Sabtu, 07 Januari 2017

HUNIAN MAHASISWA TURUNAN


Hikmah camp

Hiasan di ruang tengah 
bersama kimung tanzil
 Hikmah camp itu bukan asrama pondok pesantren, juga bukan tempat pengajian masal, atau bahkan camp pendakian gunung, hikmah camp adalah hunian strategis yg terletak di tengah kota bogor yg bersebelahan langsung dengan kuburan keluarga dan masjid Al-Hidayah. Berhadapan langsung dengan rumah Kimung Tanzil menjadikannya sebagai tempat yg paling aktif di dunia olahraga,  petualangan, dan pendidikan, bahkan kadang juga dunia anime dan infotainment... Sejarah untuk menguak berdirinya hikmah camp sangatlah panjang dan melelahkan, bahkan arkeolog dr _national geographic_ dan _discovery channel_ menyerah dalam penelitianya yg berjudul "love of muangke" akibat menelan banyak korban...
kami meraih prestasi bersama
Oke kembali ke dunia nyata. Hikmah camp adalah kost tempatku tinggal selama menjalani masa studi di bogor, tempatnya sangat strategis walaupun untuk dapat mencapainya kita harus menggunakan kompas air dan membaca rasi bintang tujuh.


bagian samping halaman dan ruang tengah hikmah camp

Rumah seluas satu hektar dengan isi lengkap yang terdiri dari lemari es, TV kabel, AC, Hot water tube, WiFi, dan electronic robot helper menjadikanya sebagai kost fenomenal di bogor #angan-angan sambil ngelap iler. Rumah yang berhasil mencetuskan warna biru pastel yang sedang hits (sebenarnya karena pada waktu itu di cat dari cat cat bekas yang ditemukan di gudang dan dicampur sehingga menghasilkan warna biru pastel), dilengkapi dengan arena belajar pertanian dan sukses menghidupi kami dengan cabe yang berhasil kami panen ketika harga cabai waktu itu naik. fasilitas lain yang tak kalah menghebohkan adalah ruang diskusi politik yang luas dengan ornamen kaligrafi dilengkapi papan tulis yang kami buat dari lakban sisa bekas acara dikampus. tak heran hikmah camp selalu ramai dengan para mahasiswa menjelang ujian tengah semester atau ujian akhir semester bahkan menjadi arena tukar pikiran masalah asmara dan duniawi lainnya.   
adipta
aku adalah seorang pria penggemar musik dangdut terutama dangdut koplo, aku yang merupakan anak asli lamongan tempat para pengahasil pengusaha tenda biru pinggir jalan yang sukses meramaikan perekonomian indonesia. aku sangat senang sekali dengan menggambar dan memotret dimana dengan gambar dan potret yang akan menjelaskan semua  yang aku lihat, aku terdampar di hikmah camp saat itu menjadi mahasiswa baru dan ditemukan oleh para senior-senior baik hati. waktu cepat sekali berlalu sehingga menyisakan cerita senior yang sudah lulus dan pergi dari hikmah camp, sehingga aku adalah penghuni terlama disini, disusul Hadiansyah yang merupakan keturunan dari blasteran Pakistan-condet, Irvan nuangke yang entah dari mana (saya mengira ia adalah jelmaan wali), Agus nurain yang berasal dari kualat lumpur (korban lapindo yang diungsikan secara paksa), serta erfan yahya tauahgelap (yang digadang-gadang sebagai reinkarnasi cupatkai). posisi yang mantap, karena dengan jumlah lima sekawan tersebut kita dapat mengalahkan cerita fenomenal 5 Cm dengan cerita yang lebih cadaz lagi yaitu 5% (baca: lima persen). Hal tersebut didasarkan dari kisah para penghuninya, lima orang ini memiliki pengalaman hidup yang gak penting-penting amat untuk dibagi.
hadiansyah
Hadiansyah adalah seniman musik kelas wahid yang berpura-pura sebagai mahasiswa, ia sering berpura-pura mengidap tremor (gemetar jari) ketika ia sedang menulis, makan, memegang kertas dan lain sebagainnya. Kecurigaanku terbukti setelah aku melakukan penelitian terhadapnya selama kurang lebih tiga bulan, dia menggetarkan jarinya hanya ketika menulis, makan, dan memegang kertas, namun jika bermain gitar, piano, gendang dan seruling, bahkan ketika bersentuhan dengan wanita jemari tangannya tak lagi bergetar, penyamaranya tak mulus nampaknya, karna aku yakin kelemahan utama ia ada pada alat musik dan wanita. Hal lain yang mendukung hipotesisku adalah ketika aku menemukan buku hariannya, setelah aku membacannya ternyata dia adalah teman dekat bethouvent (seniman musik legendaris sepanjang masa), oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sejatinya ia adalah seniman musik legendaris tahun 50an, namun yang aku tidak tau darinya adalah mengapa ia melakukan penyamaran ini, apa motifnya? apakah dia deperesi, atau ada suatu ancaman dari penggemarnya seperti yang dialami oleh vokalis the beatles John Lenon atau vokalis Nirvana Kurt Cobain. meningat dia adalah orang yang selalu mengundang decub gabung para adik kelas jurusan masak memasak dan hitung menghitung, beberapa wanita sering aku temukan mencarinya dengan membawa berbagai macam bahan pokok pangan yang selalu dia terima dan bagikan ke kita setiap malam tiba untuk di santap bersama-sama. semua adik kelas perempuan itu kurasa adalah penggemar berat dia yang selalu dia jadwal kedatangannya. tapi Entahlah aku berharap ada peneliti selanjutnya yang meneliti hal tersebut.
irvan
Irvan Nuangke adalah titisan wali yang berpura-pura menjelma sebagai mahasiswa, ia adalah orang yang paling aneh diantara kita, jika ada orang yang baru berteman dengannya pasti akan heran terhadapnya, karna mereka pasti akan menyimpulkan bahwa Irvan Nuangke tidak pernah tidur, setiap malam ia selalu begadang, begadang, dan begadang, salah satu dari mereka bertanya kepadaku, kenapa Irvan kuat sekali begadang? Apa rahasia dia? dengan pelan aku menjawabnya yang begadang itu bukan irvan, lantas..siapa? tanyannya sambil bulu kuduknya berdiri, itu adalah jelmaan irvan, sejatinya ia tidur, namun mata sesungguhnya tak akan tertutup karna ia memiliki dua mata, yaitu sebelah kiri dan sebelah kanan. Eh maksudnya mata hati men...hehe. Penyamarannya terbongkar dengan mudah olehku, tak perlu menghabiskan waktu lama untuk menelitinya, cukup dengan dua minggu saja semua rahasiannya dapat terbongkar dengan mudah. Pertama, dia memiliki kemampuan badminton yang sekelas dengan taufik hidayat..TIDAK MUNGKIN, jelmaan yang aneh dan sia-sia, tak masuk logika. Dia adalah alumni pesantren yang notabenya tak mengenal raket modern, shuttle kock, apalagi teknik dan strategi bermain. Setelah dislidiki ternyata selama menjadi santri ia hanya bermain carambol, oleh karena itu tidak mungkin ia bisa bermain badminton. Kedua, dengan badan gagah perkasa mana mungkin ia takut dengan kecoa, semut, tikus, dan kepiting. it's impossible, jelmaan yang kedua ini menunnjukkan bahwa ia benar-benar bukan orang biasa, lantas apa motif dia melakukan penyamaran ini??? apakah menguji penghuni kosan ini, ataukah ada motif lain? Wallahualam..mungkin bisa menjadi topic kajian lebih lanjut.
agus
Agus nurain, dia bukan jelmaan wali ataupun penyamaran dari orang pendahulu kita, dia memang benar-benar korban lapindo yang terpaksa diasingkan, hal ini terbukti dari bekas luka yang ada di tangannya. Hidupnya sangat sedih, sering ia menangis sendirian di belakang kos hikamah camp, setelah ku tanya kenapa ia sering menangis sendiri sambil ku bawakan permen, ternyata ia bukan menangis karna terasingkan, bukan juga karna tidak menang Program Kreativitas Mahasiswa, atau proyek satu milyarnya tak tembus. Ia menangis karna proposal lamarannya salah alamat, dan orang yang dituju sudah lebih dulu dilamar orang lain, ditambah lagi diet yang dilakukannya gagal walaupun dibarengi puasa Nabi Daud, sungguh tragis memang, dan parahnya lagi, hal tersebut berulang-ulang secara musiman pada dirinya..sebagai teman pun aku turut berduka, untuk mengobati kesedihan tersebut, biasanya aku membelikannya egg in blanket (*telor selimut* sebuah makanan fenomenal pada jaman saat itu, dan hanya dijual untuk kalangan tertentu) konon katanya makanan tersebut adalah makanan yang di sukai para kompeni VOC yang datang, bahkan setelah kekalahan VOC dan VOC pergi meninggalkan tanah nusantara, resep egg in blanket di buang di tengah laut bersama gerobak kecilnya setelah beberapa ratus tahun berlalu akhirnya ada seseorang menemukan resep dan 2 kotak misterius di pantai cirebon (mungkin begitulah cerita singkatnya, akan di bahas di cerita selanjutnya), walaupun nasib yang diterima agus seperti itu namun kami mengenal dia memang anak jenius, cuman nasibnya kadang naik turun tergantung proposal cinta nya ditolak atau tidak.
erfan
Erfan yahya tauahgelap, dia diindikasikan oleh para peramal dari suku maya sebagai reinkarnasi cupatkai, #sontak aku terdiam sejenak, apakah benar hal itu?? , aku sangat tertarik untuk menelitinya. karna hingga saat ini dunia membutuhkan cupatkai yang sesungguhnya, agar komposisi posting yang ada di media sosial tidak didominasi oleh percintaan yang sesat. Pertama-tama yang aku lakukan adalah membuat hipotesis dari pertanyaan itu, apakah teman yang bersamaku sejak duduk di bangku SMA ini merupakan dewa cinta (cupatkai)??? Antara iya dan tidak. Kedua, aku langsung meneliti gerak geriknya dari bangun tidur hingga tidur lagi, sempat sesekali aku melakukan penyamaran menjadi bos di perusahaannya, hal mengagetkan yang aku dapatkan adalah bahwa dia memiliki dua dunia, yaitu dunia anime dan dunia fantasi plus. Ia sering berinteraksi dengan tokoh-tokoh dragon ball, doraemon, one peace, dan cibi marukochan..selain itu ia juga terkadang menjual online pernak-pernik cinta sesa'at/pacaran seperti buku kumpulan kata-kata gombal, kacamata tembus pandang, parfum malam minggu, lipstick rasa ketan hitam, dll . Oleh karena itu dapat aku simpulkan bahwa ia merupakan reinkarnasi cupatkai. ##

#Tulisan ini adalah ungkapan persahabatan dari hati yang terdalam, gaya penulisan dan alur gambaran dibawakan sesuai canda dan tawa saat itu. salam persahabatan yang merindu akan kenangan itu
HIKMAH CAMP CREW
papan dari lakban untuk sarana sharing
halaman depan 

halaman samping sedang panen jagung waktu itu


Adipta Nur Pratama
Bogor, 9 Oktober 2013

Sabtu, 31 Desember 2016

TEMPAT RINDU YANG SAMA

sumber : JIWO

aku dan puspa masih duduk bersama menikmati susu hangat dan menikmati pemandangan yang cukup sejuk disini. sembari kami menunggu pesanan makanan soto mie bogor, puspa melihat-lihat kondisi sekitar. kami duduk di lantai atas duduk di pojok area terbuka menghadap ke bebukitan dan terlihat dibawah area bermain anak-anak. suasana puncak dengan udara sejuknya terasa disini.

aku terlalu merindukan ocit, itu alasanku sebenarnya mengajak puspa kesini, sebenarnya banyak tempat yang nyaman untuk sekedar menikmati udara puncak tapi ini tempat cukup nyaman untuk sekedar menikmati kenangan.

aku terbawa suasana memang dengan rindu ini.

cukup lah dengan susu hangat ini mewakili salam rindu yang hangat setidaknya tersirat dan tidak berani kuutarakan langsung kepada dia yang jauh disana. yang dulu sering sekali mengisi waktu ku.

puspa kembali dari bawah, melihat-lihat tempat ini, berjalan ke area bawah tempat bermain anak dan menikmati bebukitan.

"mbak bagus ya"

aku kemudian kaget

"eh kamu udah dari bawah"
"mbak kenapa sih kok jadi ngelamun aja, gak asik ih"
"enggak apa-apa kok"
"ah bohong, pasti mbak rindu sama seseorang"

aku tidak bisa memungkiri hal tersebut, rinduku sudah terlalu menumpuk dan aku mengunjungi tempat-tempat yang semakin mebuat rinduku menguat. dia yang masih ada di hatiku begitu baik ku tinggalkan, memang benar ya penyesalah selalu datang di akhir.

"iya mbak rindu dek"
"rindu siapa sih? orang nya di mana? biar  aku hubungin dia" puspa terus memaksaku.
"udah dek gak apa apa kok"
"ini nih, aku juga cewek mbak, kalau udah ngomong gak apa-apa tapi masih ngelamun berarti ada apa-apa itu, ayolah mbak. cerita, sebenarnya siapa itu ocit dan dia ada dimana sekarang?" puspa terus memaksaku.

"oke deh, kamu kan tau si ocit ada di makassar"
"tapi nama sebenarnya dia siapa mbak? biar nanti ku bantu cari dan kusuruh mas buat bantu juga"
"nama nya yudhasena"

kemudian si puspa kaget, entah apa yang membuat kaget, setelahitu beberapa menit dia diam, dan aku juga semakin bertanya-tanya kenapa dia tiba-tiba diam sedangkan tadi dia memaksaku untuk mengatakan apa penyebab kegalauan ku. tak lama kemudian puspa mengambil handphone yang dia taruh di atas meja, kemudian dia seperti mengetik pesan singkat dan mengirim ke seseorang.

"dek kok jadi kamu diam? kamu kenapa? kamu kenal yang namanya yudhasena?"
"iya mbak aku kenal, dan kenal banget sama dia"

kali ini tatapan puspa kepadaku begitu dalam, aku masih belum mengerti arti tatapannya itu.

"kamu udah menghubungin mas mu?"
"iya udah mbak, malahan ini tadi aku minta bantuan dia kok"
"minta bantuan nyari yudhasena? mas mu kenal sama yudhasena?"
"bukan mbak, tunggu mbak, nanti semua akan terjawab"

tak beberapa lama handphone puspa berbunyi, setelah itu dia meletakkan handphonenya di meja dan mengeraskan suara telpon nya.

"assalamualaikum" dari ujung telpon itu, sepertinya aku tidak asing dengan suara itu.
"dekk, kenapa kok nyuruh aku telpon?" masih terdengar dari ujung telpon tersebut suara seorang laki-laki yang sangat akrab di telingaku. namun puspa masih diam saja.

"dek, kok diem aja? tumben? kamu gak apa-apa kan?" suara laki-laki diujung telpon tersebut masih terdengar menunggu balasan suara dari pemilik telpon. aku masih heran saja kenapa puspa tidak mau berbicara, jelas-jelas laki-laki ini menyapa dia dan begitu perhatian dengannya.

"dek, kenapa kamu gak jawab?" tanya ku penasaran.

setelah itu tidak ada suara dari ujung telpon itu.

"mbak pasti kenal betul dengan orang di ujung telpon itu" jelas puspa.
"aku memang tak asing dengan suara di ujung telpon itu, tapi aku tidak mau menduga takut aku salah, memang siapa itu dek?"
telpon masih menyala, masih ada orang diujung telpon itu. belum ada respon berikutnya, pasti dia masih mendengar pembicaraan ini.

"orang yang kita rindukan sama mbak, kita bermuara pada satu rindu yang sama"
"maksutmu? aku masih belum mengerti.. coba jelaskan"
"iya mbak benar, itu adalah mas yudha"
"kammu serius?"
"iya aku yudha ndi" suara itu dari ujung telpon

sebetulnya aku sangat bahagia mendengar suara yudha kembali, ocit yang kurindukan itu. tapi sejujurnya aku tidak enak hati dengan puspa. aku merindukan orang yang saat ini melabuhkan rindu nya. ada kebahagiaan sekaligus kecemburuan yang memerah ada didepanku.

"dek, kamu kenapa diem aja sih?" suara yudha dari ujung telpon itu.
"sudah yudh, mending kamu matikan dulu telponmu, aku akan berbicara dengan puspa dulu."

telpon tersebut kemudian tertutup. kemudian puspa mengambil nafas panjang.

"mbak maaf aku sedikit emosi tadi"
"kamu kenapa kalo lagi marah kayaknya kamu bakal serem ya"
"maaf mbak, aku hanya gak percaya aja, nemuin masalalu mas dengan gak sengaja, dan mbak cerita dan mbak membahas orang yang sama, mbak merindukan orang yang sama denganku"
"iya ya, kenapa bisa begini ya"
"iya mbak mas dulu pernah cerita banyak tentang mbak, mas juga dulu sangat merindukan mbak, cuman akhirnya mas kecewa mbak meninggalkannya begitu aja"
"iya aku memang salah, tapi bagaimana dia bisa memilihmu?"
"aku juga bingung kenapa aku bisa sampe sekarang sama mas, dia gak pernah nembak aku secara langsung sih, cuman yang deket aja"
"aku tadai sampe takut loh ngelihat kamu yang kayaknya hampir marah"
"yah memang mbak, aku takut kehilangan mas yudha, dia udh baik banget sama aku dan tulus, walaupun aku sebenarnya sadar bahwa mas memang masih belum benar-benar bisa ngelupain mbak"
"apa benar ocit masih mengharapkan ku? aku rasa dia sangat memperhaitikan kamu betul, dan kamu juga sepertinya begitu juga, lantas kamu masih mengira ocit akan kembali lagi menemuiku?"
"sepertinya dia akan mencoba untuk kembali ke mbak, aku bisa merasakannya mbak, kita perempuan pasti akan mengkhawatrikan hal itu, itu wajar mbak"
"lantas apakah dia masih mau dengan ku yang sudah meninggalkan nya begitu saja."
"aku hanya khawatir mbak" jelas puspa dengan mata yang mulai berair
"sudahlah dek, kamu jangan khawatir berlebihan, aku memang merindukan ocit, tapi tetap saja mas yudhasena sudah memiilih kamu. jagan pernah kamu sia-sia kan dia"
"kenapa mbak begitu ikhlas dengan melepas rindu mbak begitu saja?"
"karena aku sekarang tahu dia berada di orang yang tepat"

aku sebenarnya masih sangat mengharapkan yudha kembali padaku, namun sosok puspa membuatku sadar bahwa memang orang yang tulus akan bertemu dengan tulus, mungkin memang waktu itu sudah aku sia-siakan dia dan kemudian waktu bergulir dimana aku kemudian menyesal melepas dia. tapi rasa penyesalan itu kemudian menjadi buliran ombak yang akan kembali kelaut dan menjauh dari daratan. mungkin sudah saat nya aku memilih untuk meninggalkan yudha, namun bulir ombak tidak akan melupakan daratan dan pastinya akan merindukan akan daratan lagi mungkin daratan yang berbeda yang siap menerima nya.

aku dan puspa pun menyepakati itu, aku merelakan yudhasena. oh bukan maksutku aku merelakan rinduku untuk tidak lagi mengharapkan labuan yang sama dengan orang yang sudah tulus menemani dia yang terpuruk karenaku.


Sabtu, 03 Desember 2016

RINDU YANG TERUNGKAP (PART V)


Semakin malam hari ini, semakin rentan juga perasaan ini terbawa dinginnya malam, kemudian kami memutuskan untuk kembali ke hotel karena besok pagi kami ingin ke puncak atau jalan jalan ke kebun teh.

sekitar hampir tengah malam kami sampai di hotel, dijalan pun kami membeli beberapa minum segar untuk dinikmati di hotel sembari cerita dikasur.

memasuki kamar hotel kami masing-masing sibuk membersihkan diri kami masing-masing, biasalah seorang perempuan selalu banyak keperluannya.

sesudah itu kami rebahan di kasur dan masih saling becanda namun puspa masih sibuk menghubungi kembali si mas untuk sekedar menyampaikan kabar setelah hampir seharian handphone kami sepakati untuk di matikan.

setelah itu kami rebahan dan hendak memulai cerita yang akan mengisi malam kita ini.

ceritanya akan membawa perasaan tentunya.

aku sedari tadi menunggu puspa selesai menghubungi si mas nya dan melanjutkan malam kami dengan bercerita.

Namun, aku tak sadarkan diri. menempel di bantal sembari rebahan memuat aku tertidur duluan. tidak hanya malam ini saja, dulu ketika aku masih dengan ocit aku seringkali tertidur ketika kita sedang menikmati malam minggu kami menghabiskan lewat jaringan udara. ketika ocit sedang asik bercerita tentang kegiatan nya disana aku mendenger sembari rebahan di kasur rumah dan aku tertidur hingga pagi-pagi bangun handphone dan earphone nya masih menempel di telinga.

Pagi telah tiba

aku terbangun tepat jam 5 subuh waktu bogor, terlihat puspa masih tertidur disampingku. entah tadi malam aku yang memang langsung tertidur atau puspa yang terlalu lama menelpon si mas. tapi sepertinya memang aku yang langsung tertidur.

aku mengambil air wudhu dan segera menyelesaikan sholat subuh ku. aku kemudian membangunkan puspa.

"dek, bangun... sholat subuh dulu" ku goyangkan pelan bahu puspa yang sedang tertidur.

puspa pun terbangun

"pagi mbak? jam berapa ini mbak?"

"masih sempet ya nyapa bangun tidur, udah jam 5 lebih ini, sholat dulu gih" aku pun pagi pagi senyum-senyum sendiri akibat ulah puspa yang kuanggap sangat menggelitik.

"iya mbak"

puspa menuju kamar mandi, aku pun mempersiapkan baju untuk jalan-jalan hari ini. setelan baju dan hijab biru sudah kupersiapkan. puspa sudah menyelesaikan sholat subuhnya.

"mbak mau mandi sekarang?"

"kamu dulu apa aku dulu?"

"udah mbak dulu aja ya, aku belum nyiapin baju sama beres-beres nih"

"yaudah kalo gitu, jangan tidur lagi ya?"

"ih apa sih mbak, iseng aja deh, enggak kok enggak"

aku kemudian menyelesaikan mandiku, setelah itu kami bergantian. puspa sudah merapikan barang-barangnya hingga tempat tidur pun juga dia rapikan.

"ih kenapa  kamu rapikan tempat tidur segala dek?"

"udah biar mbak, udah kebiasaan kalo pagi mbak"

Seharusnya kamar tidak usahh dibersihkan karena nanti petugas hotel pun akan membersihkannya. tapi ya sudahlah memang begitu rajin puspa dalam hal merapikan segala sesuatu.

setelah dia mandi, kami pun bersiap untuk sarapan. kami menuju ke restoran hotel untuk sarapan.

beberapa menu  tersedia, dan masih hanya beberapa meja saja yang terisi oleh tamu hotel. maklum sepagi ini kami sarapan, bahkan nasi goreng yang tersediapun masih terlihat asapnya mungkin baru selesai keluar dari wajan sang koki.

aku mengambil dua helai roti yang ku olesi dengan selai kacang dan hamburan sedikit coklat meses di atasnya, sedangkan puspa mengambil seporsi nasi goreng hongkong yang baru masak tadi.

"mbak aku mau pesen omlete, mbak mau juga gak?"

"boleh dek, aku ini mau ambil buah di ujung sana, kamu diambilin buah apa?"

"aku pepaya sama semangka aja mbak,"

selesai mengambil buah aku pun menuju meja ujung dekat dengan tempat air minum berada. puspa masih menunggu telur omlete matang, aku mengambil 2 gelas air putih untuk kami. tak lama kemudian puspa menuju meja, belum selesai duduk  dia melihat ada yang kurang.

"mbak mau jus dingin gak?"

"jangan jus dek, aku kopi aja deh"

puspa pun berubah pikiran, dia mengambil dua cangkir kopi panas untuk kami.

"loh gak jadi ambil jus kamu?"

"gak jadi deh mbak, aku mau kopi juga sama kayak mbak" dengan tersenyum lebar.

sarapan kami jalani, sibuk dengan makanan masing-masing sembari mengobrol membahas kejadian tadi malam. aku masih merasa bersalah meninggalkan dia tidur padahal kan harusnya kita menikmati malam minggu dengan bercerita. bercerita tentang orang yang aku rindukan.

sudah lama juga aku gak mau bercerita ke orang lain tentang masalaluku. tapi tidak hal nya dengan puspa, walaupun kami baru kenal dan umur dia juga lebih muda dari aku, entah kenapa aku ingin sekali bercerita untuk menikmati rinduku kembali dengan orang yang lama tidak pernah lagi menghubungiku atas permintaanku.

"dek aku masih gak enak tau tadi malam mbak tertidur gitu"

"ih gak apa-apa kali mbak, lagian tidurnya nyenyak banget, mau aku foto dan aku uplod tapi gak enak"

"ih awas kamu kalau mulai isengnya"

"enggak mbak becanda kok"

kami menyelesaikan sarapan kami setelah itu hal yang paling akhir yaitu kami menikmati kopi kami. pagi ini kopi kami tidak terlalu pahit, jenis kopi lokal dengan keasaman yang rendah serta porsi yang terlalu encer tidak begitu mengasamkan lambung kami pagi ini.

Setidaknya ini cukup untuk pagi santai kami yang akan kami habiskan dengan minkmati suasana puncak hari ini.

waktu hari ini sudah menunjukkan pukul 06.30 waktu bagian bogor, kami bergeges ke kamar untuk bersiap check out dan melanjutkkan perjalanan ke puncak sebelum terjebak arus macet.

tepat pukul 7 kami selesai dengan urusan check out dari hotel, kami menunju ke mobil dan melihat jalanan masih sepi.

menembus pagi berkendara dengan santai menikmati perjalanan bogor, melaju dengan kecepatan sedang melewati kota bogor yang dulu nya penah membawa kenanganku dengan ocit. kencan pertama kami sebelum kami memtuskan untuk jadian. waktu itu kami hendak menghabiskan waktu sabtu sore di puncak berdua.

selesai urusan proposal penelitian ku yang cukup menguras pikiran dengan ibu dosen pembimbing yang kritis mencoret-coret setiap lembar di proposal penelitian ku. aku waktu itu berangkat ke bogor sendirian dan bertemu dengan ocit  di bogor.

waktu itu aku ingat betul dengan motor bebeknya dia membawaku untuk menikmati bogor siang itu. langit bogor yang selalu mendung tak terduga memayungi kami. diatas motor bebek itu kami berjalan melewati mobil-mobil yang berparkir dijalan. keadaan yang cukup padat kearah puncak membuat banyak mobil yang seolah parkir di jalan. kami mengambil jalan-jalan tembus yang hanya bisa dilewati motor.

dipertigaan ciawi kami sudah mendengar kabar bahwa jalan sedang di tutup ke arah puncak. melewati jalan tikus akirnya kami sampai juga di pertigaan gadog. untuk motor kami bisa mengambil jalan pinggir melawan arah yang sedang dibuka satu jalur ke arah bogor. pelan namun pasti kami sampai di tempat tujuan kami, sebuah restoran bernuasa alam dengan sajian khas susu segarnya itu menjadi tempat persinggahan kami untuk istirahat dan menghabiskan waktu saja.

kami langsung memesan makan siang, aku memesan soto bogor dan dia memesan steak dan masing-masing dari kami memesan susu plain hangat.

"enak ya mbak minum susu hangat sambil menikmati udara segar di puncak?"

"iya dek enak, tapi bikin kangen tau"

"yaudah kita kesana aja yuk mbak.. aku pengen tau tempatnya"

"ih nanti mbak jadi baper kalo kesana"

"udah kan ada aku, anggep aja aku pacar mbak dulu"

"yaudah deh, kita kesana"

kami sudah di pertigaan gadog, kami masih pagi dan tidak terkena buka tutup jalan. kami sampai di restoran tersebut, tapi masih tutup. akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami ke kebun teh karena sepagi ini pasti masih sangat lancar, setidaknya siang nanti kami juga masih bisa turun ke restoran ini.

berjalan tidak sampai setengah jam kami sudah sampai di wilayah perkebunan teh, kami parkir mobil dan masuk ke kawasan kebun teh yang masih sangat sepi itu, ini belum genap jam 9 tapi masih sepi. aku dan puspa kemudian berkeliling sebentar dan sejenak berfoto-foto mengabbadikan moment.

Kami menemukan sebuah tempat yang mirip gazibu yang menjorok langsung ke kebun teh, kami kesana dan mengambil foto sembari aku merehatkan kaki ku setelah menyetir.

"bagus ya mbak? kalo aku tinggal di jakarta mah tiap sabtu minggu bisa-bisa kesini sama si mas"

"iya aku dulu juga nyesel kenapa aku dulu gak setiap weekend kesini"

"lah kenapa mbak? kan mas ocit bukan nya tinggal nya di bogor kan?"

"iya sih, tapi macetnya itu yang gak nahan, kebutaln aja ini gak macet"

"iya dong, kan bogor tau ada aku mau ke puncak jadi langsung gak macet"

"ihh iseng aja kamu, mbak cubit juga nih kamu, ngegemesin banget"

"mbak aku mau keliling bentar ya, mbak istirahat aja disini ya"

"yaudah tapi kamu jangan jauh-jauh ya"

"ok mbak"

gadis bugis itu kemudian berjalan meninggalkan gazibu dan berkeliling melihat ibu-ibu pemetik teh yang sedang memetik teh tak jauh dari tempat ini.

aku hanya berdiam diri dan melihat sekeliling kebun teh, menikmati udara segar dan sedikit mengenang masa lalu.

terlihat dari sini puspa sibuk melihat-lihat dan berbicang dengan ibu-ibu pemetik teh, terlihat begitu girang dan sangat antusias. tertawa lepas dengan ibu-ibu itu, sembari menikmati cara memetik teh. daun nya yang hijau itu mengandung oksidan yang tinggi dan mengahasilkan teh yang akan sangat nikmat tersaji. dulu aku sangat suka sekali dengan teh, apalagi teh melati. rasanya menenangkan dan menjadi teman untuk melepas sejanak rasa kecewa yang sudah menumpuk. teh melati pernah kusajikan di orang yang pernah menungguku setia disampingku hingga aku mampu berdiri kembali, berhasil sembuh dari siuaman panjang akibat sang mantan yang selalu menjengkelkan itu.

aku pernah duduk bersama menikmati teh melati yang ku buat di rumah budeh ku bersama dia berdua. kulihat dia menutup matanya sembari menikmati teh yang kubuat, kutemukan kembali jiwa ku oleh ketulusannya yang membantu aku siuman kembali.

"hayooooo... pasti baper ya" puspa mengagetkan ku dari belakang

"ih kamu ngagetin aja, udah jalan-jalannya?" 

"ih mata mbak kok berkaca-kaca sih, habis nangis ya?"

"enggak kok, kena debu aja kayaknya"

"ih udah ketahuan gak ngaku"

"udah ah, yuk kita minum susu hangat yukk."

kami pun melanjutkan kembali turun ke restoran yang  masih belum buka tadi.

bersambung .........