Minggu, 15 November 2015

GEOGRAFIS DAN KOPI

credit by: andi uci

Sabtu Pagi itu aku harus berburu penerbangan menuju jakarta, entah hal apa yang harus kulakukan lagi untuk kesekian kalinya menghadapi kemarahanmu. aku gemetar dan sangat terburu-buru membayar tiket diloket terminal bandara sultan hassanudin makassar.

tiket penerbangan yang sangat pagi ini, 06.25 waktu indonesia timur, aku bahkan lupa untuk menyisir rambut dan memakai gel.

langkah ini sudah tak kuasa untuk sampai di jakarta. menemui kamu yang sedang tak enak hati kepadaku, masalh kita yang sudah berbulan bulan lalu dengan hal yang sama membuat aku selalu bingung dan selalu tidak tau harus berbuat bagaimana lagi. kali ini aku harus benar-benar memperjuangin hubungan ini.

konflik demi konflik terus terjadi seusai kita benar-benar sah terpisah geografis. aku selalu termotivasi jika sebuah masalah dalam hubungan akan selalu mendewasakan. namun masalah itu terlalu datang dnegan bertubi-tubi. ditambah masalah pekerjaan kita yang selalu menjadi beban pikiran.

aku hanya takut kehilang dia, aku selalu ingin mengalah agar dia tidak terlalu berapi api emosinya.

jika laki-laki selalu salah mengapa wanita tidak pernah mencoba untuk memberikan evaluasi kepada laki-laki.

kecerobohan ku yang sudah dikenal sejak dulu olehnya selalu menjadi hal yang paling cepat membuat dia marah akhir-akhir ini.

pagi ini aku masih terlalu lelah, perjalan panjang yang sudah kutempuh setelah tugas dari ujung sulawesi tak mampu menahan dan menjadikan alasan untuk tidak pergi ke jakarta menemui mu yang sedang berapi-api di sana.

tiket sudah ditangan, langkah terburu-buru, dengan tas yang hanya berisi 2 kaos dan satu celana pendek, aku nekad ke jakarta menerjang keterbatasan dan kelelahan yang sudah tertupuk dalam raga ini.

perdebatan kita tadi malam mebuat aku tak bisa tidur semalaman. pesan yang kuketik berkali-kali dan berulang serta panjang lebar tak mampu memberikan penjelasan dan peredam amarahmu.

aku bahkan sampai lupa apa alasan kita berdebat panjang dan berselisih dari kemarin, bahkan sebenarnya kamu pun kuyakin pasti tidak tau kenapa kamu marah kepada ku.

sekarang yang kutahu adalah aku harus segera ke jakarta menemuimu.

**

panggilan boarding sudah menyeruh di setiap ruangan tunggu pagi ini, tertera nomor penerbangan dengan tujuan jakarta. aku pun masuk dengan pikiran sudah tak disini lagi. yang akan kupikirkan selanjutnya adalah bertemu dan menjelaskan apapun yang ku bisa ucapkan kepada kamu.

penerbangan berdurasi 2 jam ini akan terasa sangat mencemaskan, bukan karena cuaca yang buruk namun ini akan firasat buruk petikaian kita. aku hanya takut petikaian kita ini bukan karena keegoisan atau kesalapahaman, aku hanya berpikir akan ada orang lain di antara kita.

terlalu banyak aku menggambil hipotesis untuk masalah kita ini. kamu yang terlalu keras kepala membuatku selalu tak bisa berpikir jernih dalam setiap pertikaian. 

mungkin segelas kopi yang baru saja disuguhkan di pesawat oleh pramugari ini masih panas dan belum hilang habis uap nya, aku pun ingin sedikit menenangkan pikiranku yang sedari tadi itu melulu tentang kamu. 

kuangkat gelas ini dengan tangan yang gemetar, gemetar yang tiba tiba muncul akibat hipotesis yang terlalu banyak membuat tak sampai ujung gelas ke mulutku dan tertumbah di meja kursi depanku. memang tidak terlalu banyak tertumpah namun gelas berbahan kertas tebal itu sudah kehilangan volumenya yang hampir setengah dari seluruh volume kapasitas gelas. 

sebegitunya aku terlalu gemetar dalam menyikapi kemarahanmu. 

kembali pramugari itu menggati kopiku yang tertumpah dengan gelas baru dan isi yang baru.  

pramugari yang  terlihat masih muda sekali itu begitu baik sekali untuk ukuran orang yang sedang dilanda gundah atas kemarahan yang terpisah geografis ini. 

kembali kuraih gelas dari tangan pramugari itu, tangaku masih gemetar terlihat jelas sekali, dan akhirnya tanganku dan tangan pramugari yang putih bersih itu bertemu hingga gelas kopi itu tertata diatas meja kursi depanku. aku masih sangat biasa dengan kejadian ini. karena dipikiranku dipenuhi indri.

pramugari itu masih melihatku namun tatapanku tertuju diatas gelas kopi dan tangan kami yang bertemu diatas meja kursi pesawat dan di selimuti hangat kopi yang tersaji dan baru saja diberikan untuk mengganti kopiku yang tadi sudah jatuh. 

aku melihat plat nama yang ada di dada pramugri itu, pramugari berkulit putih berwajah kalem itu bernama indah, tinggi yang semampai dan senyum ramah khas menjamu para pernumpang selalu terpasang. 

memang sudah tugas dia dalam pesawat memberikan kenyamanan yang penuh kepada penumpangnya. namun aku yang kali ini sedikit menjadi beban ektra pramugari masih belum bisa merasakan pelayanan yang baik dari awak kabin pesawat ini. 

pikirann yang sudah jelas jelas tak melekat di ragaku masih menjadi alasan tanganku gemetar hebat ini.

"hati yang riuh, akan kehilangan cara untuk menjernih dan mengendap" pramugari itu berbisik lirih sembari kopi sudah pas terletak dimejanya

pramugari itu begitu tau bagaimana caranya memberikan sapaan yang bagus dan baik untuk penumpangnya. namun ini bukan sapaan ini sebuah kata emas yang keluar dari mulut pramugri cantik yang baru saja membantuku dan memberikan kopi ku kembali.

dia seolah tahu penumpangnya ini begitu berantakan dengan lika liku hubungan geografis yang tak punya gravitasi. 

ya tak punya gravitasi yang artinya bisa jatuh kapan saja dan dimana saja, bsia juga dibuat melayang seperti diruang hampa yang sudah menjauhi atmosfernya. 

begitu damainya kata itu kelaur dari mulut manisnya pramugari itu, senyum yang ramah itu meneduhkan dan mengendapkan sedikit masalahku yang begitu keruh kurasa. namun senyum dan kata nya tadi membuat aku sedikit tenang dan kehilangan gemetarku yang ada di tangan, sehingga aku tau kopi ini akan bisa membuat aku bisa sedikit relax untuk menghadapi masalah ini.

pramugari itu kulihat sedah menjauh dari deret bangku kosongku. menjauh tapi masih bisa kulihat, 

aku hendak ingin mengucapkan sedikit kata terima kasih kepadanya karena baru saja aku bagun dari kegelisahanku. 

entah kenapa aku berpikir dia adalah penikmat kopi juga sama sepertiku. sehingga kata-kata nya tadi begitu menenangkan dan membuka mata dari gelapnya kegelisahan. seperti kafein yang begitu teduh serta gurih. 

tak sampai benar benar habis kopi ini, dan pikiran yang sudah mulai menjernih, pramugari itu datang melintas dan menghamipiriku kembali sekedar basa-basi menanyakan gelasnya bisa diangkat atau masih mau nambah coffe nya.

sesampainya tawaran itu berhenti pas dari mulut ramahnya itu, aku langsung bergegas mengucapkan terima kasih.

"terima kasih mbk indah sudah menjernihkan pikiran saya"

"iya pak, sudah menjadi tugas saya melayani para penumpang pesawat ini.." ucap nya tak panjang lebar namun tetap dengan aksen ramahnya yang tak hilang

kemudian ia berlalu dengan gelas kosong bekas kopiku tadi.

tak lama setelah itu pengumuman pesawat akan landing dari sang capten pesawat terdengar samar dari sound yang tepat berada diatas kepalaku.

**

sesampainya dijakarta,

langkahku keluar meninggalkan pesawat dan melewati pintu menuju garbarata masih kulihat indah berdiri dan menyapa para penumpang yang turun. kemudian giliranku yang disapa kembali oleh indah sebelum meninggalakan pesawat.

pintu kedatangan pun terbuka. aku segera bergegas mengambil taksi menuju kantornya indri, karena kutahu sabtu setiap akhir bulan dia selalu lembur untuk menyelesaikan laporannya.

waktu jakarta sudah menunjukkan jam 9 siang tapi walaupun  hari sabtu masih tetap saja jakarta macet.

kantor indri yang beradadi daerah super macet dan padat membuat pak supir taksi mengambil jalan pintas yang jaraknya bukan malah dekat malah semakin jauh namun dipastikan tidak terkena macet jakarta yang semakin tahun semakin menggila.

setelah hampir satu jam dari bandara di taksi ini, aku sampai tepat di kantornya indri.

jam sudah menunjukkan waktu setempat pukul 10.

aku  turun dari taksi dan langsung menuju lobi untuk menanyakan kepada receptionist ruangan indri dan memastikan indri betul-betul masuk kantor hari ini.

suasana lobi yang cukup sepi

resepsionis pun mnyuruhku untuk menunggu duduk di sofa tunggu yang berjejer berderet menghadap kearah jalan dengan ruang ac yang begitu nyaman untuk menunggu.

aku disuruh menunggu hingga jam istirahat, karena indri masih di ruangan dan sedang ada pertemuan rapat.

aku pun duduk santai hingga tak sadar aku terlelap tertidur mungkin efek kopi di pesawat tadi sudah hilang ditambah lelahku yang sudah menjenuh.

hingga tak dirasa waktu sudah menunjukkan jam 12 siang yang menandakan waktu istirahat telah tiba.

namun aku masih tertidur diatas sofa nyaman ini dan hanya aku sendiri yang menunggu hingga terlelap.

kemudian aku dibangunkan...

dan

SEE YOU NEXT WEEK GAIS

bersambung