Sabtu, 31 Desember 2016

TEMPAT RINDU YANG SAMA

sumber : JIWO

aku dan puspa masih duduk bersama menikmati susu hangat dan menikmati pemandangan yang cukup sejuk disini. sembari kami menunggu pesanan makanan soto mie bogor, puspa melihat-lihat kondisi sekitar. kami duduk di lantai atas duduk di pojok area terbuka menghadap ke bebukitan dan terlihat dibawah area bermain anak-anak. suasana puncak dengan udara sejuknya terasa disini.

aku terlalu merindukan ocit, itu alasanku sebenarnya mengajak puspa kesini, sebenarnya banyak tempat yang nyaman untuk sekedar menikmati udara puncak tapi ini tempat cukup nyaman untuk sekedar menikmati kenangan.

aku terbawa suasana memang dengan rindu ini.

cukup lah dengan susu hangat ini mewakili salam rindu yang hangat setidaknya tersirat dan tidak berani kuutarakan langsung kepada dia yang jauh disana. yang dulu sering sekali mengisi waktu ku.

puspa kembali dari bawah, melihat-lihat tempat ini, berjalan ke area bawah tempat bermain anak dan menikmati bebukitan.

"mbak bagus ya"

aku kemudian kaget

"eh kamu udah dari bawah"
"mbak kenapa sih kok jadi ngelamun aja, gak asik ih"
"enggak apa-apa kok"
"ah bohong, pasti mbak rindu sama seseorang"

aku tidak bisa memungkiri hal tersebut, rinduku sudah terlalu menumpuk dan aku mengunjungi tempat-tempat yang semakin mebuat rinduku menguat. dia yang masih ada di hatiku begitu baik ku tinggalkan, memang benar ya penyesalah selalu datang di akhir.

"iya mbak rindu dek"
"rindu siapa sih? orang nya di mana? biar  aku hubungin dia" puspa terus memaksaku.
"udah dek gak apa apa kok"
"ini nih, aku juga cewek mbak, kalau udah ngomong gak apa-apa tapi masih ngelamun berarti ada apa-apa itu, ayolah mbak. cerita, sebenarnya siapa itu ocit dan dia ada dimana sekarang?" puspa terus memaksaku.

"oke deh, kamu kan tau si ocit ada di makassar"
"tapi nama sebenarnya dia siapa mbak? biar nanti ku bantu cari dan kusuruh mas buat bantu juga"
"nama nya yudhasena"

kemudian si puspa kaget, entah apa yang membuat kaget, setelahitu beberapa menit dia diam, dan aku juga semakin bertanya-tanya kenapa dia tiba-tiba diam sedangkan tadi dia memaksaku untuk mengatakan apa penyebab kegalauan ku. tak lama kemudian puspa mengambil handphone yang dia taruh di atas meja, kemudian dia seperti mengetik pesan singkat dan mengirim ke seseorang.

"dek kok jadi kamu diam? kamu kenapa? kamu kenal yang namanya yudhasena?"
"iya mbak aku kenal, dan kenal banget sama dia"

kali ini tatapan puspa kepadaku begitu dalam, aku masih belum mengerti arti tatapannya itu.

"kamu udah menghubungin mas mu?"
"iya udah mbak, malahan ini tadi aku minta bantuan dia kok"
"minta bantuan nyari yudhasena? mas mu kenal sama yudhasena?"
"bukan mbak, tunggu mbak, nanti semua akan terjawab"

tak beberapa lama handphone puspa berbunyi, setelah itu dia meletakkan handphonenya di meja dan mengeraskan suara telpon nya.

"assalamualaikum" dari ujung telpon itu, sepertinya aku tidak asing dengan suara itu.
"dekk, kenapa kok nyuruh aku telpon?" masih terdengar dari ujung telpon tersebut suara seorang laki-laki yang sangat akrab di telingaku. namun puspa masih diam saja.

"dek, kok diem aja? tumben? kamu gak apa-apa kan?" suara laki-laki diujung telpon tersebut masih terdengar menunggu balasan suara dari pemilik telpon. aku masih heran saja kenapa puspa tidak mau berbicara, jelas-jelas laki-laki ini menyapa dia dan begitu perhatian dengannya.

"dek, kenapa kamu gak jawab?" tanya ku penasaran.

setelah itu tidak ada suara dari ujung telpon itu.

"mbak pasti kenal betul dengan orang di ujung telpon itu" jelas puspa.
"aku memang tak asing dengan suara di ujung telpon itu, tapi aku tidak mau menduga takut aku salah, memang siapa itu dek?"
telpon masih menyala, masih ada orang diujung telpon itu. belum ada respon berikutnya, pasti dia masih mendengar pembicaraan ini.

"orang yang kita rindukan sama mbak, kita bermuara pada satu rindu yang sama"
"maksutmu? aku masih belum mengerti.. coba jelaskan"
"iya mbak benar, itu adalah mas yudha"
"kammu serius?"
"iya aku yudha ndi" suara itu dari ujung telpon

sebetulnya aku sangat bahagia mendengar suara yudha kembali, ocit yang kurindukan itu. tapi sejujurnya aku tidak enak hati dengan puspa. aku merindukan orang yang saat ini melabuhkan rindu nya. ada kebahagiaan sekaligus kecemburuan yang memerah ada didepanku.

"dek, kamu kenapa diem aja sih?" suara yudha dari ujung telpon itu.
"sudah yudh, mending kamu matikan dulu telponmu, aku akan berbicara dengan puspa dulu."

telpon tersebut kemudian tertutup. kemudian puspa mengambil nafas panjang.

"mbak maaf aku sedikit emosi tadi"
"kamu kenapa kalo lagi marah kayaknya kamu bakal serem ya"
"maaf mbak, aku hanya gak percaya aja, nemuin masalalu mas dengan gak sengaja, dan mbak cerita dan mbak membahas orang yang sama, mbak merindukan orang yang sama denganku"
"iya ya, kenapa bisa begini ya"
"iya mbak mas dulu pernah cerita banyak tentang mbak, mas juga dulu sangat merindukan mbak, cuman akhirnya mas kecewa mbak meninggalkannya begitu aja"
"iya aku memang salah, tapi bagaimana dia bisa memilihmu?"
"aku juga bingung kenapa aku bisa sampe sekarang sama mas, dia gak pernah nembak aku secara langsung sih, cuman yang deket aja"
"aku tadai sampe takut loh ngelihat kamu yang kayaknya hampir marah"
"yah memang mbak, aku takut kehilangan mas yudha, dia udh baik banget sama aku dan tulus, walaupun aku sebenarnya sadar bahwa mas memang masih belum benar-benar bisa ngelupain mbak"
"apa benar ocit masih mengharapkan ku? aku rasa dia sangat memperhaitikan kamu betul, dan kamu juga sepertinya begitu juga, lantas kamu masih mengira ocit akan kembali lagi menemuiku?"
"sepertinya dia akan mencoba untuk kembali ke mbak, aku bisa merasakannya mbak, kita perempuan pasti akan mengkhawatrikan hal itu, itu wajar mbak"
"lantas apakah dia masih mau dengan ku yang sudah meninggalkan nya begitu saja."
"aku hanya khawatir mbak" jelas puspa dengan mata yang mulai berair
"sudahlah dek, kamu jangan khawatir berlebihan, aku memang merindukan ocit, tapi tetap saja mas yudhasena sudah memiilih kamu. jagan pernah kamu sia-sia kan dia"
"kenapa mbak begitu ikhlas dengan melepas rindu mbak begitu saja?"
"karena aku sekarang tahu dia berada di orang yang tepat"

aku sebenarnya masih sangat mengharapkan yudha kembali padaku, namun sosok puspa membuatku sadar bahwa memang orang yang tulus akan bertemu dengan tulus, mungkin memang waktu itu sudah aku sia-siakan dia dan kemudian waktu bergulir dimana aku kemudian menyesal melepas dia. tapi rasa penyesalan itu kemudian menjadi buliran ombak yang akan kembali kelaut dan menjauh dari daratan. mungkin sudah saat nya aku memilih untuk meninggalkan yudha, namun bulir ombak tidak akan melupakan daratan dan pastinya akan merindukan akan daratan lagi mungkin daratan yang berbeda yang siap menerima nya.

aku dan puspa pun menyepakati itu, aku merelakan yudhasena. oh bukan maksutku aku merelakan rinduku untuk tidak lagi mengharapkan labuan yang sama dengan orang yang sudah tulus menemani dia yang terpuruk karenaku.


Sabtu, 03 Desember 2016

RINDU YANG TERUNGKAP (PART V)


Semakin malam hari ini, semakin rentan juga perasaan ini terbawa dinginnya malam, kemudian kami memutuskan untuk kembali ke hotel karena besok pagi kami ingin ke puncak atau jalan jalan ke kebun teh.

sekitar hampir tengah malam kami sampai di hotel, dijalan pun kami membeli beberapa minum segar untuk dinikmati di hotel sembari cerita dikasur.

memasuki kamar hotel kami masing-masing sibuk membersihkan diri kami masing-masing, biasalah seorang perempuan selalu banyak keperluannya.

sesudah itu kami rebahan di kasur dan masih saling becanda namun puspa masih sibuk menghubungi kembali si mas untuk sekedar menyampaikan kabar setelah hampir seharian handphone kami sepakati untuk di matikan.

setelah itu kami rebahan dan hendak memulai cerita yang akan mengisi malam kita ini.

ceritanya akan membawa perasaan tentunya.

aku sedari tadi menunggu puspa selesai menghubungi si mas nya dan melanjutkan malam kami dengan bercerita.

Namun, aku tak sadarkan diri. menempel di bantal sembari rebahan memuat aku tertidur duluan. tidak hanya malam ini saja, dulu ketika aku masih dengan ocit aku seringkali tertidur ketika kita sedang menikmati malam minggu kami menghabiskan lewat jaringan udara. ketika ocit sedang asik bercerita tentang kegiatan nya disana aku mendenger sembari rebahan di kasur rumah dan aku tertidur hingga pagi-pagi bangun handphone dan earphone nya masih menempel di telinga.

Pagi telah tiba

aku terbangun tepat jam 5 subuh waktu bogor, terlihat puspa masih tertidur disampingku. entah tadi malam aku yang memang langsung tertidur atau puspa yang terlalu lama menelpon si mas. tapi sepertinya memang aku yang langsung tertidur.

aku mengambil air wudhu dan segera menyelesaikan sholat subuh ku. aku kemudian membangunkan puspa.

"dek, bangun... sholat subuh dulu" ku goyangkan pelan bahu puspa yang sedang tertidur.

puspa pun terbangun

"pagi mbak? jam berapa ini mbak?"

"masih sempet ya nyapa bangun tidur, udah jam 5 lebih ini, sholat dulu gih" aku pun pagi pagi senyum-senyum sendiri akibat ulah puspa yang kuanggap sangat menggelitik.

"iya mbak"

puspa menuju kamar mandi, aku pun mempersiapkan baju untuk jalan-jalan hari ini. setelan baju dan hijab biru sudah kupersiapkan. puspa sudah menyelesaikan sholat subuhnya.

"mbak mau mandi sekarang?"

"kamu dulu apa aku dulu?"

"udah mbak dulu aja ya, aku belum nyiapin baju sama beres-beres nih"

"yaudah kalo gitu, jangan tidur lagi ya?"

"ih apa sih mbak, iseng aja deh, enggak kok enggak"

aku kemudian menyelesaikan mandiku, setelah itu kami bergantian. puspa sudah merapikan barang-barangnya hingga tempat tidur pun juga dia rapikan.

"ih kenapa  kamu rapikan tempat tidur segala dek?"

"udah biar mbak, udah kebiasaan kalo pagi mbak"

Seharusnya kamar tidak usahh dibersihkan karena nanti petugas hotel pun akan membersihkannya. tapi ya sudahlah memang begitu rajin puspa dalam hal merapikan segala sesuatu.

setelah dia mandi, kami pun bersiap untuk sarapan. kami menuju ke restoran hotel untuk sarapan.

beberapa menu  tersedia, dan masih hanya beberapa meja saja yang terisi oleh tamu hotel. maklum sepagi ini kami sarapan, bahkan nasi goreng yang tersediapun masih terlihat asapnya mungkin baru selesai keluar dari wajan sang koki.

aku mengambil dua helai roti yang ku olesi dengan selai kacang dan hamburan sedikit coklat meses di atasnya, sedangkan puspa mengambil seporsi nasi goreng hongkong yang baru masak tadi.

"mbak aku mau pesen omlete, mbak mau juga gak?"

"boleh dek, aku ini mau ambil buah di ujung sana, kamu diambilin buah apa?"

"aku pepaya sama semangka aja mbak,"

selesai mengambil buah aku pun menuju meja ujung dekat dengan tempat air minum berada. puspa masih menunggu telur omlete matang, aku mengambil 2 gelas air putih untuk kami. tak lama kemudian puspa menuju meja, belum selesai duduk  dia melihat ada yang kurang.

"mbak mau jus dingin gak?"

"jangan jus dek, aku kopi aja deh"

puspa pun berubah pikiran, dia mengambil dua cangkir kopi panas untuk kami.

"loh gak jadi ambil jus kamu?"

"gak jadi deh mbak, aku mau kopi juga sama kayak mbak" dengan tersenyum lebar.

sarapan kami jalani, sibuk dengan makanan masing-masing sembari mengobrol membahas kejadian tadi malam. aku masih merasa bersalah meninggalkan dia tidur padahal kan harusnya kita menikmati malam minggu dengan bercerita. bercerita tentang orang yang aku rindukan.

sudah lama juga aku gak mau bercerita ke orang lain tentang masalaluku. tapi tidak hal nya dengan puspa, walaupun kami baru kenal dan umur dia juga lebih muda dari aku, entah kenapa aku ingin sekali bercerita untuk menikmati rinduku kembali dengan orang yang lama tidak pernah lagi menghubungiku atas permintaanku.

"dek aku masih gak enak tau tadi malam mbak tertidur gitu"

"ih gak apa-apa kali mbak, lagian tidurnya nyenyak banget, mau aku foto dan aku uplod tapi gak enak"

"ih awas kamu kalau mulai isengnya"

"enggak mbak becanda kok"

kami menyelesaikan sarapan kami setelah itu hal yang paling akhir yaitu kami menikmati kopi kami. pagi ini kopi kami tidak terlalu pahit, jenis kopi lokal dengan keasaman yang rendah serta porsi yang terlalu encer tidak begitu mengasamkan lambung kami pagi ini.

Setidaknya ini cukup untuk pagi santai kami yang akan kami habiskan dengan minkmati suasana puncak hari ini.

waktu hari ini sudah menunjukkan pukul 06.30 waktu bagian bogor, kami bergeges ke kamar untuk bersiap check out dan melanjutkkan perjalanan ke puncak sebelum terjebak arus macet.

tepat pukul 7 kami selesai dengan urusan check out dari hotel, kami menunju ke mobil dan melihat jalanan masih sepi.

menembus pagi berkendara dengan santai menikmati perjalanan bogor, melaju dengan kecepatan sedang melewati kota bogor yang dulu nya penah membawa kenanganku dengan ocit. kencan pertama kami sebelum kami memtuskan untuk jadian. waktu itu kami hendak menghabiskan waktu sabtu sore di puncak berdua.

selesai urusan proposal penelitian ku yang cukup menguras pikiran dengan ibu dosen pembimbing yang kritis mencoret-coret setiap lembar di proposal penelitian ku. aku waktu itu berangkat ke bogor sendirian dan bertemu dengan ocit  di bogor.

waktu itu aku ingat betul dengan motor bebeknya dia membawaku untuk menikmati bogor siang itu. langit bogor yang selalu mendung tak terduga memayungi kami. diatas motor bebek itu kami berjalan melewati mobil-mobil yang berparkir dijalan. keadaan yang cukup padat kearah puncak membuat banyak mobil yang seolah parkir di jalan. kami mengambil jalan-jalan tembus yang hanya bisa dilewati motor.

dipertigaan ciawi kami sudah mendengar kabar bahwa jalan sedang di tutup ke arah puncak. melewati jalan tikus akirnya kami sampai juga di pertigaan gadog. untuk motor kami bisa mengambil jalan pinggir melawan arah yang sedang dibuka satu jalur ke arah bogor. pelan namun pasti kami sampai di tempat tujuan kami, sebuah restoran bernuasa alam dengan sajian khas susu segarnya itu menjadi tempat persinggahan kami untuk istirahat dan menghabiskan waktu saja.

kami langsung memesan makan siang, aku memesan soto bogor dan dia memesan steak dan masing-masing dari kami memesan susu plain hangat.

"enak ya mbak minum susu hangat sambil menikmati udara segar di puncak?"

"iya dek enak, tapi bikin kangen tau"

"yaudah kita kesana aja yuk mbak.. aku pengen tau tempatnya"

"ih nanti mbak jadi baper kalo kesana"

"udah kan ada aku, anggep aja aku pacar mbak dulu"

"yaudah deh, kita kesana"

kami sudah di pertigaan gadog, kami masih pagi dan tidak terkena buka tutup jalan. kami sampai di restoran tersebut, tapi masih tutup. akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami ke kebun teh karena sepagi ini pasti masih sangat lancar, setidaknya siang nanti kami juga masih bisa turun ke restoran ini.

berjalan tidak sampai setengah jam kami sudah sampai di wilayah perkebunan teh, kami parkir mobil dan masuk ke kawasan kebun teh yang masih sangat sepi itu, ini belum genap jam 9 tapi masih sepi. aku dan puspa kemudian berkeliling sebentar dan sejenak berfoto-foto mengabbadikan moment.

Kami menemukan sebuah tempat yang mirip gazibu yang menjorok langsung ke kebun teh, kami kesana dan mengambil foto sembari aku merehatkan kaki ku setelah menyetir.

"bagus ya mbak? kalo aku tinggal di jakarta mah tiap sabtu minggu bisa-bisa kesini sama si mas"

"iya aku dulu juga nyesel kenapa aku dulu gak setiap weekend kesini"

"lah kenapa mbak? kan mas ocit bukan nya tinggal nya di bogor kan?"

"iya sih, tapi macetnya itu yang gak nahan, kebutaln aja ini gak macet"

"iya dong, kan bogor tau ada aku mau ke puncak jadi langsung gak macet"

"ihh iseng aja kamu, mbak cubit juga nih kamu, ngegemesin banget"

"mbak aku mau keliling bentar ya, mbak istirahat aja disini ya"

"yaudah tapi kamu jangan jauh-jauh ya"

"ok mbak"

gadis bugis itu kemudian berjalan meninggalkan gazibu dan berkeliling melihat ibu-ibu pemetik teh yang sedang memetik teh tak jauh dari tempat ini.

aku hanya berdiam diri dan melihat sekeliling kebun teh, menikmati udara segar dan sedikit mengenang masa lalu.

terlihat dari sini puspa sibuk melihat-lihat dan berbicang dengan ibu-ibu pemetik teh, terlihat begitu girang dan sangat antusias. tertawa lepas dengan ibu-ibu itu, sembari menikmati cara memetik teh. daun nya yang hijau itu mengandung oksidan yang tinggi dan mengahasilkan teh yang akan sangat nikmat tersaji. dulu aku sangat suka sekali dengan teh, apalagi teh melati. rasanya menenangkan dan menjadi teman untuk melepas sejanak rasa kecewa yang sudah menumpuk. teh melati pernah kusajikan di orang yang pernah menungguku setia disampingku hingga aku mampu berdiri kembali, berhasil sembuh dari siuaman panjang akibat sang mantan yang selalu menjengkelkan itu.

aku pernah duduk bersama menikmati teh melati yang ku buat di rumah budeh ku bersama dia berdua. kulihat dia menutup matanya sembari menikmati teh yang kubuat, kutemukan kembali jiwa ku oleh ketulusannya yang membantu aku siuman kembali.

"hayooooo... pasti baper ya" puspa mengagetkan ku dari belakang

"ih kamu ngagetin aja, udah jalan-jalannya?" 

"ih mata mbak kok berkaca-kaca sih, habis nangis ya?"

"enggak kok, kena debu aja kayaknya"

"ih udah ketahuan gak ngaku"

"udah ah, yuk kita minum susu hangat yukk."

kami pun melanjutkan kembali turun ke restoran yang  masih belum buka tadi.

bersambung .........  




Sabtu, 05 November 2016

RINDU YANG TERUNGKAP (PART IV)

ilustrasi by: uci

waktu semakin berlalu, obrolan kami pun semakin berkembang, saling menceritakan tentang kebiasaan, kesukaan dan tentang seseorang yang sepesial membuat kami semakin akrab.

"eh dek, dulu si ocit suka banget ngelihat senyum mbak, selalu dia bilang beda senyum mbak itu"

"aku lihat sih emang gitu mbak, senyum mbak tuh manis banget tau, aku aja cewek  suka banget lihat senyum mbak, jadi wajar aja sih kalo si mantan mbak itu suka banget sama mbak."

"ah kamu mah jadi bikin aku besar kepala  dong, bisa aja muji nya kamu"

"ih aku gak bohong kali mbak serius. tapi btw mbak masih nyimpen foto mantan mbak gak sih?"

"semua barang yang dia kasih ke aku sudah hilang dek, lebih tepatnya sudah aku hilangkan di tas ku yang dulu kecopetan"

"hah mbak pernah kecopetan?"

"iya dulu mbak pernah di copet satu tas hilang semua pas mbak lagi nyetir sendirian"

"itu bukan di copet kali mbak, tapi itu di jambret"

"emang beda ya? aku malah baru tau"

"iya beda mbak, kalo di makassar itu begal mbak namanya, jadi kalo lagi jalan tiba-tiba di todong atau diambil paksa itu namanya di jambret mbak"

"oh gitu ya, dulu tas mbak hilang pas lagi di mobil nyetir sendirian pas pulang dari nemuin ocit di bandara. jadi ada segerombol orang gitu tiba-tiba ngehentiin mobil aku"

"wah kayaknya itu mbak emang udah di incer kayaknya ya"

"iya kayaknya sih emnag udah di incer tapi untungnya masih sisa handphone aku yang gak dibawa padahal itu handphone ku ada di mobil juga tapi cuman tas ku yang di ambil, aneh ya"

puspa pun tertawa
"mbak, kokk lucu sih, tas nya di ambil malah bilang aneh, udah untung itu handphone gak diambil juga, mbak kadang-kadang ih"

"ehh kadang-kadang apa coba, coba kalo berani"

"enggak mbak enggak, jangan galak galak mbak, nanti aku gak punya temen"

kami pun tertawa kegelian...
"kamu ya, bikin ngakak aja"

waktu pun semakin berlalu, masing-masing gelas di meja kami pun sudah mengosong, tak ketinggalan beberapa sajian cemilan pun sudah kosong juga. waktu juga masih menunjukkan jam 9 malam, aku masih bingung mau ngajak puspa kemana lagi, karena sudah terlalu cozy ditempat ini. kami juga mulai kehabisan pembicaraan.

seperti biasa, anak muda zaman sekarang jikalau sudah tidak ada pembicaraan lagi pasti akan sibuk dengan gedget nya. tapi kami tidak, karena handphone kami sudah kami sepakati untuk posisi tidak aktif. jadi kami mulai bingung, puspa sibuk memandang pemandangan keramaian jalan di bogor ini sedangkan aku masih memandangi tingkah anak makassar yang sedang akrab dengan aku.

"enaknya kemana lagi ya dek? kayaknya udah mau tutup ini cafe"

"aku juga bingung mbak mau kemana lagi ya enaknya, mbak laper gak?"

"agak laper sih, eh tunggu, mbak punya tempat makan yang selalu rame di bogor ini."

"wah dimana itu mbak? aku ikut mbak aja pokoknya"

"ada dek, namanya jembatan merah deket sama stasiun bogor, disana rame banget, mbak dulu biasa makan doclang, makanan yang mirip kupat tahu gitu lah, cuman khas di tanah sunda ini"

"yaudah mbak aku mah ikut aja."

"tapi kalo kamu gak suka sama bumbu kacang-kacangan gitu kamu bisa makan bubur disana"

"wah ada bubur ya? asik jadi inget si mas kalo makan bubur"

"yaudah kita  kesana aja yuk, kita ambil mobil dulu di hotel"

kami kemudian melanjutkan malam minggu kami, menuju jembatan merah untuk menikmati kuliner malam kaki lima yang cukup menggoyang lidah. seperti biasa tempat ini selalu ramai dan banyak sekali orang yang duduk menikmati bubur atau doclang dengan lahapnya. disini bukan cuman satu penjual saja, namun beberapa penjual yang sama bahkan terindikasi bahwa penjual ini  masih satau saudara atau satu kampung, bagaimana tidak semua berjejer rapi berjualan yang sama dan rasanya pun hampir sama, jangankan rasa, bentuk tempat jualan nya pun juga sama. ah sudahlah yang jelas kami berdua sudah sampai disini dann siap mengisi perut kami, padahal ini sudah malam harusnya kami sebagai perempuan tidak makan semalam ini.

"kita sudah sampai dek. coba lihat rame kan?"

"iya mbak rame banget ya, gak nyangka tempatnya serame ini"

"disini kita harus berebut tempat duduk, yang jelas di pedagang mana saja di area sini rasanya hampir sama dek.  kamu mau bubur apa doclang?"

"aku bubur aja deh mbak, mbak apa?

"aku doclang aja kalo gitu, nanti kalo kamu pengen icip rasan doclang kamu bisa icip dari mbak"

"wah baik banget mbak"

"udah udah jangan terlalu berlebihan, yuk kita nyari tempat duduk"

kami kemudian duduk agak jauh dari mobil kami parkir, pedagang dengan tempat jualan berwarna merah, yang melayani pun anak anak muda, kami pesan bubur dan doclang.

dua gelas kecil teh tawar tersuguhkan didepan kami, ini adalah hal yang lumrah di sini dimana semua makanan akan berbonus teh tawar. aku masih melihat muka puspa yang masih clingak-clinguk dan kaget di suguhkan teh tawar.

"mbak, kok dikasih teh tawar kita? kan kita belum pesan minum."

"disini itu sudah wajar dan sudah jadi kebiasaan dek, diaman semua di suguhkan teh tawar, kayak udah tradisi disini gitu dek"

"oh gitu ya mbak"

tak lama kemudian pesanan kami berdua telah tersaji

"wuih cepet banget ya mbak"

"iya disini emang pelayanan nya cepet banget walaupun rame"

"punten teh, krupuknya aya' diditu,"  abang-abang penjual bubur itu berbicara dengan puspa, kemudiam puspa makin bingung dengan bahasanya, aku pun tertawa kecil dengan ekpresi dia yang kebingungan kembali.

"mbak abang itu tadi ngomong apa sih? kok nunjuk-nujuk krupuk yang ada disana, sedangkan aku gak dikasih krupuk coba, ngeselin ya"

aku masih geli tertawa dengan pertanyaan puspa

"mbak udah jangan ketawa terus, aku bingung ini, kasih tau aku dong apa artinya tadi"

"habis kamu lucu banget sempah, mbak gak pernah punya temen se lugu kamu, muka mu ituloh dek bikin mbak gak nahan ketawa lihat ekspresi kamu"

"ih mbak gituuu, ngambek ah"

"ih kalo kamu ngambek mbak tinggal disini loh ya"

"tuh kan ngancemnya gitu mbak, aku nanti kalo ditinggal bisa ilang"

lagi-lagi dia membuat ku tertawa dan kami masih belum menyentuh makanan kami.

"yyaudah makanya jangan ngambek, itu maksutnya abangnya tadi, kalo kamu mau krupuk ambil disaja aja, ngambilnya terserah berapa aja"

aku kemudian meminta mangkuk kepada abang penjualnya kemudian aku mengambil krupuknya untuk berudua.

kami mulai menikmati makanan kami sembari saling mencicip makanan satu sama lain,

"mbak emang stasiunnya sebelah mana ya? kok gak kelihatan ya"

"oh iya lupa tadi mbak gak lewat depan stasiun, mbak tadi lewat jalan lain, nanti deh kalo udah habis makanannya kita lihat-lihat disana"

 "ok deh mbak"

kami menyelesaikan makanan kami, meminum habis teh tawar di gelas kecil itu, kemudian puspa memesan air mineral untuk dibawa dijalan.

aku membayar makanan kami, lalu kami berjalan bukan menuju parkir mobil, melainkan kami berjalan kaki melewati jembatan merah setelah itu berjalan menuju stasiun.

semalam ini stasiun selalu tak pernah kehilangan masanya, ratusan orang masih berlalu lalang,  ada yang sehabis pulang kerja, ada juga yang sehabis berbelanja di jakarat.

"masih rame ya mbak stasiunya, padahal udah semalam ini"

"iya dek, disini tuh kereta udah kayak moda transportasi yang paling utama, selain murah kereta juga ngebantu banget orang-orang yang sering bolak-balik jakarta bogor"

kami sudah memasuki area stasiun, tapi kami tidak bisa masuk kedalam, hanya melihat-lihat loket dan taman di stasiun yang sudah rapi dan diperbaiki di masa pemerintahan yang baru.

"ini stasiun udah rapi banget tau dek, dulu gak kayak gini, dulu tuh kumuh banget, bahkan pas mbak dulu sama ocit ke bogor kami harus menaiki kereta ekonomi dari kampus ke bogor. dan penuh desak-desakan, banyak copet dan banyak pengamen. tapi kereta sekarang udah ac semua pas jaman mbak pertengah kuliah dulu"

"iya dulu mas juga pernah cerita kalo ke kampus naik kereta katanya, mesti sempit-sempitan"

"kalo di stasiun gini mbak suka inget ocit yang selalu telat kalau kuliah dek, dia tuh kerja di bogor jadi kayak pegawai serabutan gitu terus kalo ada jadwal kuliah dia minta izin buat kuliah, dan parahnya izinnya selalu dikasih pas-pas kelas udah mulai. jadi selalu telat tuh"

"iya mbak dulu mas juga pernah cerita kalo kuliah tuh mesti naik kereta dan itu mesti desek-desekan gitu, ternyata keretanya sekarang mungkin gak kayak dulu ya, itu kulihat bagus-bagus banget, kayak di film jepang gitu."

"iya memang, hampir semua kereta disini tuh dari jepang semua asalnya."

"wah pengen deh naik itu mbak,"

"ih ngapain kamu coba udah malam-malam naik itu, udah ah jangan ngaco"

kami duduk di bangku besi di depan area loket menikmati malam dan melihat-lihat suasana stasiun,

"terkadang itu dek, mbak tuh suka sedih aja kalo inget hal-hal manis tentang ocit, dia tuh gigih banget berjuang setidaknya buat kuliah aja dia udah berjuang banget, apalagi buat dapetin perhatian mbak dulu"

"udah lah mbak jangan diinget yang sedih-sedih, namanya juga kan udah berlalu, gak usah terlalu dibawa perasaan yang dalem mbak"

"iya sih dek, mbak cuman ngenang aja kok, insyaallah gak baper"

"mana gak baper, itu lihat matanya berkaca-kaca, ini lap dulu pake tisu"

"apa sih ngeledek aja kamu mah dek"

semakin malam hari ini, semakin rentan juga perasaan ini terbawa dinginnya malam, kemudian kami memutuskan untuk kembali ke hotel karena besok pagi kami ingin ke puncak atau jalan jalan ke kebun teh.

sekitar hampir tengah malam kami sampai di hotel, dijalan pun kami membeli beberapa minum segar untuk dinikmati di hotel sembari cerita dikasur.

memasuki kamar hotel kami masing-masing sibuk membersihkan diri kami masing-masing, biasalah seorang perempuan selalu banyak keperluannya.

sesudah itu kami rebahan di kasur dan masih saling becanda namun puspa masih sibuk menghubungi kembali si mas untuk sekedar menyampaikan kabar setelah hampir seharian handphone kami sepakati untuk di matikan.

setelah itu kami rebahan dan hendak memulai cerita yang akan mengisi malam kita ini.

ceritanya akan membawa perasaan tentunya.

bersambung...

Sabtu, 29 Oktober 2016

RANTAI RINDU YANG TERUNGKAP (PART III)


perjalanan ke bogor agak membuatku sedikit lelah, setelah masuk kamar hotel aku pun langsung berbaring diatas kamar. setelah itu aku terlelap.

sore pun menjelang.

aku terbangun, dan tak kutemukan puspa di kamar. aku nampaknya terlelap. menyetir kendaraan memang cukup melelahkan. disamping itu aku sudah jarang perjalanan keluar kota. aku masih duduk termenung mengumpulkan nyawa. kemudian aku memutuskan untuk mandi dan sholat terlebih dahulu. aku rasa puspa tidak akan hilang, mungkin dia keluar kamar untuk mencarai sesuatu.

aku cukup memakan waktu lama di kamar mandi, tapi masuih belum ku dengar ada suara atau langkah puspa masuk kamar.

selesai sholat aku pun mempersiapkan diri dengan sedikit make up. kemudian pintu pun terbuka, dan puspa terlihat.

"kamu dari mana dek? mbak cari dari tadi."

"aku habis lihat-lihat dan minikmati kota ini mbak. maaf ya mbak aku tadi gak izin, soalnya mbak langsung merem tadi jadi gak enak bangunin"

"iya gapapa dek, aku yang minta maaf ya, kamu udah mandi belum?"

"belum mbak,"

"yaudah mandi dan sholat dulu gih sana, habis itu kita ngopi"

puspa pun masuk kamar mandi, dan aku masih meneruskan make up ku. setelah aku selesai, puspa pun selesai mandi kemudian bersiap untuk sholat. aku pun menyiapkan diri sembari melihat gadgetku. kemudian aku memutuskan untuk mematikan gadget ku. puspa sudah selesai sholat dan dia sedang mempersiapkan diri dengan sedikit make up dan menyisir rambutnya.

"dek, rambutnya bagus ya?"
"ah mbak bisa aja mujinya"
"iya serius tau, eh dek kalo liburan gini aku biasa matiin handphone aku, kadang cuman mode silent aja"
"lah kenapa mbak?"
"iya aku pengen menikmati liburan dan gak pengen diganggu dek"
"oh begitu ya, ya udah biar adil aku juga deh matiin hape ku, tapi aku kasih tau mas ku dulu ya, takutnya dia nyariin"
"ih bukan aku yang maksa matiin ya dek,"
"iya kok mbak, gapapa kok mbak kan biar adil toh, jadi kita nikmatin suasana liburan juga"

kemudian puspa pun menghubungi mas nya.

tak lama kemudian dia selesai menelpon, setelah itu handphonenya pun dimatikan.

"gimana dek? sudah ngejelasin mas nya? dimarahin gak?"
"sudah kok mbak, ah mas mah baik, gak dimarahin kok aku, dia mah kalo udah dijelasin pasti ngerti"
"wah baik ya mas nya gak posesif"
"dulu cowok mbak posesif gak?"
"enggak dek, dia juga dulu baik banget kok, suka ngingetin aku, tapi ah sudah lah"
"aduh maaf mbak, jadi ngingetin mulu ya aku"
"ah gapapa kok, santai aja, yuk sekarang kita keluar buat ngopi."

suasana sore ini begitu hangat, kami berjalan menikmati kota bogor, berjalan kaki untuk lebih menikmati suasanya. suasana sore ini bogor masih baru saja selesai teguyur hujan. kota hujan ini lebih sering hujan turun tanpa alasan, hanya sekedar untuk membasahi jalan dan tidak membiarkan daun kering. hujan hanya ingin esok pagi daun tetap berembun. suasana dingin yang nyaman, bukan dingin tapi sore ini sejuk, kota yang sudah tertata rapi dengan kemacetan yang selalu menghampiri tidak semata-mata merusak suasana kami berjalan menikmati kota ini untuk mencari tempat singgah, membasahi lidah dengan kafein.

melintasi pintu kebun raya yang entah itu pintu berapa aku juga tidak hapal, berjalan di trotoal melihat-lihat sekitar, dan sembari menengok nengok kanan kiri, mencari tempat yang asik untuk menghabsikan sore.

"mbak tadi kau udah jalan-jalan loh, bahkan aku sempat sebentar masuk kebun raya mbak"
"astaga kamu sudah masuk kebun raya, lincah betul ya kamu dek"
"bagus ya mbak  kebun raya nya adem, tadi juga pas hujan aku neduh di kafe didalam mbak"
"kamu udah jauh kayaknya jalan-jalannya tadi ya"
"enggak kok mbak sekitaran sini aja"
"eh dek, aku bingun nih enaknya dimana ya? di kafe seberang jalan sana apa di deket perempatan itu ya?
"kalo tadi aku lihat mbak, cafe sebelah jalan sana agak rame sama cowok-cowok ngerokok mbak, enakan deket perempatan sana mbak, disana juga ada lantai dua nya jadi kita bisa santai diatas"
"waduh kamu udah sampe survey cafe juga ya"

kemudian kami menyebrang perempatan untuk memilih cafe dan duduk dilantai 2 kafe tersebut.

suasana di cafe ini juga cukup nyaman, lantai  dua yang dimkasud oleh puspa memang tempat palig cozy dan bisa menhadap ke belakang kafe, menghadap jalan belakang cafe ini, teduh dan pohon-pohon besar pun masih tumbuh rindang di sini.

kami duduk di luar lantai dua yang sepi, karena masih sore belum banyak pengunjungnya. duduk dan ditemani kopi latte kami memulai untuk mengenal lebih dekat. sosok pupsa dengan keluguannya dan senyum manisnya itu menjadi teman baru ku. gadis darah sulawesi yang cukup sigap dan cerdas ini membantu aku mengisi weekend ini.

Menikmati rindu adalah topik yang akan kita bahas untuk mengsisi weekend kali ini.

"eh mbak, kok bisa sih mbak masih sendiri, gak ada yang pengen deketin mbak gtu apa ya?  padaha senyum mbak manis banget loh"
"ah kamu dek bisa saja, kalau yang deketin sih ada dek yang cari-cari perhatian gitu mah selalu ada, tapi mbak gak tau kenapa ya masih males aja gtu"
"mbak belum move on itu namanya" puspa tertawa menggoda aku.
"ih kamu iseng banget sih, awas kamu ya"
"ih mbak aku becanda tau, beneran"

obrolan yang memecah sore ini dengan cadaan dan sedikit saling goda menggoda.

"eh dek, cerita dong tentang si mas kamu itu"
" yaudah boleh mbak, tapi nanti gantian mbak yang cerita tentang orang yang bikin mbak belum move on ya?"
"ih kamu mah, mbak udah move on tau, masih aja ngeledek, udah ih buruan cerita"
"iya iya mbak, mbak ku yang katanya sudah move on"

kami pun mulai membahas tentang si mas kekasih pupsa itu.

"mas ku tuh mbak,suka banget ngopi, dia tuh paling suka sama kopi cappuccino, alasannya sih karena katanya cappuccino itu sempurna, enak dan pas, pas untuk menikmati rindu tanpa harus merasakan nya kembali,"

"wah, sama berarti dong sama kamu ya suka nya"

"iya mbak, sama sama aku, dulu aja kita ketemu nya juga gak sengaja, karena aku gak dapet meja, dan mas lagi duduk sendirian aja, aku izin untuk satu meja eh dikasih, dan semenjak itu kami tuh selalu ketemu di meja yang sama mbak bahkan kata mas, angka favorit dia itu ya 2 atau 22. entah aku juga heran mbak, kadang-kadang mas juga kalo lagi suntuk dan lagi minta temenin ngerjain tulisannya dia minta pesenin kopi hitam arabika dan anehnya dia gak mau nambahin gulanya sendiri mbak, selalu minta kau yang nambahin gulanya"

"wah bagus dong dek, itu artinya mas kan ngehargai kamu yang disisinya, jadiin kamu yang ngisi manisnya kepahitan dia"

"iya juga sih mbak, mas juga pernah punya pengalaman pahit, dia tuh di tinggalin sama mantanya dulu tanpa alasan yang jelas, kadang aku juga suka kesel denger ceritanya mas, tapi aku juga kadang cemburu sama itu wanita yang udah pernah ada di hati mas. soalnya mas dulu memang sering ngopi sendirian gitu mbak."

"wah tega banget itu cewek ya, bisa-bisanya mutusin tanpa alasan gitu, emang orang mana itu mantannya mas kamu?"

"katanya sih orang jakarta mbak, cuman mas kadang suka gak mau nyeritain lengkap dan detail gtu. selama kami jalan baru pas pedekate itu  aja dia cerita, pas udah jadi sama aku juga dia udah bisa senyum lagi dan bahkan udah mulai jarang  minum kopi hitam"

"wah orang jakarta ya, coba kalau tau alamatnya atau kerjanya dimana pasti bsia tuh dicari"

"iya mbak sebenarnya aku juga pengen ketemu banget sama itu cewek  mantannya mas, pengen ketemu aja dan pengen tau gimana sih orangnya."

"ah udahlah dek, ngapain juga nemuin orang kayak gitu. terus kamu sama mas mu sukanya apa?"

"ya mas tuh suka godain aku gitu sih mbak, sama suka ngopi itu aja."

"tapi emang sih kemarin kopi hitam buatanmu dikantor enak banget tau, bisa pas apa yang cocok sama lidah ku, bisa sama gitu si seleranya"

"iya mak kok bisa sama ya, mas ku juga paling suka kalo lagi pusing minum kopi bikinan ku"

kami bercerita hingga kami lupa meneguk kopi kami, ya beginilah wanita, kalau lagi ngobrol suka lupa apapun. kami meneguk kopi kami.

bercerita tentang si mas nya puspa mengingatkanku tentang ocit yang memiliki kesamaan dengan si mas.

"kamu dulu jadian sama mas gimana dek, ditembak kah atau gimana?"

"aku juga kadang bingung mbak kalau ada pertanyaan kayak gitu, soalnya seingatku mas tuh gak pernah ngomong langsung gitu, semuanya tuh kayak ngalir aja gitu mbak. aneh ya?"

"ih kok aneh sih? jangan sampe kamu di kasih harapan doang loh, banyak tau cowok yang cuman bisanya ngasih harapan doang dan terus ilang gitu aja"

"ah enggak kok mbak, lagian mas baik kok, dia juga perhatiannya gak berubah, apa-apa selalu bilang, cuman pas aku becandain nyuruh nyatain perasaan pasti dia becanda mulu, gak bisa disuruh bilang sayang gitu, dia juga ngenalin semua temennya dan aku juga ngenalin semua temenku."

"ehmm gitu ya, enak ya ada yang tulus gitu, jadi iri nih"

"makanya mbak move on dong"

"tuh kan kamu ya godain mulu"

"lagian kenapa sih mbak gak mau milih salah satu dari mereka yang deketin mbak?"

"gak tau ya dek, kadang aku tuh ngerasa kenapa sih aku masih belum buka hati ya, padahal mantan mbak yang kemarin tuh ninggalin mbak gitu aja pas mbak milih dia eh dia malah ninggalin mbak, sedih tau kalau di inget-inget"

"aduh mbak, jangan sedih dong, udah ya udah"

"sebenernya ada seseorang yang bikin mbak nyesel ninggalin dia dan milih pacaran sama orang yang akhirnya cuman mainin mbak"

"lah, aku ngira mbak tuh gak move on sama yang pacar mbak kemarin, ternyata ada lagi yang kemarin kemarin nya lagi ya"

"iya dek, orang yang udah mbak kecewain, dan sampe sekarang mbak gak berani loh ngehubungin dia, mbak takut. takut nyakitin dia lagi. mbak juga pengen nyiapin hatti buat siap bener-bener ngehubungin dia kembali tanpa harus dia sakit lagi dan mbak harap itu gak terlambat"

"kalo saran aku sih mbak buruan temuin dia deh nanti dia udah keburu diambil orang"

"walaupun dia udah dengan orang lain mbak tetep ikhlas kok dek, setidaknya mbak udah minta maaf ke dia karena mbak udah ninggalin dia"

"tapi tunggu dulu, emang mbak masih sayang sama dia?"

"ya semenjak penyesalan itu mbak ngerasa mbak masih ada rasa sama dia"

"aduh ruwet juga ya mbak"

"dan kamu harus tau, ocit suka banget sama cappuccino, dan kami dulu juga punya kebiasaan kalo lagi santai malam minggu biasa pesen kopi hitam satu setengah sendok gula"

"wah hampir sama ya mbak kayak mas ku juga, kita banyak kesamaan ya mbak"

obrolan kami semakin hangat dan matahari pun sudah mulai memerah dan sebentar lagi akan tenggelam, sedangkan kami baru saja saling menghangatkan rindu kami untuk seseorang yang kami rindu masing-masing.

bersambung....................

Sabtu, 22 Oktober 2016

RANTAI RINDU YANG TERUNGKAP (PART II)

credit by : mumu

Hari ini aku berangkat agak terlambat, riuh kendaraan yang sedang bermacetan di sepanjang jalan jakarta menandakan jam sibuk yang sudah datang. aku telat berangkat dari rumah tapi itu dipastikan aku akan telat masuk di kantor. 

Tapi aku sudah menghubungi puspa sejak subuh tadi untuk merapikan berkas-berkas kemarin sore yang sempat di minta oleh pak manajer. pak manajer hari ini ada pertemuan kembali dan artinya di ruangan nanti lagi-lagi hanya kami berdua. sebelum menuju jalan raya aku sudah memberi tahu puspa untuk menyiapkan data-data dan berkas-berkas yang sudah di minta.

Tapi sebenarnya aku masih ragu puspa bisa menyiapkan berkas itu, masalahnya baru kemarin aku mengajari dia tentang pekerjaan ku. tapi sudah lah mungkin aku hanya terlambat tidak teralu lama. namun sialnya hari ini jakarta mendung, kemacetan juga semakin mengular di setiap jalan arteri, ku coba masuk di jalan-jalan tikus pun hasilnya sama, macet dimana-mana. ya beginilah kalau hidup di jakarta, telat beraangkat beberapa menit saja hasilnya dipastikan telat. 

Entah apa yang kulakukan tadi malam, sehingga aku berangkat telat dari biasanya.

Jalanan semakin padat, jalan pun meraambat, jarak masih jauh, sementara ini sudah hampir jam 8. semoga hujan masih menungguku untuk sampai.

semakin dekat jarakku dengan kantor, gerimis pun sudah menyapa ku. aku masih bertahan untuk tidak mengenakan jas hujan. jarak kantor sudah tinggal beberapa ratus meter lagi. namun gerimis hujan pun semakin akrab menyapa. jaket warna merah muda ini sudah perlahan dijamah air hujan. kondisi jalanan yang masih sangat padat. hujan kali ini tidak bisa lagi menahan apa yang harusnya dia sampaikan. kali ini hujan tidak menyampaikan rindu.

Tepat di di depan kantor belum sempat motor ini masuk diparkiran namun hujan sudah terlanjur jatuh dan membasahiku. tidak begitu basah tapi ini sudah basah, jaket dan celana ku sudah basah.

Ku letakkan jaketku diatas motor, ku gantung di kedua spionku, berharap siang nanti akan kering. celanaku tidak begitu basah mungkin di lap handuk atau di dalam ruangan nanti juga akan kering. tapi sepatuku sudah hampir basah keseluruhan. 

Memasuki ruang absen, semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing, bahkan mereka masih tidak melihat aku jalan dengan basah kuyub. masuk lewat lift yang kebutulan sepi. dan aku sampai diruanganku. 

aku begitu kaget,

Kemarin aku tinggal kan ruangan begitu berantakan, namun pagi ini rapi. kau perhatikan juga tugas berkas dan data yang di minta pak manajer sudah diselesaikan semua oleh puspa. Tapi aku masih tidak menduga bahkan dia merapikan ruangan yang kemarin masih terlihat berantakan. Dan tentunya ini juga bukan kerjaan OB yang tugasnya hanya menyapu dan tidak berani menyentuh dokumenku. 

Tapi aku lihat puspa tidak ada diruangan. ku lihat jam dinding  sudah menunjukkan jam 9 pagi waktu kantor. diatas meja ku sudah tersedia segelas kopi. gelas ku memang itu, dan ku yakin bukan milik orang lain. 

Sembari aku mengganti sepatuku dengan sendal yang sudah ada diruangan, aku masih melihat kanan kiri di sekitar ruangan, masih bertanya tentang keberadaan puspa. 

Pelan ku sruput ini kopi, aroma khas arabika bercampur robusta dengan perbandingan yang seimbang serta manis yang pas, satu setengah sendok teh gula pasir, kopi yang mulai kehilangan panasnya. masih hangat cukup menghangatkan kondisi badan yang sudah terguyur sapaan hujan. 

Kopi ini kutau khas sulawesi, bukan dari persediaan kopiku di pantry, ini kopi baru dengan rasa yang pernah aku rasakan. kopi yang kehilangan panasnya ini cukup menggugah prasaanku mengingat sesuatu yang sudah lepas dariku. ah sudahlah mungkin lagi-lagi ini sisa rindu tadi malam dimana aku menemukan selembar poto mu yang tersenyum yang dulu ku kira sudah ku hanguskan semua bersama kenangan mu dengan bara emosi yang tersulut oleh pihak yang tidak bisa bertanggung jawab. 

Aku meminum kopi ini, pelan, menutup mataku, kurasakan nikmatnya biji kopi yang sudah tercampur dengan air dan gula. 

Tapi tunggu, urasa hujan semakin lebat dan aku masih belum menemukan puspa.

Aku berjalan berkeliling lantai 3 tempat ruanganku bekerja. ku susuri setiap ruangan, ternyata ku temukan puspa sedang berdiri di ujung menhadap keluar, sepertinya dia sedang menikmati hujan. bangunan di lantai ini memang lumayan spesial karena terdapat satu sudut yang berakhiran dengan jendela kaca lansung menghadap pemandangan keluar. 

"mbak cari-cari kamu ada disini ternyata" 

"iya, mbak. oh iya mbak sudah aku kasih ke bapak tadi berkas yang mbak maksut"

"iya sudah kok, kamu ngebantu aku banget."

"iya mbak sama-sama, kan mbak juga yang ngajarin. eh iya mbak, enak gak kopinya?"

"tuhkan aku udah menduga ini pasti buatan kamu, enak banget loh pas sekali"

"iya mbak, ini kopi dari mas ku mbak, dia waktu lagi ada kegiatan di kebun kopi dia bawakan kopi yang baru di olah sama petani"

"oh ya, wah masih fresh ya, enak banget loh kopinya, kayaknya kwalitas kopi nya. boleh dong nanti kalo pulang mbk minta oleh-oleh kopi kayak gini"

"iya mbk nanti kalau aku balik ke makassar aku kasih kopi kayak gini"

"wah makasih sebelumnya ya uppa"

"iya mbk sama-sama. eh mbak habis keujanan ya? aku ambilin handuk ya?" 

"udah gak usah tadi mbak udah pake kaos tangan kok, paling bentar lagi kering sama ac"

Sikap puspa yang mudah akrab dan bersahabat memang tidak diragukan lagi perhatiaannya. cara dia bersikap membuat aku berpikir pasti orang-orang disekitarnya beruntung sekali dengan sikap perhatianya itu. 

Hari berganti hari, aku semakin nyaman dengan kehadiran puspa. kerinduan yang beberapa bulan ini ku rasa membuat perlahan aku melupakannya. orang yang sudah lama telah pergi bahkan tidak ku tengok langkahnya. 

*
Sudah satu bulan sudah puspa menemaniku di kantor ini, bahkan terkadang keseruan dan kegilaan saat di kantor mengisi hari-hari kami, gosip-gosip hingga saling curhat masalah pribadi kami menjadi pengisi setiap keseharian kami di kantor. makan bareng hingga hangout bareng membuat aku merasakan keseruan hari-hari ku. 

Hari ini adalah hari sabtu, aku pun membuat janji kepada puspa untuk mengajak jalan-jalan menikmati udara bogor dan menginap di bogor, karena kebetulan pak manajer sehabis rapat waktu itu dapat beberapa voucher hotel, dan aku diberi satu vocher, 

Aku memang sudah pernah berjanji kepada puspa untuk mengajak dia jalan-jalan, mungkin ini adalah waktu yang tepat. kami sudah membuat janji hari sabtu ini, dan aku akan berangkat menjemput puspa pagi ini. kami berduaa sengaja mengosongkan acara 2 hari ini. sabtu dan minggi menikmati kota bogor. 

Sabtu ini arah ke kostn puspa tidak begitu macet, cukup lancar tapi selalu padat, ya begitulah jakarta. 

Tidak sampai setengah jam aku sampai di gang tempat puspa indekost. baru mobil ini berhenti di depan gang, aku sudah melihat puspa sudah berdiri di ujung gang, sudah sangat siap, dan tepat waktu, 

"udah dari tadi dek nunggu?" ku buka kaca mobilku dan kusapa dia

"eh mbakk, enggak lama kok mbak, baru 5 menit yang lalu, aku gak mau mbak nunggu lama-lama"

"duhh, anak baik banget sih kamu, yaudah yuk masuk yuk"

"eh mbak ini aku bawa kopi biar mbak bisa kuat nyetir sampe bogor" tak lama dia duduk di mobil dia sudah siap dengan kopinya dan tas ranselnya yang berisi pakaian. 

"wahh, makasih, sampe siap banget kamu bawa termos kecil gitu buat kopi."

"iya dong mbak, kan perjalanan jauh kan ya ke bogor"

"yailah bogor cuman sejam lewat toll kali dek.." sembari aku tertawa melihat keluguan puspa

"tapi kemarin aku lihat di peta jaraknya dari sini agak jauh loh mbak beneran."

aku tertawa terbahak-bahak menyaksikan keluguan dia.

"udah ah, nanti kamu lihat aja ya, udah kita berangkat aja, nikmati perjalanan ya"

Keseruan kami pun berlanjut di mobil, ngobrol kanan kiri dan sesekali nyanyi dari lagu di mobil yang kami bisa. tertawa bareng dengan kegilaan dan keluguan puspa. sembari sesekali menikmati kopi yang dia buat, 

"eh mbak, ini kan weekend ya? kenapa mbak gak jalan sama cowoknya?"

"aku gak punya cowok kali dek"

"ah masa sih mbak, mbak kan baik dan cantik, masa gak ada yang deketin"

"ya yang deketin sih banyak cuman aku masih mau sendiri aja dulu"

"wah mbak belum move on ini kayaknya sama si pacaranya yang dulu ya?"

"ihhh kamu apaan sih dek, sok tau deh... " 

Tapi sebenernya bener juga kata puspa cuman aku gak mau di bilang gak move on, aku cuman masih belum siap membukukan rindu yang sangat indah dan hancur karena ulah ku itu.

"eh dek, kamu gak telpon cowok kamu?'

"ah tiap malem mbak si mas telponan,"

Puspa memang tidak pernah meyebutkan nama kekasihnya itu, setiap dia cerita dia hanya menyebut cowoknya dengan sebutan "si mas". tapi yaudah lah bukan juga aku mau tau sekali, cuman aku kadang seneng mendengar cerita si mas yang selalu ngegombalin puspa terus dan sama sama pecinta kopi itu. 

Dari setiap cerita, puspa selalu menceritakan sosok mas nya itu adalah orang yang paling iseng dan gombal se dunianya. kelucuan dan kepolosannya membuat aku kadang heran, dia terbilang seorang perempuan yang cantik, rambut panjang dan senyumnya yang manis membuat aku berpikir ini perempuan kayak gini susah ditemuin di jakarta. 

"eh kapan-kapan ajak dong mas kamu kesini"

"iya mbak nanti kalo selesai tugas akhir ku mas mau jemput aku ke jakarta"

"ihh so sweet banget sih mas kamu"

"ya begitulah mas mbak, katanya mas dulu juga pernah tinggal di bogor loh mbk" sembari tertaawa kecil 

"ah masa? pantes kamu kayak penasaran banget ya sama bogor?"

"iya mbak. eh mbak tiap malam aku cerita loh ke mas tentang mbak."

"terus-terus, gimana tanggepan mas kamu tentang mbak?"

"ya baik mbak, sampe dia pengen banget ketemu mbak buat bilang terima kasih karena udah banyak ngajarin dan nemenin aku di jakarta"

"ahh, gak juga ko, mbak juga seneng ada kamu nemenin mbak di kantor"

"eh iya dulu mas katanya pernah punya mantan pacar di jakarta, cuman mas gak mau cerita dimana itu  mantan pacar, kan aku juga penasaran pengen lihat mantan pacar mas"

"yah,,, coba kalau tau nama sama alamatnya pasti mbak bantu nyari deh,"

keasaikan ngobrol, kami gak kerasa sudah sampai di pintu keluar toll bogor, dan aku pun kembali konsen melihat mencari lokasi hotel tempat kami akan menginap. 

"dek tolong carikan alamat hotel ini dek, bisa pake gps kan?"

aku pun meminta bantuan puspa untuk membuka gps dan mencari petunjuk lokasi hotel. bogor sudah banyak berubah, pembangunan yang cukup pesat menjadikan kota ini tumbuh ramai menompang kepadatan jakarta. 

kami tak lama kemudian menemukan hotel tempat kami menginap. kemudian aku parkir mobil dan check in di kamar hotel. 

Bersambung ............ 

Minggu, 16 Oktober 2016

RANTAI RINDU YANG TERUNGKAP (PART I)

ilustrasi by uci
rindu itu sudah terlanjut menginfeksi, menahan sakitnya adalah cara yang terbaik sebelum pemiliknya memang tergerogoti dan terkuras kemudian dia terdehidrasi akibat rindu yang menumpuk dan belum ada kesegaran senyum yang mengobatinya. saling menjaga rindu itu tertutup dan mmebiarkan waktu yang akan menghilangkannya. imun waktu yang bekerja efektif menghapus rindu dengan lambat, walaupun pada akhirnya ada kemungkinan rindu itu tertumpuk bertambah kembali karena kadar imun sang waktu yang belum cukup menghapus jejak-jejak manisnya beberapa hal yang sakit jika terlalu sibuk untuk dinikmati kembali. 

jakarta begitu ganas, mengingat bejana-bejana manisnya kenangan membuat satu hal yang terus berisi dan semakin lama manis tersebut akan tertumpah dan sangat bahaya ketika kita sudah terlena dan sang tuan nya sudah meninggal kan kita pergi. aku sadar betul ini hanyalah rindu yang tetumpuk dan tak bisa ku sampaikan karena aku terlalu jahat sudah menyia-nyiakan dia yang sudah lama sibuk mengisi bejana kesedian ku setidaknya dengan manis nya sikap ilmiah dia dan apa adanya itu. 

namun penyesalan itu sudah terlewat. pergi melalui jendelah hati dan terbawa angin kemudian aku terlalu gengsi ku kejar kembali. suara ku sudah terlalu serak dan mulutku terkunci melihat dia pergi begitu  saja. senja mennjadi saksi keegoisanku waktu itu. dia berjalan menjauhiku merelakkanku duduk dengan keegoisanku mempertahankan sesuatu yang tidak jelas jutrungannya. 

aku masih sangat ingat dia sempat berteriak dan memeberi aku pilihan, namun aku waktu itu sangat sulit untuk menoleh ke dia. air mata ku jatuh ketika tepat kau menoleh dia sudah pergi dan memilih untuk mengalah dan hilang. aku yang tidak begitu dewasa waktu itu, dia terlalu baik buatku yang pada akhirnya aku sesali kepergiannya. aku selalu berharap dia datang kembali kemudian memberikanku pilihan lagi. namun itu sudah terlambat. 

terkadang aku masih ingin sekali memberitahukan dia bahwa aku waktu itu hanya terlena akan sesuatu yang tidak jelas yang pada akhirnya aku sadar rasa yang dia berikan begitu tulus. ketulusan itu adalah hal yang paling bisa membuatku tenang disamping nya. 

aku masih menyimpan nomor telfon dia yang lama, namun aku sangat sadar aku sudah begitu terlambat ketika ku coba menghubungi dia dan yang berbicara hanya sosok wanita operator yang memebritahukanku bahwa nomor ini sudah tidak aktif lagi. 

kami yang awalnya terpisah laut menjadi terpisah jarak yang melebihi laut, terpisah dengan jarak yang tidak bisa kami ukur kembali. setiap malam hati ini tersayat, karena kulakukan hal yang begitu bodoh lagi. ya sangat bodoh. rindu itu membuat kita menjadi bodoh. hal yang ku sia-sia kan menjadi sangat berharga dan penuh dengan makna. 

hanya ada satu kenangan yang tidak kucoba hapus setelah beberapa bulan kami tidak lagi berkomunikasi. satu rekaman senyum dan kegilaan dia yang masih tersimpan dan kulihat ketika aku merasakan rindu dengan seyumnya itu. rekaman dimana dia menyatakan perasaan nya kepadaku. dulu aku menikmatinya dengan terbahak-bahak karena kegilaan dan kreatifnya dia membuat rekaman itu, sekarang aku menikmatinya dengan sedikit bumbu air mata yang menetes tanpa terkendali. aku sebenarnya rindu tapi aku mungkin sudah terlambat. 

hari ini memang terlihat seperti biasa. seperti senin pada umumnya yang penuh dengan deadline. suasana kantor pun tidak berubah. tapi pagi-pagi aku sudah di panggil manajer. aku masih bingung karena sepertinya hal yang sangat penting, dengan sedikit was-was aku berjalan ke ruangan menejer. walapun pak manajer memang orangnya baik namun tetap saja kalau sepagi ini aku dipanggil mungkin ada masalah serius.

ku buka pintu ruangan pak manajer dengan mengetuk 2 kali terlebih dulu.

"selamat pagi pak"
"eh indri, pagi juga ndri, duduk dulu situ ndri"

pak manajer masih sibuk menandatangani beberapa surat dan mengecek buku kegiatan dikantor untuk seminggu lalu. aku duduk dan kulihat sudah ada perempuan berambut panjang duduk di kursi tamu ruangan pak manajer. 

tak lama kemudian pak manajer menutup berkas-berkas nya dan menruh kembali di raknya. dia berjalan menhampiri kami dengan mecopot dan melipat kaca matanya yang tadi dia pakai.

"indri.. ini kenalin anak magang baru yang akan magang kerja disini selama tiga bulan"
"oh iya pak" aku melihat wajah nya dan memberikan senyum kepadanya

"jangan terlalu kaku gitu dong" pak manajer pun menegur kami

aku memang suka terlihat agak kaku kalau melihat orang yang baru kenal dan tak tertarik untuk aku mengenalnya.

"puspa, ini ibu indri yang akan kamu bantu ya, kamu nanti ikut sama bu indri satu bulan pertama baru nanti pindah bagian yang lain buat proses pembelajaran"

"iya pak, terimakasih" ujar anak magang itu.

"yaudah sekarang kamu ikut ke ruanganya nya bu indri ya, kamu tanya-tanya apapun ke bu indri pasti dia bisa jawab. bu indri itu orangnya paling rajin dan paling tekun di bagian ini" pak manajer pun memujiku dan sebenarnya agak memainkan suasan agar lebih mencair.

kemudian kami keluar dari ruangan pak manajer, berjalan dengan masih belum ada obrolan sama sekali. aku masih terbawa dengan rindu tadi malam yang ku nikmati lagi kenangan dari seseorang yang diam-diam masih aku rindukan. 

diruangkan secara kebetulan ada kursi dan meja kosong yang ditinggal resign oleh sang punya. kemudian aku menyuruh anak magang itu untuk duduk disitu. 

"ibu maaf, nama saya puspa, kita belum sempat berjabat tangan dan kenalan tadi bu" dia mencoba memberikan inisiatif untuk berkenalan yang sedari tadi tidak sempat aku menoleh. 

"oh iya puspa, maaf ya saya tadi masih gak fokus"
"iya bu tidak apa-apa, apa yang mesti saya bantu disini ya bu?"
"nanti tugas kamu bantu kerjaan saya ya, kamu bisakan pakai komputer? itu di meja ada komputer nya juga, jadi kamu bisa pakai, ada juga beberapa aplikasi administrasi yang sudah ada disitu dan sering kita gunakan disini, dan nanti kita bahas tugas kamu ya"

"iya bu siap saya akan membantu ibu"

"eh kamu jangan panggil aku ibu dong, saya masih muda kali.. udah santai aja, panggil aja saya mbak indi ya"

"iya mbak, maaf tadi"

"eh kamu suka kopi gak? aku mau buat kopi ini, aku buatin juga ya"
"iyaa bu suka, eh salah mbak maksutnya, mau bikin kopi dimana? saya ikut aja mbak, kalau boleh"

"yaudah ayo kita ke dapur, gak jauh kok letaknya dari sini,"

kami berjalan menuju dapur sembari berbincang tidak seperti tadi.

"eh puspa ya tadi, disini tuh pus, kalo tiap pagi aku bikin kopi sendiri, ada sih OB disini cuman aku suka gak pas aja rasanya, makanya aku bikin sendiri."

"mbak indi maaf, panggil uppa saja, jangan pus ya mba"
"eh iya, kayak kucing ya kalo dipanggil pus..  " sembari tertawa kecil kami mencoba untuk akrab, karena bagaimana pun dia nanti yang banyak bantu dan merepotkanku.

"eh, uppa asalnya dari mana?"
"aku dari makassaar mbak"

mendengar dia menyebut satu kota itu tiba-tiba hati ku bergetar, rasanya aku sangat akrab dengan kota itu, walaupun aku belum pernah kesana. kemudian rasa ingin tau makassar pun mencuat dan ingin rasanya mendengarkan cerita dari puspa tentang makassar.

kami sampai di dapur,  ku ambil satu toples dengan label namaku yang berisi kopi hitam jenis robusta yang masih ada dan hasil oleh-oleh dari seseorang yang memang belum habis, setauku sudah lama sekali dia memberiku oleh-oleh bubuk kopi. tapi memang tidak setiap hari aku membuat kopi dari toples ini, biasa juga aku hanya menikmati kopi sachet rendah asam. 

ku buka toples berisi kopi ini, toples kedap udara dengan karet yang melekat di seluruh bagian mulut toples menjaga aroma kopi ini.

"wah wangi kopi nya enak nih mbak? tgak kusangka mbak penikmat kopi?"

"ini kopi dari makassar loh.."

"wah pantes baunya kayak gak asing."

"kamu biasa takarannya berapa uppa? kalau aku biasa 7 gram dalam 200 ml"

"aku samain aja mbak"

"dulu aku sering loh bikin kopi sendiri pake kopi ini.. spesial ini kopi, kalau ada orang tertentu baru aku bikin pake kopi ini"

"wah, pasti dari sesorang spesial untuk orang spesial dan acara spesial  juga ya?"

"ah bisa saja kamu uppa. tapi ya begitu lah"

seduhan air panas sudah membasahi cangkir yang penuh sudah tertuang bubuk kopi, menimbulkan wangi  semerbak di dalam pantri. 

"ehmm, bau nya enak sekali mbak.. jadi kayak di makassar"  

"iya dong, kan kopi nya aja dari makassar, kamu mau berapa sendok gulanya?"

"udah mbak aku aja yang ambil sendiri, biar gak ngerepotin."

melihat puspa menuangkan gula nya ke cangkir kopinya, kulihat satu sendok makan di masukkan kedalam 200 ml larutan kopi tersebut, sedikit mengicip ujung sendok dan menambahkan seperempat sedok gula, cara mengaduk nya pun kuperhatikan, tepat 17 kali adukan dan membiarkan nya mengendap,

"harusnya pake saringan ini mbak biar gak ada ampas"

"susah nyari saringannya uppa, gak sempet aku juga nyari"

"besok deh aku bawakan mbk, biar enak. tapi tumben loh mbak baru kali ini aku lihat cewek suka kopi yang pake ampas?"

"iya dek, gak selalu sih kalo aku minum kopi tubruk kayak gini, cuman waktu yang pas aja dek baru aku minum"

sambil berjalan kembali keruangan, kami mulai asik berbicara sembari menunggu kopi kami mengendap dan keluar manisnya. 

sesampainya kami diruangan, kami membiarkan kopi kami sebentar sembari aku menjelaskan pekerjaan ku yang sebulan nanti juga akan menjadi pekerjaan nya. 

mengenalkan beberapa aplikasi dan beberapa prosedur yang terpakai. biasanya aku suka bekerja sendiri, entah kenapa dengan puspa yang tadinya sudah malas ku temani bicara menjadi sangat tertarik untuk terus mengobrol dan bercerita dengan dia. pribadi gadis berambut panjang ini cukup menarik dan memang terlihat baik dan cocok dijadikan teman cerita. kegemarannya dengan kopi juga cukup membuatku senang, karen ada teman untuk menikmati pahitnya kopi ini. 

Pertanyaan demi pertanyaan tentang tugas dan fungsi di bagian ini menjadi topik pembicaraan kami sampai siang. 

usai siang kami juga sedikit berputar ke area rumah sakit untuk perkenalan tempat kerja. hari ini juga kebetulan pak manajer juga siang ini sedang rapat dan tidak ada di tempat jadi kami agak bebas untuk berputar atau sekedar perkenalan tentang kantor.

"mbak kenapa sih kok lebih milih bekerja dirumah sakit?"

"iya, selain memang aku pengen kerja disini, aku disini juga sedang dirawat dek, bukan karena sakit akibat virus atau bakteri, bukan juga pernyakit degeneratif juga?"

"hah mbk indi, sakita apa?"

"ah udah ya gak usah di bahas, mbak cuman becanda kok"

aku pun membuat sedikit gurauan walaupun sebenernya bekerja disini merupakan perawatan atas penyakit rindu yang belum tersembuhkan.

hingga sore kami berkeliling dan bercerita tentang tugas orang dibalik layar dari pelayanan administrasi dirumah sakit.

sore pun datang dan kami mengakhiri pertemuan pertama ku dengan puspa.


bersambung............








Sabtu, 01 Oktober 2016

Nulis buku safety

Halo semua nya... Udah lama banget nih gak ngepost.. disamping karena kesibukan kantor yang menyita waktu Dan penuh konflik yang tak ada habisnya... gak ngerti lagi deh kenapa kehidupan kantor kayak gitu. Padahal ya kalau dipikir sebenernya bisa lah ya diselesaikan dengan bijak gak pake ancam mengancam lagian gak bakal juga gue ambil yang bukan jatah gue... Ya kali gue butuh duitnya dia... Orang gw cuman butuh kopi... Hahahaha (ketawa aja dulu gais).

Minggu ini gue break ngepost cerita mingguan kopi malam Minggu... Sekarang postingan tentang kegiatan gw saat ini. Oh iya gue juga turut ngucapin selamat hari kopi dunia gais.. jangan lupa ngopi dulu biar gak salah paham.. oh iya hari ini juga bertepatan hari kesaktian Pancasila.. selamat ya bagi semuanya rakyat Indonesia.

Ya kembali lagi ke topik lah.... beberapa Minggu akhir akhir ini memang saya sedang menyusun sesuatu.. apakah itu? Ya sungguh pertanyaan yang luar biasa... Akan saya jawab (ini yang nanya gue yang jawab gue) ... Gue beberapa bulan lalu sebenernya dapat tawaran buat nulis ilmiah tentang safety oleh seorang penting di sebuah perusahaan katering milik Koko cina Surabaya. Lanjutkan gw pikir dulu dan gue Konsul ke beberapa orang yang gue anggap mumpuni dalam bidang ini. Dar mulai temen gue yang lagi kuliah di luar negeri sampean beberapa dosen yang gw anggep bisa ngasih pencerahan gue. Dan... Akhirnya ada idelah gue bikin buku praktis tentang keamanan dalam mengelola makanan.

Setelah beberapa Minggu gue nyari bahan buat baca baca akhirnya jadilah sebuah kerangka tulis yang gue buat. Kemudian gue juga minta pendapat dan diskusi lagi via online dengan beberapa praktisi. Dan sedikit visit ke beberapa restoran dan cafe buat lihat lihat. Kemudian gue mulai nulis yang pada dasarnya bukunya belum finish cuman udah lah bisa dikatakan jadi. Setelah itu gue merepotkan beberapa orang buat ngasih pandangan tentang cover nya. Dan jadi juga cover cover sementara yang sampean sekarang gue bingung pilih yang mana.. nanti barangkali aganmen dan aganwati semua bisa menilai dan syukur syukur bisa kasih masukan.

Kemudian setelah jadi gue kembali ke perusahaan tersebut dan menanyakan kelanjutan kerjasama kami. Dan ternyata orang penting tersebut dalam keadaan sakit dan opname. Sehingga kerjasama kami pun di tunda. Tapi gue bersyukur dengan nyoba nulis topik keilmuan sesuai dengan keilmuan yang kita punya menyebabkan otak kita bukan lagi jadi otak udang. Dan perlu disadari dengan menulis menjadikan kita belajar secara langsung melihat permasalah dan menjadikan masalah tersebut berguna dan terdokumentasi kan dengan baik, dengan menulis juga kita belajar dewasa gais bukan hanya sekedar ngomong bijak di media sosial dan sok alim dengan hanya patokan keegoannya. Ya kembali lagi ke pribadi masing-masing. Sejati hidup itukan cuman mampir dan berkarya setelah itu yang hidup adalah karya kita gais..

Perkenalan kan lah soft louching buku serius yang berjudul
"Food Safety : Untuk Penjamah Makanan"

Sabtu, 03 September 2016

PERCAKAPAN RASA (berbincang)


Ketika itu, aku masih disini menunggu kedatangan kamu yang kala itu masih sangat sibuk mneyelesaikan setumpuk kerjaan di mejamu. kala itu aku sudah menyelesaikan semua kerjaanku.

Kantor hari bulan ini sangat padat, tapi aku masih menjadi pegawai yang paling bisa menyelesaikan kerjaan dengan baik benar dan cepat, tapi lain hal nya dengan kamu. masih menjadi lelaki yang super ceroboh dan selalu takabur untuk menumpuk pekerjaan.

Kamu masih belum berubah sekali, namun keadaan mu dengan ku yang sudah berubah drastis. Aku yang masih sangat peduli dan tidak bisa berpaling denganmu. entah apa yang membuatku begini.

Aku masih di kursi loby santai menikmati sore.

Sebetulnya aku masih ingat hari ini sama tepatnya 2 tahun yang lalu kamu mengungkapkan perasaanmu ke aku dan membuatku menjadikan kamu orang yang paling ku tunggu di setiap kelas waktu itu.

Aku masih tidak yakin kamu mengingatnya, hubungan kita sudah layaknya teman biasa bahkan tak lebih dari teman kantor. cuman sesekali kamu mengajak aku untuk makan siang bersama dan terkadang kamu masih bertemu dengan teman teman di kampus bersamaku. ya tak lain dan tak bukan teman ku adalah temanmu.

Waktu masih menunjukkan jam 4 sore. Lagi pula jakarta masih sangat macet.

keruwetan jalan membuat suasana sore jakarta selalu merdu dengan bunyi khas dengan nilai bising yang cukup menggema diantara gedung-gedung yang menjulang tinggi.

Lagipula ini hari jumat, besok masih bisa libur untuk beristirahat, setidaknya aku tidak harus berangkat pagi-pagi untuk menuju kantor dengan jarak sekitar 50 kilometer.

Tak lama setelah itu kamu turun dari tangga, terlihat kusut dan kurasa kamu juga belum menyelesaikan pekerjaanmu. Aku sudah hapal itu. ya kamu yudhasena yang selalu membuat aku tidak mudah berancak dan masih merasakan rasa yang dulu pernah kita jalani.

Yudha : Hei nda, belum pulang?
Indah  : iya yud, masih macet diluar
Yudha : wah iya ya masih macet ya, yuk ngopi yuk, mau gak?

Sebenarnya aku sudah lama sekali menunggu kesempatan ini, ajakan dari mu sudah setidaknya memecah kebisingan sore ini. menjadi syahdu lebih tepatnya.

Kita berdua kelaur kantor bersama, kita jalan berdua menuju sebuah kedai kopi yang jaraknya hanya 50 meter dari gedung kantor kita. jalan berdekatan, lama sekali tidak begini. terakhir itu setahun yang lalu, pas ketika kamu memutus hubungan yang spesial itu tanpa alasan yang jelas.

Kamu masih berjalan dan sibuk dengan handphone mu, sedangkan aku masih memperhatikan kamu. Masuk di kedai kopi pun kamu masih sibuk dengan handphonemu. kita duduk di ujung bedekatan dengan jendela yang menghadap langsung ke gedung tempat kerja kita. Meja kamu dan kursi kayu tempat kita duduk menjadikan keadaan semakin nyaman setidaknya bagiku dengan kamu tepat berada di depanku.

Yudha: mbak minta tolong cappuccino dua yang satu gak pake gula yang satu kasih gula cair sesendok makan aja ya.

Pelayan: ok mas, ada lagi yang di pesan?
Yudha: udah mbk itu aja,

kejadian itu begitu cepat, bahkan aku masih belum memesan, oh bukan maksutku aku tidak sempat berbicara tapi yudha sudah menyebutkan pesananan yang memang ku ingin pesan.

Dia masih ingat betul apa yang ku suka ketika di kedai kopi. cappuccino dengan satu sendok gula cair.

Yudha: eh bener kan ndah pesenannya, kamu masih suka itu kan?

Aku hanya bisa mengangguk saja.

Yudha: eh gimana kabar kamu?

aku rasa pertanyaan barusan bukan perranyaan normal, kita satu kantor dan sering berpapasan bahkan meja ku dan mejanya tidak begitu jauh. Kamu sepertinya tidak sedang bergurau atau mungkin kamu hanya ingin memulai pembicaraan sore ini.

Indah : apa sih kamu yud, kan kita sekantor....
yudha : oh iya ya lupa, maklum udah lama ya gak ngopi bareng.
Indah : iya yud, udah setahun yang lalu ya. lamanya itu.
Yudha : iya lama banget ya, eh gimana kabar mama sama papa?

Dulu kamu memang sering berkunjung kerumah hanya sekedar alibi mengerjakan tugas kampus atau cuman hanya ingin mengajakku menonton film yang sedang ramai di perbincangkan di kelas.

Indah : iya alhamdulillah baik yud, kamu kapan pulang ke jawa? kayaknya udah lama aku gak dapet oleh oleh dari kamu.

Candaku kepada yudha, sedikit membuka memori ku dahulu kamu kalau pulang kampung sering membawakan aku oleh-oleh kripik buah khas dari daerahmu.

Yudha : iya nih udah 6 bulan aku gak pulang kampung, maklum kerjaan ku masih begitu menumpuk.
Indah : kamu sih terlalu menyepelekan dan selalu menumpuk kerjaan kamu, kamu tuh ya gak pernah berubah, nanti kalau deadline aja baru kayak gini, nanti bahaya loh kalau deadline bisa-bisa bos marah, kamu jangan kayak gitu lah, kerjakan yang memang sudah terlebih dulu datang dan jangan ditumpuk, nanti jadi berantakan loh yud

Yudha : kamu juga gak berubah sih ndah, masih aja perhatian kayak dulu.

Aku kemudian terdiam dan sebenarnya menahan malu. duhh kenapa aku jadi salting begini yah.

Pesanan kita sudah tiba, aku buru buru menyeruput cangkir kopi ku untuk sekedar mengatur nafas dan detak jantung yang begitu kencang ini. detak jantung yang tidak stabil akibat tatap mata dan kata-katanya yang sudah cukup membuatku lupa mengatur nafas.

Aku selalu hafal denngan pandangmu yang begitu khas ketika menggodaku, agak menyebalkan dan teralalu banyak merindukannya.

Indah : eh kamu gimana sama indri?
Yudha : ya gak gimana-gimana, udah lah jangan bahas dia, aku sedang tak ingin membahas dia.
Indah : oh iya maaf-maaf. kalau ada apa-apa cerita aja yud jangan sungkan.

nampaknya yudha sedang bertengkar dengan indri. Indri merupakan sosok wanita yang sekarang menjadi kekasih yudha setelah putus dengan ku. aku juga sangat kenal dengan indri karena dia satu fakultas dengan kami.

Yudha : kamu sama siapa sekarang ndah?
Indah : maskutnya?
Yudha : ya maksutku kamu sekarang deket sama siapa?
Indah : aku gak deket sama siapa siapa kok, aku ya masih sendiri aja.

Waktu itu konflik batin antara kita pecah setahun yang lalu, kami masih bisa sangat profesional menghadapinya, karena kita masih satu tempat kerja jadi bagaimana pun kita harus bisa menjaga sikap atas masalah pribadi kita waktu itu.

Dan sekarang aku rasa yudha mungkin masih bertengkar hebat dangan indri sampai pekerjaan nya begitu berantakan dan masih sempatnya mengajakku untuk menikmati cappuccino.

Indah: Kenapa sih kamu dulu mutusin aku yud?
Yudha : Jangan bahas ini dulu ya, aku lagi pusing sama indri, jadi kamu jangan nambahin beban pikirannku ya, kamu tau kan aku sedang berantakan, ku harap kamu bisa mengerti ndah.

Kemudian kami terdiam hingga gelas dari kami berdua pun habis isinya dan setidaknya senja sudah semakin memerah yang memaksa kita untuk beranjak dari sini.


Bersambung.......




Sabtu, 27 Agustus 2016

UNTUK SANG MANTAN



Prosa UNTUK ORANG YANG PERNAH DI TUNGGU

Kepada kamu,
Pernah Waktu itu ku tulis indah nama mu
Ku tulis indah di dalam pikiranku
Harapan selalu ku tuju untukmu

Pikiranku begitu kosong
Ku isi semua tentang kamu
Kata orang aku gila
Tapi tak sedikit pun ku gubris semua orang

Waktu ku semuanya untuk mu
Waktu itu
Manja mu adalah anugrah bagi ku
Namun waktu itu aku sedang Mabuk

Kini aku sadar bahwa kamu hanyalah bayangan semu
Yang sempat hinggap di pikiranku
Kemudian Mematika syaraf logika ku
Masih untung aku tidak lebih sakit lagi tentang kamu

Sedihku kemudian berakhir
Ku temukan seseorang Yang menjadi penawar jiwa ku
Yang mau ku kunjungi rumahnya
Tidak seperti kamu yang tidak berani menginjakkan aku di kaki rumahmu

Waktu itu aku sadar bahwa kamu masih belum begitu siap
Kamu belum siap untuk menerima ku
Kamu lari kemudian datang lagi
Siklus itu berulang

Aku tidak berani menanyakan dan memprotes aksi mu
Aku waktu itu hanya takut
Takut kamu makin menjauh dan hilang
Aku berusaha bersembunyi di balik kata "gak papa kok"

Aku sangat sangat rapuh waktu itu
Untuk menanyakan bagaimana kita saja aku terlalu takut.
Sedangkan kamu sibuk dengan dunia mu dan masalalu mu
Hilang kemudian kembali dengan senyum manis mu

Sketsa wajahmu terasa makin samar
Goresan Indah itu mulai Hilang tak terlihat
Namun entahlah
Aku mencoba melanjutkan melukiskan kamu di pikiranku

Hingga akhirnya aku sadar
Aku kehabisan waktu untuk menggores semua tentangmu di pikiranku
Hingga akhirnya musim hujan datang dan benar-benar menghapus jejak mu.
Aku memutuskan Tidak lagi menunggu mu.

Aku pergi tanpa pamit
Ku rasa kamu tidak akan mencariku
Karena aku yakin Kamu sedang sibuk di belahan bagian waktu yang berbeda denganku
Entah kenapa kau tidak pernah mencoba menatapku kembali.

Kau dan aku menjadi sama-sama tahu indah nya itu bersabar
Ku temukan dinding besar,
Kemudian Ku tinggal kan jejak
Dan sebuah pesan selamat tinggal untuk kamu yang terlalu sibuk dengan Hati mu.

Setidaknya suatu saat aku ingin menghubungi mu kembali
Aku akan menyambung Tali silaturami
Setidaknya dengan sepucuk surat Kabar dari ku
Ku harap Kabar Bahagia.

Atas Perpisahan kemarin
Aku ucapkan terima kasih
Mesti aku tau pada akhirnya aku tidak bisa bersamamu
Namun kamu mengajarkan Aku tentang banyak HAL

Aku memilih untuk tanpa pamit
Hanya ingin memberikanmu kebebasan untuk mengejar apa yang belum kamu cari
Aku berterima kasih tentang waktu
Hingga aku temukan Sesuatu yang lebih pasti

Sesuatu itu sekarang menjadi nyata
Dia yang memberikan Kepastian yang selalu ku nanti
Tapi aku hanya ingin berpesan kepadamu
Jika ada sesuatu yang Pasti, tolong jangan suruh dia untuk menunggu.



Minggu, 21 Agustus 2016

PERPUSTAKAAN SENJA


Aku kemudian berjalan menuju perpustakaan, tentunya sore itu aku sendirian. di perpustakaan kampus aku bisa menikmati rak buku yang tertata rapi, suasana hening dan tentunya aku bisa menikmati senja disana. aku sudah terbiasa menghabiskan waktu sendirian, namun biasanya aku duduk di coffeshop. sebagai mahasiswa tingkat akhir aku merasa menjadi orang terbodoh di dunia. bagaimana tidak, di perpustakaan ini saja ribuan buku berderet dan tersusun rapi, bahkan terlihat wajah kutu buku yang duduk serius menikmati sajian ilmu pengetahuan yang tertuang didalam kertas dan terjilid dalam buku itu.

aku berjalan memilih dan memilah beberapa buku untuk sekedar aku baca dan aku nikmati sebagai referensi tugas akhirku. suasana perpustakaan yang hening membuat aku menjadi sangat berkonsentrasi dalam menikmati sajian tulisan tulisan ilmiah yang isinya adalah pelajaran dan buah pikir dari waktu yang sudah berlalu.

hari itu adalah hari sabtu dimana memang tidak ada kegiatan perkulian aktif, namun selalu, perpustakaan megah ini menajadi tempat paling asik untuk dinikmati penggemarnya, berbagai fasilitas terbilang lengkap di perpustakaan ini, taman yang indah dan danau dengan angin bergelombang akibat hempasan angin sepoy menjadiakan daya tarik sendiri untuk menjadikan perpustkaan ini menjadi tempat duduk-duduk berbincang menikmati akhir pekan.

sebetulnya ada coffe shop di lantai bawah tepat menhadap ke arah danau, tapi waktu itu aku terlalu malas untuk pergi kesana. aku waktu itu sangat ingin fokus menyelesaikan tugas akhir ku. ini semester akhir dan panggilan kerja di tempat baru sudah ada, dan aku beberapa hari yang lalu memutuskan untuk resign dari laboratorium yang sudah cukup menompang biaya hidup dan perkuliahan ku di kampus ini.

aku juga sudah di tinggal lulus duluan oleh indri. dan sebenarnya semester ini indri sudah menyuruhku untuk cepat lulus dan cepat menabung untuk keperluan rencana serius yang sudah kita rencana kan berdua. sudah beberpa bulan aku tidak duduk berbincang berdua dengan indri. lagi pula memang konsentrasiku sudah penuh di tugas akhir ku. beberapa data dana penelitian sudah selesai sejak lama, tapi karena ujian penerimaan di tempat kerjaku yang baru waktu itu sangat padat dan ketat jadi tugas akhir yang harusnya lama bisa aku selesaikan menjadi tertunda.

Tugas akhir ini tinggal beberapa sentuhan referensi lagi dan aku sudah siap maju sidang hasil. sesuai arahan profesorku, tugas akhirku sudah banyak revisi, jadi untuk terakhir kali revisi nanti sekalian setelah sidang hasil selesai.

aku bekerja dengan referensi dan hening kali ini ini. pragraf terkhir dan kesimpulan juga sudah aku selesaikan, aku hanya memastikan deretan kata dan sumber buku sudah tercatat dan terstruktur semua. sembari menunggu senja aku masih tenang disini, tepat kearah luar, kira-kira pukul 4 sore waktu depok dan sekitarnya, langit sore ini cerah. titik terkhir dari saran sudah kuselesaikan, daftar pustaka serta beberapa lampir rampung ku kerjakan.

rencana besar sudah menantiku diluar sana, tentunya bersama indri.

Duduk termenung hening, dengan keadaa meja penuh dengan buku dan laptop yang masih menyala. dia datang. iya indri datang. tiba tiba sudah ada di depanku. tersenyum.

"loh, kamu kok disni" tanya ku masih dengan kondisi terkejut.

"iya dong, hebatkan aku, dimanapun kamu ada aku tau loh"

Dia menggodaku dengan senyuman dan mata centilnya itu.

"kok kamu tau sih, katanya kerja kamu"

"iya emang kerja, kan setengah hari.... iya lah tau,, aku kan belahan hati kamu"

Dia sudah mulai pandai dan membuatku kadang tertawa geli dengan kata dan senyuman yang sellau muncul dari bibir tipisnya itu.

"aku kangen..... " ucap manja nya

satu kalimat itu seolah menjadi kalimat paling ampuh memecah keheningan dan mengembangkan senyuman.

beberapa bulan kita tidak bertemu, tak bisa kita menahan itu,

"eh bagaimana ujian tempat kerja baru mu? sudah ada hasil?"

"sudah dong, aku juga minggu kemarin resign dari laboratorium."

"wah selamat... akhirnya, terus kamu di tempatin dimana?"

"aku bakal di tempatin di makassar setelah sidang nanti"

"loh kok jauh sih... nanti kalau aku kangen gimana dong?"

"tenang, kan jaman sudah semakin canggih.. yang jelas aku mau sangat serius ke kamu.."

"iya..iya aku tau... tapi selamat ya buat kamu.. ayo dong cepet lulus.. "

Dia menyemangatiku. dan kemudian senja datang, kami menikmatinya,

Kepalanya kemudian bersandar di bahuku. duduk kita semakin dekat,

Senja itu memberikan kepastian kepada ku. itu adalah senja pertama yang sama sama melepas kesendirian kami.

Melepas kesendirian merupakan hal yang perlu di buat sangat sabar, tidak begitu mudah untuk di lalui, kami yang akhirnya di pertemukan dan kemudian kami duduk bersama dengan kopi kami, setelah itu kami pun menikmati senja itu. iya senja yang selalu datang indah yang hari ini membuat kepastian setidaknya untuk aku yang selalu merasa tidak pasti dan akhirnya menjadi pasti.

Entah berapa lama sebenarnya aku sudah jatuh cinta padanya, yang jelas ini adalah sebuah kabar penggembira selepas jarak yang akan memberika jeda entah hingga berapa lama untuk saling menatap dan berbagi senyum seperti sekarang.

Aku sudah sangat bersabar dengan apa yang sudah dia perbuat hingga sejauh ini. mengikuti semua peraturan yang tak tertulis, dan menunggu lidah tak sekaku sekarang.

Mengenal dia jauh lebih memusingkan dari pada semua lembaran dan referensi yang aku bawah di meja ini. tak seperti buku referensi yang tertata rapi di rak nya. bahkan ini tidak seperti semua referensi yang ada dan mudah dipelajari.

Ah sudahlah, yang kutahu senja sangat indah terlihat di ruangan ini.

"ih ngelamun sambil sneyum-senyum"
dia merebut Laptop dari pandanganku.

Kemudian dia disitu sudah mulai membaca satu persatu, kalimat demi kalimat di dalam Tugas Akhir ku. dia sangat ahli dalam mengkoreksi detail tulisan dan kesalahan kata. walaupun dia tidak berkaca mata, mata nya masih sangat tajam untuk melihat deret kalimat demi kalimat yang ada di layar laptop.

Aku masih memperhatikannya, dan masih menikmati senja di ruangan ini.

"tuh kan masih banyak kesalahan kata, gak fatal sih cuman nanti bakal banyak revisi kalau banyak salah penulisan gini"

"iya deh, mentang-mentang mata nya jeli banget"

"yaudah sekalian aku benerin aja ya"

Dia pun kali ini membantuku, dan memperbaiki semua kasalahan penulisan yang ada.
aku pun kembali merapikan semua referensi kedalam rak-rak nya.

Hari sudah mulai sangat sore, senja pun sudah sangat merah. malam minggu akan segera hadir. lagi pula ini waktu yang tepat untuk kita berdua.

aku mulai merapikan meja dan di bantu oleh dia, laptop kumatikan dan kita bersiap untuk duduk berdua berbincang menhabiskan waktu bersama senja.


Kami sepertinya sangat siap untuk berdua menghabiskan waktu malam ini dengan syahdu.

Barang bawaan sudah sangat siap dan segera hengkang dari tempat duduk ini. kami berjalan menuju lift yang akan membawa kita ke lantai dasar. lift sudah terbuka, kami berdua masuk.
lift sangat sepi, seperti biasa, mahasiswa jarang memanfaatkan lift disini, mereka lebih memilih tangga datar yang sangat asik untuk dilewati dengan pemandangan ornamen aksara bahasa dunia yang terpampang di setiap dindingnya.

"kamu cantik ya pakai jilbab biru"

Dia kemudian tersenyum dan sedikit memberikan pukulan halus di lengan kiri ku.

"kamu mah bisa aja nyenengin aku"

"ih beneran aku serius tau"

"seriusan mana sama aku" 

"iya aku serius sama kamu ndri"

"makasih.. aku juga kok"

Tangan kanan dia pun menghampiri tangan kananku dan kemudian kami bergandengan. halus nya tangganya membuat jantung ini makin berdebar kencang. akhirnya dia jatuh di pelukanku. itu hipotesisiku.

Kami berjalan keluar lift dengan tangan yang masih bergandengan, dunia serasa milik berdua.

Menjauhi perpustakaan dan menuju ke dekat danau. menikmati sisa senja dengan semilir angin dan pemandangan langsung ke arah danau yang begitu biru.

Ini merupakan Hari dimana aku tersadar akan segera meninggalkan kampus dan segera berjarak dengan dia, hari ini yang begitu indah. Masih rasanya ingin segera tidak melewatinya begitu tepat.

Bersambung.......