ke jakarta untuk melakukan magang kerja dan penelitian tugas akhirnya, kedekatanku dengan vivi semakin hari menimbulkan makna. makna yang terpendam dan tidak bisa diungkapkan satu sama lain. karena satu sama lain saling menjaga.

menjaga perasaan yang dimana tidak akan lagi ada yang dikorbankan dan di relakan. cukup perasaan saja yang kita korbankan.

tentu kedekatan puspa dengan vivi juga terpampang di depanku dan aku adalah saksi hidup kedua sahabat ini saling memaafkan masa lalu yang kelam itu.

"mas, gimana sama uppa?"

pertanyaan itu akhirnya muncul juga.

setelah beberapa minggu ini aku lebih sering menikmati kopi di meja 22 itu dengan vivi, dan hanya menikmati malam serta curhatan nya tentang usaha keluarga nya yang semakin hari semakin berkembang itu. aku pikir dia tidak akan merusak kenyamanan ini menjadi kecanggungan yang luar biasa. dengan pertanyaan itu membuat ada rasa canggung yang selalu aku tidak ingin munculkan, muncul juga.

Menang komunikasi ku dengan puspa juga masih baik-baik saja, dan bahkan kami terkadang menghabiskan waktu bersama lewat jaringan.

kemajuan teknologi jaman sekarang membuat yang jauh semakin dekat dan terasa ttidak berjarak. tapi bagaimana pun 2 malam minggu terakhir dengan vivi mengubah sudut pandangku.

vivi yang berpikir sangat dewasa dan profesional membuat nya memang sangat berkarakter dan pantas menjadi pimpinan selanjutnya usaha keluarga yang dirintis oleh orang tuanya.

puspa juga sering membahas vivi, tentang kehidupan vivi yang begitu melankolis dan penuh perjuangan.

semenjak kepergian bapak dan ibunya yang mendadak, vivi adalah orang yang paling merasa kehilangan, si bungsu itu memang adalah anak yang paling sedikit menikmati masa nya dengan bapak dan ibunya. namun pembelajaran hidup dan didikan kakak-kakaknya membuat dia menjadi wanita yang ampai saat ini begitu profesional, bahkan untuk hal menyimpan perasaan dia tetap menjungjung tinggi rasa profesionalnya.

aku belum menjawab pertanyaanya tadi, hanya berhenti sesaat di rak buah dan sayur, melihat semua tertata rapi berdasar jenis dan pigmen yang sama. tapi berbeda dengan perasaan kita saat ini.

kemudian aku mengingat sebuah kutipan dari pemeluk agama kopi

"menyusuri langkah, belajar atas pertanyaan yang meragukan  kenyataan" --Ristretto21

dia masih memeilih-milih didalam rak itu, dia masih belum menemukan pigmen yang dia cari.

pigmen kuning dari karotenoid buah, yang menandakan buah itu metang karena reaksi pH yang dihasilkan sudah mencukupi untuk membuat setidaknya rasa dan tekstur buah berubah menjadi lebih lunak dan manis.

"kuning ini merupakan respirasi kerinduan karena perasaan yang sudah menguning" vivi mengambil buah mangga yang sedari tadi dia cari bagian kuningnya.

aku masih tidak ingin membuat suasan menjadi semakin canggung lagi atau bahkan bertambah canggung. sedangkan kamu sedari tadi masih salah tingkah sendiri menghadapi perasaan yang lain yang sudah mulai kita rasa.

"yuk mas, kita lanjut" 

"apa yang mesti dilanjutkan? kita belum memulai."

"apaam sih mas"

perbincangan kita pun sudah mulai terbawa suasana, tapi aku mencoba mengembilkan suasana yang tidak secanggung ini.

dia kembali tersenyum, senyum bibir tipis bergincu merah itu memancarkan pigmen merah, dimana senyum itu dapat mudah larut di hati siapa saja. bukan lagi senyum profesionalnya seperti biasa tapi senyum berasa ini menjadikan aku semankin paham bahwa wanita itu memang mudah di pahami tapi sulit di representasikan perasaannya itu.

tidak sesederhana itu, hanya saja sikap saling menghargai masih menjadi barier yang mungkin belum terobohkan hingga saat ini.

kami berjalan keluar dari supermarket menuju lantai bawah dari pusat perbelanjaan ini, ke arah parkir sambil berjalan santai berdampingan.

"kita mau kemana lagi kah ini" tanyaku

"kita ke coffe shop yuk mas, ada tempat baru yang lumayan asik kayaknya buat nikmati senja"

memang ini masih pukul 4 sore, saat tepat untuk menunggu senja,

lagi dan lagi senja menjadi labuan kisah serta cara menikmati kisah di pengujung hari

kami akhirmya sampai di kedai kopi bernuansa modern dengan suguan lagu sendu dan semua pandang ke arah barat tepat di bibir pantai losari.

kedai kopi baru ini terletak di sebuah hotel dan berada di lantai 3 dan seluruh bagian kedai tertutup hanya ada satu sudut pandang kaca yang langsung menhadap senja.

musik sendu alunan mendayu membuat kami saat ini duduk bersebelahan menghadap kaca bak sebuah teater matahari tenggelam dengan suguhan senja yang amat indah.

kami duduk sebelahan tepat pukul 5, lagu semakin membuat nan romantis suasa disini, kepala vivi kemudian tersandar di bahu kanan ku, tak kuasa aku untuk tidak menikmati senja seromantis ini



SEE YOU NEXT WEEK GAIS....





2 komentar: