Sabtu, 21 Mei 2016

PILIHAN SENJA


kita berjalan berasama kali ini,
di dermagakayu di pesisir yang paling tenang di teluk rindu
kamu masih dapat tersenyum setenang ini
sedangkan aku begitu gusar, gusar akan pertemuan yang mungkin ini adalah pertemuan pemisah dan benar benar terpisah antara kita berdua, bukan lagi soal seberapa jarak yang memisahkan namun ini begitu pendek untuk segera dilalui.

aku tidak akan melewatkan satu detik pun, aku akan terus merekam dalam memoriku hingga ini benar-benar hilang. aku bukan membahas keterpisahan jarak, namun ini lebih panas dari air rebusan kopi yang sudah menanak dan bergelembung mendidih, ini hanya akan berakhirnya rasa diantara kita.

aku baru saja menumpahkan segelas kopi hitam, bukan hanya sekali. bahkan ini yang membuatku sekedar tidak bisa memegang dengan sempurna gelas kopi itu. tanganku sangat gemetar tadi di udara, diatas pesawat hanya untuk duduk tenang saja aku tidak bisa, aku resah.

kini kita berjalan berdua di dermaga ini, ini bukankan hanya sebuah dermaga kayu yang biasa dikunjungi orang-orang untuk merenung. namun hari ini masih se sore ini bbelum juga senja menghampiri namun ini sudah terlalu melankolis. tenggorokan ku masih sangat kering, belum ada seteguk air pun dari pagi yang aku basuhkan ke tubuhku. aku hanya ingin kamu masih bsia berubah pikiran, aku hanya ingin kamu kembali tersenyum dan tidak seserius ini. aku ingin kita becanda lagi, ya seperti dulu. aku hanya ingin membahas rindu di dada ini tentang kamu tentunya bersama kamu.

pesisir ini terlalu tenang, namun otak ku yang sudah sangat gusar. kamu masih tenang, dan aku masih berharap tenang itu tidak serta merta membunuhku di suasana setenang ini.

sedari tadi kamu masih terdiam disampingku, berajalan seirama menuju ujung dermaga kayu yang terlihat kosong dan da tempat berteduh disana hanya untuk sekedar menimati suasana sore ini. aku tidak ingin membayangkan bahwa ini akan menjadi perbincangan yang kita lakukan sebelum hari ini.

kekosongan, kehampaan akan menjadi benar benar mengisi suasan melankolis sore ini, bahkan aku tidak akan sempat menikmati indah nya senja bersamamu, senja memang ada namun tidak akan seindah biasanya. kamu belum menguluarkan sedikit kata sama sekali.

"indri...." aku hanya ingin memastikan dia di situ
"iya, " tanpa ekspresi dan tidak sedikit pun membalas tatapanku

"kamu kok masih diam aja sih? ada apa?"

ini bukan lah tempat kita biasa melepas rindu, aku rasa kamu tidak akan melepas senyum rindu yang selalu ku nikmati bersama jarak yang kita lalui. kita selalu menabung rindu dan membaginya bersama di pertemuan kita, namun bukan diujung dermaga ini, yang selalu memaknai ujung dermaga adalah keterpisahan.

"bagaimana pun aku masih belum mengerti marahmu, aku kesini hanya ingin meminta maaf dan gak pengen kamu marah lagi"

"tentunya senja akan mengerti bahwa siang akan berakhir dan malam akan datang, dan itu akan berlalu. senja akan mengerti cara memisahkan mereka dan akan menyambut malam dengan hangat serta melepas siang dengan begitu elegan"

"aku bingung, kamu kenapa?"

"aku cuman ingin jadi seperti senja, udah itu aja"

kemudian dia terdiam, aku pun terdiam juga. hembus angin yang begitu syahdu tak bisa mengubah suasana mencengkam ini, setidaknya bagiku.

aku hanya berspekulasi bahwa beberapa kalimat berikutnya aku harus pamit, dan meninggalkanmu.

"senja itu indah, dia tidak merasa begitu sedih jika memang dia punya durasi bahagia yang sangat sedikit untuk menyambut malam"

aku mencoba untuk tetap mendengarkan kalimat berikutnya, jika memaang kalimat berikutnya adalah pengantar untuk ku pamit..

"senja memberikan arti sendu yang begitu sangat terdranatisir dan terskenario pergerakkannya. aku saat ini benar-benar senja, senja yang bingung dan dia mengetahui bahwa siang akan di lepasnya begitu saja"

dia terus membahas senja dan dia sangat tahu bahwa aku sangat terinspirasi oleh senja. ini hanya susunan kalimat yang akan membuat hengkang siang, dan tentunya ada malam diantara senja dan siang. begitu gelap bahkan aku yakin malam ini begitu meneduhkan yang akan membuat senja begitu kelam.

"senja tidak akan pernah menyalahkan malam dan tentunya senja selalu menanti siang"aku hanya ingin sedikit berdebat untung menantikan kalimat intinya..

"beberpa kalimat lagi mungkin kamu akan tersakiti"

"apapun keputusanmu, jika kamu ingin aku yang pergi maka aku akan pergi"sebenarnya hatiku sangat gusar tapi aku hanya memberanikan diri.

"maafkan aku cid, aku sudah tidak bisa menjadi senjamu lagi, aku akan meninggalkan siang tanpa sedikit pun angin berhembus menyejukkan mu"

perdebatan mengenai senja pun akhirnya beberapa kalimat berikut nya memang benar telah menyakitiku, kini aku bisa membayangkan bahwa senja itu akan menjadi sendu, aku kehilang senja ku tanpa sedikitpun deru angin yang menyejukkan ku.

beberapa langkah berikutnya aku tepat menjauh dari mu. aku tidak akan bertanya alasanmu, tapi aku yakin indri yang kukenal adalah pemikir keras, mungkin keputusan ini memang sudah sangat membuatnya menghabiskan waktu untuk sebuah keputusan yang dilemparkan kepadaku. memang menyakitkan, ku kira aku terlalu baik untuk menghabiskan waktu dan bahkan untuk memikirkan dia yang begitu keras memikirkan keputusan keterpisahan ini.

senja, aku selalu merindumu, aku masih ingat cappuccino yang selalu kita nikmati bersama, dingin hari ini namun tidak sesejuk hatiku yang tanpa derauan angin sore di ujung dermaga ini. dermaga kayu menghantarkanku akan keputusan yang menyakitkan. begitu tenang dan meninggalkan kenangan yang begitu dalam, aku sudah melangkah menjauh setidaknya aku masih melihat kamu yang masih duduk di ujung dermaga dan aku sudah tidak peduli apa yang kamu lakukan disitu.

aku rasa kamu memang kejam, tapi aku masih merasakan kamu punya hati. aku sudah jauh dari ujung dermaga, ingin sekali melambai kepadamu dan ucapkan selamat tinggal. kukira kamu tidak akan berbalik melihatku disini dan tentunya aku akan sia sia melambaikan tangan jika kata selamat berpisah pun tak terbalas.

aku masih mencoba menahan diriku diam disini beberapa menit untuk memastikan kamu tidak akan menoleh kepadaku.

taksi yang akan memabawaku ke bandara sore ini pun sudah ada di depan mata. kamu masih saja belum berubah dari posisi mu di ujung senja.

aku sangat menyayangimu ndri, aku benar-benar tidak bisa berpisah seharusnya. tapi kamu yang menyuruhku untuk menjauh dan pergi. maka aku pergi karena aku memang menyayangimu.

setidaknya aku ingin kamu ucapkan kata perpisahan satu kalimat saja.

tapi sudah lah aku terlalu berharap lebih kepada senjaku.

kini aku sadar bahwa kebersamaan dengan senja hanya sebentar saja.

kini aku pun meninggalkan senja, senja lebih memilih malam yang gelap dan terlelap disana. tapi aku akan tetap menjadi siang yang senantiasa menunggu datang senja.

kini aku sudah sangat menjauh dan aku sudah pergi, tepatnya meninggalkan indri tanpa ada kejelasan sedikit pun.

aku sudah di bandara dan tiket menuju makassar sudah di tangan.

panggilan boarding pun sudah terdengar, aku sudah sedari tadi diam di dekat pintu masuk bandara, setidaknya aku sudah terdaftar menjadi penumpang dan aku yakin maskapai akan menungguku 3 menit lagi setelah panggilan terakhir sudah dibunyikan. tapi aku masih disini antara yakin atau tidak yakin menunggu kedatanganmu seperti dahulu kamu menemuiku pertama kali di bandara di kafe nyonya tua itu untuk memberikan hembusan semangat yang bisa membuatku sedikit bergairah di tanah perantauan.

aku kehilangan separuh ambisi ku, bahkan jika terlalu kias, hati ku tertinggal di jakarta ini. tertinggal dan aku akan meninggalkannya.

panggilan boarding terakhir,

mau tidak mau aku harus masuk dan mengucapkan selamat tinggal untuk senjaku yang tertinggal.

kemudian aku siap terbawa angin di angkasa menuju tempat yang semestinya aku bertahan hidup dengan sisa semangat yang baru saja kehilangan senja.

terima kasih indri

kamu sudah menjadi senjaku.



Bersambung,,,,.......

SEE YOU NEXT WEEK GAIS....