Sabtu, 03 September 2016

PERCAKAPAN RASA (berbincang)


Ketika itu, aku masih disini menunggu kedatangan kamu yang kala itu masih sangat sibuk mneyelesaikan setumpuk kerjaan di mejamu. kala itu aku sudah menyelesaikan semua kerjaanku.

Kantor hari bulan ini sangat padat, tapi aku masih menjadi pegawai yang paling bisa menyelesaikan kerjaan dengan baik benar dan cepat, tapi lain hal nya dengan kamu. masih menjadi lelaki yang super ceroboh dan selalu takabur untuk menumpuk pekerjaan.

Kamu masih belum berubah sekali, namun keadaan mu dengan ku yang sudah berubah drastis. Aku yang masih sangat peduli dan tidak bisa berpaling denganmu. entah apa yang membuatku begini.

Aku masih di kursi loby santai menikmati sore.

Sebetulnya aku masih ingat hari ini sama tepatnya 2 tahun yang lalu kamu mengungkapkan perasaanmu ke aku dan membuatku menjadikan kamu orang yang paling ku tunggu di setiap kelas waktu itu.

Aku masih tidak yakin kamu mengingatnya, hubungan kita sudah layaknya teman biasa bahkan tak lebih dari teman kantor. cuman sesekali kamu mengajak aku untuk makan siang bersama dan terkadang kamu masih bertemu dengan teman teman di kampus bersamaku. ya tak lain dan tak bukan teman ku adalah temanmu.

Waktu masih menunjukkan jam 4 sore. Lagi pula jakarta masih sangat macet.

keruwetan jalan membuat suasana sore jakarta selalu merdu dengan bunyi khas dengan nilai bising yang cukup menggema diantara gedung-gedung yang menjulang tinggi.

Lagipula ini hari jumat, besok masih bisa libur untuk beristirahat, setidaknya aku tidak harus berangkat pagi-pagi untuk menuju kantor dengan jarak sekitar 50 kilometer.

Tak lama setelah itu kamu turun dari tangga, terlihat kusut dan kurasa kamu juga belum menyelesaikan pekerjaanmu. Aku sudah hapal itu. ya kamu yudhasena yang selalu membuat aku tidak mudah berancak dan masih merasakan rasa yang dulu pernah kita jalani.

Yudha : Hei nda, belum pulang?
Indah  : iya yud, masih macet diluar
Yudha : wah iya ya masih macet ya, yuk ngopi yuk, mau gak?

Sebenarnya aku sudah lama sekali menunggu kesempatan ini, ajakan dari mu sudah setidaknya memecah kebisingan sore ini. menjadi syahdu lebih tepatnya.

Kita berdua kelaur kantor bersama, kita jalan berdua menuju sebuah kedai kopi yang jaraknya hanya 50 meter dari gedung kantor kita. jalan berdekatan, lama sekali tidak begini. terakhir itu setahun yang lalu, pas ketika kamu memutus hubungan yang spesial itu tanpa alasan yang jelas.

Kamu masih berjalan dan sibuk dengan handphone mu, sedangkan aku masih memperhatikan kamu. Masuk di kedai kopi pun kamu masih sibuk dengan handphonemu. kita duduk di ujung bedekatan dengan jendela yang menghadap langsung ke gedung tempat kerja kita. Meja kamu dan kursi kayu tempat kita duduk menjadikan keadaan semakin nyaman setidaknya bagiku dengan kamu tepat berada di depanku.

Yudha: mbak minta tolong cappuccino dua yang satu gak pake gula yang satu kasih gula cair sesendok makan aja ya.

Pelayan: ok mas, ada lagi yang di pesan?
Yudha: udah mbk itu aja,

kejadian itu begitu cepat, bahkan aku masih belum memesan, oh bukan maksutku aku tidak sempat berbicara tapi yudha sudah menyebutkan pesananan yang memang ku ingin pesan.

Dia masih ingat betul apa yang ku suka ketika di kedai kopi. cappuccino dengan satu sendok gula cair.

Yudha: eh bener kan ndah pesenannya, kamu masih suka itu kan?

Aku hanya bisa mengangguk saja.

Yudha: eh gimana kabar kamu?

aku rasa pertanyaan barusan bukan perranyaan normal, kita satu kantor dan sering berpapasan bahkan meja ku dan mejanya tidak begitu jauh. Kamu sepertinya tidak sedang bergurau atau mungkin kamu hanya ingin memulai pembicaraan sore ini.

Indah : apa sih kamu yud, kan kita sekantor....
yudha : oh iya ya lupa, maklum udah lama ya gak ngopi bareng.
Indah : iya yud, udah setahun yang lalu ya. lamanya itu.
Yudha : iya lama banget ya, eh gimana kabar mama sama papa?

Dulu kamu memang sering berkunjung kerumah hanya sekedar alibi mengerjakan tugas kampus atau cuman hanya ingin mengajakku menonton film yang sedang ramai di perbincangkan di kelas.

Indah : iya alhamdulillah baik yud, kamu kapan pulang ke jawa? kayaknya udah lama aku gak dapet oleh oleh dari kamu.

Candaku kepada yudha, sedikit membuka memori ku dahulu kamu kalau pulang kampung sering membawakan aku oleh-oleh kripik buah khas dari daerahmu.

Yudha : iya nih udah 6 bulan aku gak pulang kampung, maklum kerjaan ku masih begitu menumpuk.
Indah : kamu sih terlalu menyepelekan dan selalu menumpuk kerjaan kamu, kamu tuh ya gak pernah berubah, nanti kalau deadline aja baru kayak gini, nanti bahaya loh kalau deadline bisa-bisa bos marah, kamu jangan kayak gitu lah, kerjakan yang memang sudah terlebih dulu datang dan jangan ditumpuk, nanti jadi berantakan loh yud

Yudha : kamu juga gak berubah sih ndah, masih aja perhatian kayak dulu.

Aku kemudian terdiam dan sebenarnya menahan malu. duhh kenapa aku jadi salting begini yah.

Pesanan kita sudah tiba, aku buru buru menyeruput cangkir kopi ku untuk sekedar mengatur nafas dan detak jantung yang begitu kencang ini. detak jantung yang tidak stabil akibat tatap mata dan kata-katanya yang sudah cukup membuatku lupa mengatur nafas.

Aku selalu hafal denngan pandangmu yang begitu khas ketika menggodaku, agak menyebalkan dan teralalu banyak merindukannya.

Indah : eh kamu gimana sama indri?
Yudha : ya gak gimana-gimana, udah lah jangan bahas dia, aku sedang tak ingin membahas dia.
Indah : oh iya maaf-maaf. kalau ada apa-apa cerita aja yud jangan sungkan.

nampaknya yudha sedang bertengkar dengan indri. Indri merupakan sosok wanita yang sekarang menjadi kekasih yudha setelah putus dengan ku. aku juga sangat kenal dengan indri karena dia satu fakultas dengan kami.

Yudha : kamu sama siapa sekarang ndah?
Indah : maskutnya?
Yudha : ya maksutku kamu sekarang deket sama siapa?
Indah : aku gak deket sama siapa siapa kok, aku ya masih sendiri aja.

Waktu itu konflik batin antara kita pecah setahun yang lalu, kami masih bisa sangat profesional menghadapinya, karena kita masih satu tempat kerja jadi bagaimana pun kita harus bisa menjaga sikap atas masalah pribadi kita waktu itu.

Dan sekarang aku rasa yudha mungkin masih bertengkar hebat dangan indri sampai pekerjaan nya begitu berantakan dan masih sempatnya mengajakku untuk menikmati cappuccino.

Indah: Kenapa sih kamu dulu mutusin aku yud?
Yudha : Jangan bahas ini dulu ya, aku lagi pusing sama indri, jadi kamu jangan nambahin beban pikirannku ya, kamu tau kan aku sedang berantakan, ku harap kamu bisa mengerti ndah.

Kemudian kami terdiam hingga gelas dari kami berdua pun habis isinya dan setidaknya senja sudah semakin memerah yang memaksa kita untuk beranjak dari sini.


Bersambung.......