Sabtu, 25 Juli 2015

Cappuccino Dingin Semester Akhir

credit by R.I

Hari ini tepat hari ke 20 puasa ramadhan, bertepatan dengan hari dimana jadwal sidang kelulusan kamu di uji, setelah beberapa hari dan malam kita saling membahas kertas yang terbendel berisi tentang materi penelitianmu, akhirnya hari ini kamu maju di kursi persidangan kelulusan dimana hasil ini akan menentukan. Salah satunya adalah menentukan perjumpaan kita tidak akan seperti biasanya. Tentunya dengan gelar sarjana mu yang kamu raih dan dengan beberapa sks mata kuliahku yang akan aku tempuh semester depan.

Kamu tidak akan sering lagi berkunjung dikampus ini, ya setidaknya mulai terhitung dari beberapa hari sekarang tak akan lagi aku lihat kamu di taman kampus ungu itu. Bahkan aku masih belum sepenuhnya menyangka bahwa kedekatan kita akan berbeda lagi bahasan. Kamu sebentar lagi akan sibuk dan mendapatkan pekerjaan, tentunya sudah lama sekali kamu mencita-citakan ini. Bagiku semester terakhir dan penelitian mu adalah bagian dari mata kuliah yang tidak masuk dalam daftar nilai indeks prestasi. Ini hanya sebatas ujian mahasiswa semester akhir, tentunya aku yakin kamu setidaknya tidak akan beranjak cepat dari kampus ini karena beberapa keperluan selepas sidang yang akan bakal menyibukkan diri di kampus.

Tepat pukul 7 siang kamu memberikan kabar kepadaku melalui pesan singkat bahwa sidang kelulusan mu akan dilaksanakan hari ini, namun kehadiranku tidak dimungkin dikarenakan pekerjaan ku di hari ini sangat tidak bersahabat.

Obrolan kita tadi malam memang sangat lama bahkan tak selama biasanya, bahasan tentang materi ujian mu dan presentasi buatanmu itu membuat mala mini kite terhubung di ujung telepon serta berdiskusi seolah tak berjarak. Kamu yang sedari awal telpon khawatir akan hari esok dimana dosen penguji yang belum memastikan kehadirannya, namun kamu juga beruntung mendapatkan pembimbing luar yang begitu bersahabat karena satu almamater dan sahabat dari salah seorang pamanmu.

Aku pun agak khawatir akan hari ini, jam sidang mu pukul 10 akan dimulai beberapa jam lagi.entah siapa yang hadir menemani kamu di kampus, aku hanya khawatir akan kelancaran sidangmu, aku hanya khawatir kamu salah ngomong. Tapi aku yakin kamu bisa melewati ini. Dan aku pun hanya disini berdoa agar kamu lulus dengan nilai yang memuaskan.

**
Tepat pukul 10 dan aku yakin kamu sudah ada dideapan 3 orang penguji untuk memaparkan hasil penelitianmu. Semoga kamu tidak lupa yang kita pelajari di ujung telpon tadi malam, dan semoga segera mengabariku akan hasil dari sidang ujian hari ini.

Berjam-jam hingga sore aku menunggu kabar darimu,

Tepat sebelum adzan ashar berkumandang kamu datang lewat beberapa kalimat yang hadir dalam handphone ku.

“assalamualaikum, pasti masih kerja ya? Alhamdulillah aku sudah selesai sidang, dan sekarang aku harus ke bogor untuk sidang lanjutan karena dosen pengujiku tidak bisa hadir dan aku sidang dirumah beliau”

Sangat senang sekaligus lega perasaan ku, setidaknya aku bisa menemani nya hingga detik-detik kelulusanya, lebih tepatnya aku lega bisa ada di saat detik-detik kelulusannya.

Dulu aku memang pernah sedikit berangan bahwa aku bisa ada dan membantu sekuat tenaga di detik detik kritismu. Sekarang itu terwujud, aku disini sedari beberapa bulan lalu aku menemani mu tanpa memperdulikan keadaan ku sendiri yang seolah bekerja dan bertindak semua melebihi kapasitas yang aku miliki, layaknya biasa aku mengejar kelas dan ujian di sore hari.

Aku sadar saat ini bahwa kekuatan itu ada di tekad dan niat, seberapa lemah kita, kita masih memiliki kekuatan yang tak terbatas disaat kita diselimuti tekad. Kata menyerah memang tidak masuk dalam kamus kehidupanku. Bahkan sedari awal aku dekatmu tak kukenal kata menyerah.

Ada dan selalu ada, hal yang kucoba untuk menjadi harga tawar mendapatkan hati mu. yang ku tahu bahwa hatimu baru saja sembuh, atau beberapa waktu lalu terluka. Tentunya bukan aku yang memberikan luka, aku hanya menjadikan penawar entah itu memiliki arti atau tidak, setidaknya aku disini sudah disini dan siap menunggu kamu untuk tetap di sini dan kesana melangkah bersama ku.

Memang hati mu sudah meradang bahkan begitu terluka. Aku hanya ingin menjadi antibiotic agar luka hatimu tidak menginfeksi jiwa mu. Karena aku yakin bahwa hal yang dilakukan dengan hati akan sampai ke hati juga.

Sekarang, kamu baru saja merayakan kebahagian mu atas terwujudnya cita-cita mu untuk lulus dari kampus yang sudah berjasa dalam pertemuan kita. Kamu sangat senang. Tentunya, aku ikut merasakannya. Begitu damai kurasa, karena aku bahagia. Bahagia ini adalah ikut merasakan dan membuat orang lain bahagia, orang lain itu tak lain tak bukan adalah kamu yang beberapa bulan beberapa bulan lalu sangat sering berjumpa denganku, aku yang telah jatuh hati padamu sejak pertama kali kita, oh maaf salah bukan kita tapi aku. Aku yang menata matamu dari kejauhan, menatapmu dalam kesedihan.

Namun semua itu sudah terlewati, sekarang kamu bagaikan candu. Tak ada nomor lain yang mampir di handpone ku ini kecuali nama kamu. Tak ada gambar lain di layar pembuka handphoneku, kecuali gambar tangan kita berdua yang sudah aku abadikan dan aku selalu pasang di layar handphoneku. Gambar itu adalah satu-satunya gambar yang berhasil aku ambil dan tak adalagi, walaupun cuman gambar tangan kita berdua dan cappuccino dingin yang kita pesan waktu itu.


Sekarang kamu akan lulus, kamu akan memiliki dunia baru, dan kamu akan pergi. Aku harap kamu gak benar benar pergi dariku. Karena kamu masih belum tau dan aku menyimpan rasa itu. Aku hanya tidak ingin membuat dunia yang selalu kita buat dengan segelas cappuccino itu akan segera berakhir.

Sore akan segera berakhir dan ini adalah sudah masuk libur semester. Seusai absen, aku masih diam di depan kantor duduk diatas motor menunggu kabar dari kamu yang masih menjalani sidang dirumah dosen penguji di daerah bogor. Lama tak kunjung ada kabarmu, senja yang sudah memerah membuat aku memutuskan untuk jalan menuju sebuah mall yang tak jauh dari kantor, aku ingin sekedar makan dan duduk-duduk disana sambil menikmati sore.

Tak lama setelah aku masuk dalam mall itu, handphoneku berbunyi dan itu kamu memberikan kabar bahwa kamu sudah dinyatakan lulus dan hanya sedikit revisi terhadap hasil penelitianmu. Sangat lega tentunya kurasa, setelah pertemuan beberapa bulan terakhir yang di warnai dengan diskusi dan pedebatan yang kadang membuat kita terlalu serius menghadapi lembaran-lembaran yang isi nya terkadang terlalu ilmiah untuk diperdebatkan dalam sebuah kedai kopi dengan mata  berinteraski hampir dalam setiap kalimat yang berbuah paragraph itu. 

Tumpukan buku tebal yang penuh dengan teori kajian ilmiah membuat kamu dan aku selalu observatif dengan tema penelitianmu. Bahkan aku belum sampai ditahap yang kamu lalui, aku hanya mencoba membaur dan menyatu dengan teori-teori yang pasti akan membosankan jika aku hanya mempelajarinya sendiri, begitu pun dengan kamu yang pasti malas menyentuh buku-buku tebal hasil kajian ilmiah sebelum-sebelumnya.
Pertemuan kita beberapa bulan itu membuat kita mengerti akan hal-hal yang tidak kita mengerti sebelumnya, teori penelitian, jurnal penelitian, dasar-dasar penelitian, kualitatif dan kuantitatif serta satu hal yang mengeinisiasi tanpa bantuan katalis masuk merusak sistem logikaku, hal itu adalah dasar teori nyaman dalam hati yang sebetulnya tidak ada dalam kumpulan kajian ilmiah itu
aku masih dalam lamunan, di salah satu kedai kopi dalam mall ini. masih berangan-angan.

kemudian kamu datang depan mataku

senyum manismu menghampiri aku dan memecahkan lamunanku.

"aku udah lulus dong, kamu kenapa gak bilang ada disini.. chatku di cuekin coba"
"masyaallah aku lupa... maaaf maaf"
"ya udah yuk pindah tempat, aku sama papa tadi kesini, rumah pengujiku tadi deket sama mall ini, aku lihat kamu tadi duduk disini makanya langsung aku hampiri."
"wah kebetulan kalo gitu ya"
"yaudah buruan ayokk kita kesana"

aku dan indri menuju ke restoran sebelah kedai tempat aku melamun sedari tadi. sesampainya di restoran cepat saji itu, aku dipertemukan dengan papa indri. senyum orangtua paruh baya ini begitu menghangatkan dan terlihat begitu penyayang. indri yang merupakan anak sulung dan satu-satunya anak perempuan dalam keluarganya itu memang sangat dekat dengan papanya. kedekatan dan keakraban mereka sangat terlihat dari cara indri berbicara dengan papanya. begitu pun papa nya yang sangat memperhatikan indri. bahkan aku hanya bisa diam dan sangat canggung.

"pap, ini agus yang aku sering ceritain ke papa waktu itu, dia yang suka nemenin ndi kalo habis bimbingan pa"

aku pun mengelurkan tanganku untuk berkenalan dengan papa indri. senyumnya yang ramah itu menandakan bahwa keberadaanku tidak begitu mengganggu, dan akhirnya aku pun ikut makan bersama mereka.


selamat berjumpa minggu depan gais...

see yaaaaa...... :) 

Jumat, 17 Juli 2015

Surat Untuk Ramadhan

Hari ini, aku sangat gelisah..

Tiket kepulanganku ke kampung halaman sudah ada ditangan, itu artinya kamu juga harus pulang. Entah kenapa kali ini aku sangat gelisah, padahal moment pulang kampung adalah moment yang selalu aku tunggu di perantauan. Namun ini beda!! Aku yang sudah memulai mengenal kamu dalam kesepian di perantauan ini sangat bahagia, bahkan begitu bahagia walaupun hati ku tersayat karena masalah percintaan atau pertikaian duniawi yang semakin memabukkan ku.

Dikala kesepian dalam perantauan kamu lah yang selalu setia menemaniku, menemani dalam kesendirian, menemani dalam setiap renungan, bahkan waktu siang bukanlah waktu yang panjang karena kebersamaan kita sangat berkualitas.

Sekarang kamu pergi, menjauh kembali, aku merindukanmu, merindukan setiap nada-nada hijaz setiap alunan ayat alqur’an di masjid tua itu. Kamu yang mampu membuat setiap makanan manis menjadi nikmat bahkan lebih nikmat dari pada janji manis. Kamu yang tidak pernah pamri bahwa kamu setap aku bersamamu apapun yang halal menjadi yang luar bisa di hadapanku. Kamu yang mampu membuat jalanan sore begitu padat dan ramai bahkan disetiap gang.

Kamu yang mampu menjadikan suara di pengeras suara tua itu menjadi nada terindah yang selalu ku dengar dan ku nanti di setiap sore. Adzan merupakan berkah yang luar biasa bagiku, mungkin bagi semua orang. Kamu yang mampu mengubah pola hidup. Hidup lebih sehat dan lebih tertib. Mesjid yang biasa sepi sekarang menjadi sangat ramai. Aku senang dengan hal itu.

Terkadang kehadiranmu membuat setiap silaturahmi itu indah, kamu yang menjadi alasan bertemu sahabat lama atau bahkan kamu yang jadi alasan untuk pertemuan dikala usai jam kantor. Aku ingat, kamu yang membantu kesembuhan penyakit hatiku, kamu yang memberikan ketenangan batinku, bahkan kamu yang membuatku berani mengatakan itu salah.

Kehadiranmu juga membuat terkadang orang lupa bahwa kamu sangat istimewa, kadang kehadiranmu membuat silaturahmi mengesampingkan setiap amalan yang seharusnya kita bisa raih dengan jutaan keberkahan. Kamu yang di anggap istimewa namun keistemawaanmu di sepelekan.

Kamu yang membuat setiap mantan mengerti arti perpisahan, kamu yang membuat setiap kenangan hanyalah arang yang siap diterka angin badang. Kamu yang membuat ada alasan akan pertemuan namun kamu sering dilupakan.

Kamu lah yang paling setia menemaniku dan mengingatkan ku bahwa mengerjar keberkahan itu adalah harga mutlak, serta kamu yang mengajarkan aku bahwa kenangan itu bukan untuk diratapi namun untuk di tata menjadi pembelajaran.

Lantas tiket kepulanganku kekampung halaman menandakan kamu akan pergi kembali?

Kini aku gelisah.. didalam bandara bahkan di dalam pesawat aku hanya takut tidak akan bertemu kamu kembali. Kamu sangat berarti. Kamu yang mengajarkan ku berbagai hal. Kamu istimewa, bahkan kamu yang selalu membuat aku sangat antusias untuk bangun lebih pagi dari pada ayam berkokok. kamu yang membuat para ibu rajin menyajikan makanan terbaik buat kelurganya, kamu yang menjadikan para penjual sore menjadi penjual yang tak pernah mengumbar janji manis karena mereka hanya menjual yang manis-manis kecuali kenangan manis.

Kamu bagaikan sebuah atom dalam senyawa, kamu tak tergantikan.

Kini kamu pergi, disaat semua orang memperebutkan datang nya bulan syawal, aku disini terdiam, tolong berikan sehari perpanjangan waktu untuk dia, dan bebarengan dengan di umumkannya sidang istbat di seluruh media masa kamu pergi. Kamu pergi bulan yang penuh berkah dan aku sangat berharap aku bisa bertemu kembali.

Kamu.....

RAMADHAN


see you again....... 

Sabtu, 11 Juli 2015

Bahagia di Cangkir Berikutnya

Sudah lama kami disini, di tempat ini. Tapi kami beberapa menit lalu hening dan tidak ada sedikit pun pembicaraan. Bungkam dalam aroma kopi yang diseduh yang semakin menyengat. Sudah terlihat sepi ini cafee, mungkin hanya tinggal beberapa bangku yang terisi oleh pasang mata, termaksut kami yang masih bungkam tanpa pembicaraan.

Arti bahagia?

Pertanyaan ini memang sangat mudah di mengerti namunn sulit di deskripsikan.

“bahagia itu…… adalah ketika saat ini aku bisa menikmati secangkir cappuccino disini” indri memecah kehening kita yang sudah terjadi beberapa menit lalu.

Aku menera-nera arti dari sebaris kalimat yang terucap dari mulut ndi, mencoba mengartikan nya, walaupun aku sangat menikmati dan sedikitt memahami arti dari kalimat itu

“cittt, kenapa diem? Ih bĂȘte di cuekin ih”
“enggak diem kok, cuman dengerin aja”
Agak sedikit hambar pembicaraan kita kali ini, aku ingin membuat nya sedikit berasa
“buat aku ya ndi, arti bahagia itu  punya jangka waktu, gak selama nya kita itu merasakan bahagia, bahagia berlebihan juga gak baikkan ya?”

“iya cit, bagiku bahagia kalo berlebihan membuat kita lupa. Tapi bahagia itu cit kan tergantung orangnya kan…”

Pembicaraan kita kembali bernyawa, perdebatan tentang bahagia itu apa masih berlanjut hingga cangkir kami benar-benar kosong dan meja kami berantakan dengan tisu serta tumpukan kertas tugas akhir yang menjadi alasan kita untuk bertemu malam ini.

Tak terasa sudah malam dan waktu menunjukkan sudah hampir jam 10, kami pun akan beranjak dari tempat ini. Aku tidak begitu khawatir hari ini tentang indri karena dia akan menginap di kostn bilqis. Aku juga sebenarnya tidak terlalu buru-buru, karena malam ini aku mengincar jadwal kereta jam 11.15, jadi aku masih punya waktu. 

Perbincangan di kafe kimung tadi cukup menguras pemikiran kita dan membuat perut ini kosong. Dan tiba-tiba ada suara terdengar, krucuk..krucuk..krucuk… suara itu berasal dari perut ndi yang sepertinya lapar, bukan sepertinya sih tapi emang laper.

“laper cit….”
Aku pun tertawa…. Hahahhahahaha
“sama”
“makan yuk, gak bakal ketinggalan kereta kan?”
“ayuk lah, makan apa ini enak nya?”
“makan roti bakar aja yuk di jalan margonda, mau gak?”
“mau banget lah, apalagi sama kamu”

Wajahnya indri pun memerah, celotehan gombal ku seolah mengalir begitu saja dan memecah suasana.
Kami pun menunju ke sebuah kedai roti bakar di jalan margonda, menyusuri jalanan yang ramai lancar diatas sebuah motor matic dan menempuh jarak yang tidak jauh dari kafe kimung.

**

Kami masuk kedalam kedai dan duduk di bagian lantai 2 kedai tersebut.

Satu roti bakar selimut keju dan satu buah roti bakar dengan coklat caramel, tersedia diatas meja kami. Tanpa rasa jaim kami pun memakan begitu lahap roti bakar yang sudah tersedia diatas meja kami. Bahkan pesanan minuman teh hangat kami belum datang, kami hampir menghabiskan roti bakar ini.
“mau coba gak coklat caramel punyaku?”
Indri mengulurkan sepotong roti bakar yang sudah tertancap diatas garpunya ke arahku, ini lain-lain kurasa. Seperti menawarkan mau kah kusuapin?
Ini tuh complicated, ini lebih dari sekedar teman loh ya.  Ingat lebih ini tuh lebih.

Udahlah tanpa pikir panjang aku pun menerima roti bakar itu

Sebaliknya kemudian aku membalas nya, adegan suap menyuap ini tak begitu memperhatikan sekitar, cuek ajalah, aku dan indri lagi lagi selalu punya dunia kami sendiri di setiap meja dan cangkir yang kami singgahi. Berkesan dan selalu pembicaraan kami punya nyawa nya sendiri dalam setiap tempat.

Kemudian roti bakar kami habis, hanya menyisakan cerita malam ini begitu lain dan sangat cepat terlampaui tentunya dengan kebahagian.

Bahagia itu kata kerja, dimana keadaan dan kesenangan yang dirasakan dimana perasaan tentram dan terbebas dari segalah yang bersifat menyusahkan.

Bahagia itu kayak disini, ada dan nyata. Bukan dalam angan aja. Bahagia itu pertemuan aku dan kamu yang menjadi kita, walupun bahagia itu berdurasi setidaknya aku senang karena disaat bahagia durasi itu bukan hitungan yang nyata. Bahagia itu bisa bertahan dan tinggal tidak pergi atau pun beranjak.

Melihat kamu dengan senyum dan mata yang begitu berbinar diantara tumpukan kertas ktadi sore merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi ku.
“Bahwa bahagia itu tidak pergi dan tetap tinggal tentunya di hati. Tidak harus di pandang dari materi bahkan tak perlu memperkaya diri untuk menikmati bahgia itu, karena bahagia itu hakiki dan terletak di hati.”
Dengan tangan kanan mu memegang segelas the hangat yang baru datang itu kamu berargumen seperti itu. Menyakin kan aku bahwa kamu bahagia setidaknya saat ini bersamaku untuk sekedar menikmati malam dan hangat nya tatap matamu yang tak kalah hangat dengan teh hangat ini.

Malam ini pun memaksa kami untuk mengingat durasi itu, bahwa memang bahagia itu berdurasi setidaknya tidak berlebihan kita nikmati karena hari esok harus tetap kita sisakan bahagia tentunya untuk memulai hari kembali tanpa harus lupa bahwa kita harus bahagia.


********Sampai jumpa minggu depan gais *********

oh iya kalo yang punya poto dengan gaya seperti ilustrasi diatas bisa di share ke agus.ainur.aa@gmail.com ya

mohon bantuan dan jangan lupa meninggalkan koment gais...

Terima Kasih

Sabtu, 04 Juli 2015

Cangkir Pertama

ilustrasi by : andi uci
Sore itu, pertengahan tahun.

Seperti biasa aku berlari menyusuri setiap lorong stasiun yang sudah mulai penuh sesak dengan orang keluar masuk stasiun.

Stasiun bogor yang masih di penuhi dengan pedagang asongan di setiap lorong pintu masuk ke dalam stasiun, belum tertata dan masih sangat padat.
Aku berlari kecil melewati satu demi satu orang dengan kegiatan nya masing masing, selip kanan selip kiri. Berpuluh kali terucap permisi, senyum kanan kiri dengan muka panic karena kereta listrik pukul 16.20 telah sudah berada di jalurnya dan hendak  berangkat.

Didepan loket tiket nafas ini masih terengah-engah di hadapan antrian yang tidak cukup panjang di depan. 2 menit lagi waktu di jam besar yang ada di stasiun menunjukkan pukul 16.20. aku sudah mendapatkan selemar tiket menuju stasiun pondok cina.

Tepat pintu kereta tertutup aku sudah di dalam kereta, masih dengan nafas yang terengah-engah berjalan menysuri gerbong untuk mencari tempat duduk dan berharap dapat tempat duduk agar raga ini bisa istirahat sejenak dalam kereta menghadapi ujian akhir semester ganjil ini.

Hampir setiap sore kaki ini tidak bisa tenang, kaki ini melaju kencang berlari mengejar jadwal kereta dan berharap tidak telat masuk kelas. Pekerjaan di kantor yang cukup padat membuat badan ini terasa agak lelah. Membutuhkan istirahat, 25 menit perjalanan, selalu ku isi dengan 10 menit membaca materi yang akan di bahas di kelas dan sisanya sering ku pakai untuk tidur di dalam gerbong.

Kali ini aku tidak bisa tidur walau badan ini terasa lelah setelah 8 jam bekerja di laboratorium dengan sampel bulanan yang cukup banyak sekali. Aku harus belajar, hari ini ujian akhir semester managemen sanitasi air dan lingkungan. Aku harus dapat nilai sempurna di mata kuliah ini, ini adalah matakuliah yang paling aku sukai di semester ini.

Bolak balik hingga kusut materi kuliah hardcopy ditangan kubaca habis berulangkali dikereta yang sore ini tidak cukup padat.
Kemudian handphone di saku kanan baju dinas hijau ini berbunyi menandakan ada pesan. Pesan singkat dari latif, sahabat akrab kuliah ku yang selalu dan sering membantuku dalam segala hal perkuliahan.

“gus, bu anis sudah masuk, udah mau mulai ujiannya di departemen, lo ada dimana?”

Kemudian aku pun semakin panic, masih 2 stasiun lagi aku baru sampai stasiun pondok cina. Semakin aku tidak tenang. Gelisah menghampiri, materi kuliah pun aku tutup dan ku simpang dalam tas using ku. Earphone pun aku pasang, music pun ku nyalakan demi meredam rasa panic ini. Ya aku memang mudah panic dan selalu ingin cepat sampai.

**

Stasiun pondok cina. Aku sudah standby di depan pintu kereta menunggu pintu terbuka dan bersiap berlari kencang menuju kampus. Yap pintu terbuka kaki ini membawa badan gempal berlari sesegera mungkin untuk sampai di ruangan kampus. Selalu diluar dugaan aku bisa berlari sekencang ini bila waktu ujian seperti ini.

Tangga department lantai 2 ku lewati dengan cepat, di depan pintu departemen aku menghentikan laju kaki yang sedari tadi tidak menegenal rem. Aku sudah terlambat 30 menit. Dengan senyum dan nafas terengah-engah aku perlahan memasuki departemen dan meminta izin untuk bisa mengikuti ujian akhir semester ini.

Finally, akhirnnya aku di ijinkan mengikuti ujian tanpa tambahan waktu. 50 soal pun harus ketempuh kurang lebih 30 meenit yang tersisa, sementara teman-teman ada yang sudah mulai beranjak di halaman terakhir ujian. Aku harus segera menyelesaikan dan menjawab semua soal ini secepatnya dan setelitinya agar aku mendapatkan nilai sempurna.

Beberapa menit berlalu, satu demi satu teman teman beranjak mengumpulkan lembar jawaban dan menyelesaikan ujian ini. Aku masih bertahan hingga akhirnya aku adalah orang yang tersisa di ruangan dingin ber ac dan soal yang tinggal beberapa nomor lagi aku selesaikan. Kemudian bu anis mengingatkan waktu sebentar lagi selesai dan dia harus segera balik kerumah ny karena sudah terlalu sore dan departemen juga sudah mulai sepi. Dan aku pun selesai di nomor 50 di menit ke 60 ujian berlansung. Aku pun mengumpulkan soal di meja bu anis dan beranjak keluar departemen yang kala itu tinggal pak nas petugas TU departemen yang terisisa dalam ruang itu.

Diluar latif dan beberapa teman lain sepertinya belum beranjak pulang. Mereka masih membahasa soal ujian tadi. Seperti biasa kita memang punya kebiasaan membahas soal kembali setelah ujian.

“eh gimana gus? Soalnya tadi? Bisa kan?”
“ya biasa lah tif kalo orang kepepet itu inspirasi nya keluar” 
dengan tertawa lebar aku menjawab  pertanyaan dengan gurauan yang meledak di depan departemen.

“udah ah ayo pulang pulang udah sore juga ih” 
santi dengan khas medok nya mengajak kami untuk bubar barisan dari depan departemen.

“aila… gw baru nyampe juga ih” aku mencoba menahan mereka
“ya elu baru nyampe, kita udah dari tadi cuy” 
jeany dengan khas bataknya itu selalu ngotot dan ngeledek

Mereka berempat adalah tulang punggungku dalam segala matakuliah, dengan nasib sks yang sama dan selalu dikelas yang sama membuat kita semakin mendekati kelulusan semakin kompak. Mungkin kalo gak ada mereka gak tau gimana lagi aku harus menjalani kehidupan perkuliahan di kampus almamater kuning ini.

(kami berjalan turun dari departemen menuju taman untuk rehat dan duduk sejenak sambil menyapa teman lain jurusan satu fakultas kami)

Sesampainya di taman, kami pun duduk. Di bangku tak jauh dari koperasi mahasiswa.
Tak jauh dari situ…. Indri memanggil…
“gusss….. “
Mendadak semua mata di bangku kami langsung tertuju pada indri di bangku ujung dekat majalah dinding kampus itu.

“cieeeee, udah deh kalo ibu negara yang manggil mah udah bakal di tinggal kita  mah” kompak suara jeany latif dan santi pecah di bangku kami…

Aku pun menghampiri indri yan terlihat duduk sendiri tanpa diitemani teman biasanya. Dia terlihat sibuk dengan setumpuk kertas yang terjepit dan banyak coretan , nampaknya itu adalah proposal penelitiannya yang masih belum terselesaikan. Dan baru tadi malam aku ingat dia membahas dalam pecakapan kita tentang hari ini dia bimbingan.

Tak lain dan tak bukan mungkin kertas penuh coretan itu adalah proposal penelitiannya yang sudah selesai di periksa sang pembimbing yang super sibuk.

Aku dan indri memang satu angkatan tetapi beda jurusan, sks hasil transferan dia lebih sedikit dari pada kami. Sehingga di bisa lulus lebih cepat dari pada kita. Sekarang dia sedang bingung kerena belum mengambil data untuk skrip nya dikarenakan dosennya yang terlalu posesif dengan penelitian indri.

Aku menghampiri indri dan meninggalkan bangku yang sedari dari riweuh dengan ejekan kepada ku. Memang aku dan indri sudah dekat di akhir semester ini dan teman-teman pun sering menjadi teman curhat ku atas segala hal tentang indri.

Sesampainya di bangku indri dia langsung menyambutku dengan senyumnya…

“tadi telat lagi ya kamu cit?”

Ya indri memang punya panggilan khusus kepada ku dengan sebutan ocit.
Ternyata dia tau aku lari begitu kencang tadi mengejar ujian..

“hehehe, iya lah kan hobi telatt mah..”\
“pantesan aku panggil gak nyaut tadi pas lari kekencengan kayak di kejar setan”
Ternyata indri sedari tadi ada di bangku itu nampaknya sengaja tidak pulang dulu menungguku.
“kok gak pulang sih ndi? Gmn tadi bimbingannya?”
“iya nunggu kamu, kan aku udah bbm kamu tadi aku tunggu disini, coba kamu buka handphone kamu deh”

“oh iya aada bbm kamu, sebentar ya.. aku bales dulu bbm dari kamu”
“ihhh gau usah,,, dasar kamu mah” dengan ketawa manjanya itu dia mencoba menyambut guyonan ku yang agak sedikt garing.

Kita sudah seperti orang khasmaran

“habis margib kita ngopi yuk di tempat biasa.. mau gak?”
“loh kamu gak kemalaman nanti pulangnya?” Tanya ku
“enggak kok, aku nanti nginep di bilqis aja, aku udah bawa baju ganti kok lagian sengaja mau nginep. 
Kan ini hari jumat malam, besok kamu juga libur, jadi kamu kalo pulang malam gak masalah kan?

Memang sebenarnya hampir beberapa minggu ini kami selalu bertemu tiap jumat malam sabtu untuk sekedar sharing dan menikmati kopi di kafe kimung di sekitar jalanan margonda.

**

Seusai magrib di kampus kami pun menutuskan untuk ke kiming café..

Aku dan indri dan tentunya si rio (motor matik pink indri) berjalan menuju jalanan margonda yang masih padat macet jam pulang kantor. Untung letak kimung tidak jauh dari jalan keluar kampus sehingga kami tidak perlu bermacet-macet ria.

Sesampainya  di kafe kimung, kami selalu mendapatkan  tempat duduk special di ujung dekat kaca jendela yang menghadap ke jalan. 2 kursi kosong itu memang selalu terfavorit sembari menikmati kopi.

Segelas cappuccino dingin dan secangkir cappuccino tersaji di meja kami yang tak lama tadi kita pesan.

“eits.. jangan diminum dulu ya cit biar aku yang nuangin gulanya special buat kamu”

Indri kali ini memang jago mengukur kadar kemanisan dalam secangkir cappuccino yang baru aku kenal ini, minuman kopi yang unik dan cantik ini beberapa waktu lalu dikenal kan indri kepadaku. Dan dial ah yang selalu menuangkan gula cair itu kedalam cangkir ku.

“yup udah selesai”

Sedari tadi dia sibuk dengan gula cair itu dan akhirnya selesai juga, pandangan mata nya tertuju pada ku dan cangkir cappuccino itu. Pandangan teduh dan penuh harap..

Setelah aku minum sruputan pertama dia selalu bilang: pass kan?... dan aku selalu merasakan rasa yang pass, pass di senyumnya yang sangat manis dan bola mata nya yang sangat cantik itu.

“ehhhmmmmmm…. Kali ini kurang ndi”
“kurang apa?”
“kurang lebar senyum mu…”

Kami pun tertawa lepas mencair suasana jumat malam ini.

Kami pun membahas hasil bimbingan indri dan ujian akhir semester ku tadi. Hampir sejam berlalu dan music music romantic di kafe ini pun berlalu terdengar. Bahasan kami senyuman hingga tawa kami mengisi setiap embun gelas di hadapan kami. Begitu berlalu berdua di meja ini, motor dan kendaraan yang memadati jalan itu sudah mulai tak padat, kami pun mulai kehabisan bahan perbincangan, mata yang saling menghadap keluar kaca menuju jalan.

“Hampa ya cit lama-lama”
“iya ndi, Hampa…..”
“kenapa ya cit bahagia itu seakan cepat berlalu”
“yang mungkin secara teori kita kalau bahagia lupa tuh sama waktu, sedangkan kalo gak bahagia kita menikmati proses sakit itu”
“kamu terlalu banyak berhitung cit…. jangan pake rumus napa, coba pake hati deh”

Aku pun langsung terdiam tak menjawab, bahasan kami kali ini begitu berubah, biasa hanya masalah teoritis dan seputar kampus sekarang dia sudah mulai membawa hati. Padahal sudah dari awal aku menggunakan hati ku untuknya, namun dia tidak pernah menyadari.
Secangkir cappuccino ini adalah bentuk apresiasi bahagia ku untuk duduk dan berbica dengannya, disini bahkan di mana aku tidak pernah menduga sebelumnya aku bisa sedekat ini dengannya, hanya beberapa jengkal bahkan hanya satu langkah kaki di hadapannya.
Nafas kami pun begitu dekat dan sangat dekat, bahkan hati ini sudah hampir dekat. Sepait apapun cappuccino ini, ini adalah media ku dengannya tetap terasa manis bagi ku.


“cit, kamu tau gak sih arti bahagia itu apa?”


see you next week at 22.00 PM gais.....