Sabtu, 22 Oktober 2016

RANTAI RINDU YANG TERUNGKAP (PART II)

credit by : mumu

Hari ini aku berangkat agak terlambat, riuh kendaraan yang sedang bermacetan di sepanjang jalan jakarta menandakan jam sibuk yang sudah datang. aku telat berangkat dari rumah tapi itu dipastikan aku akan telat masuk di kantor. 

Tapi aku sudah menghubungi puspa sejak subuh tadi untuk merapikan berkas-berkas kemarin sore yang sempat di minta oleh pak manajer. pak manajer hari ini ada pertemuan kembali dan artinya di ruangan nanti lagi-lagi hanya kami berdua. sebelum menuju jalan raya aku sudah memberi tahu puspa untuk menyiapkan data-data dan berkas-berkas yang sudah di minta.

Tapi sebenarnya aku masih ragu puspa bisa menyiapkan berkas itu, masalahnya baru kemarin aku mengajari dia tentang pekerjaan ku. tapi sudah lah mungkin aku hanya terlambat tidak teralu lama. namun sialnya hari ini jakarta mendung, kemacetan juga semakin mengular di setiap jalan arteri, ku coba masuk di jalan-jalan tikus pun hasilnya sama, macet dimana-mana. ya beginilah kalau hidup di jakarta, telat beraangkat beberapa menit saja hasilnya dipastikan telat. 

Entah apa yang kulakukan tadi malam, sehingga aku berangkat telat dari biasanya.

Jalanan semakin padat, jalan pun meraambat, jarak masih jauh, sementara ini sudah hampir jam 8. semoga hujan masih menungguku untuk sampai.

semakin dekat jarakku dengan kantor, gerimis pun sudah menyapa ku. aku masih bertahan untuk tidak mengenakan jas hujan. jarak kantor sudah tinggal beberapa ratus meter lagi. namun gerimis hujan pun semakin akrab menyapa. jaket warna merah muda ini sudah perlahan dijamah air hujan. kondisi jalanan yang masih sangat padat. hujan kali ini tidak bisa lagi menahan apa yang harusnya dia sampaikan. kali ini hujan tidak menyampaikan rindu.

Tepat di di depan kantor belum sempat motor ini masuk diparkiran namun hujan sudah terlanjur jatuh dan membasahiku. tidak begitu basah tapi ini sudah basah, jaket dan celana ku sudah basah.

Ku letakkan jaketku diatas motor, ku gantung di kedua spionku, berharap siang nanti akan kering. celanaku tidak begitu basah mungkin di lap handuk atau di dalam ruangan nanti juga akan kering. tapi sepatuku sudah hampir basah keseluruhan. 

Memasuki ruang absen, semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing, bahkan mereka masih tidak melihat aku jalan dengan basah kuyub. masuk lewat lift yang kebutulan sepi. dan aku sampai diruanganku. 

aku begitu kaget,

Kemarin aku tinggal kan ruangan begitu berantakan, namun pagi ini rapi. kau perhatikan juga tugas berkas dan data yang di minta pak manajer sudah diselesaikan semua oleh puspa. Tapi aku masih tidak menduga bahkan dia merapikan ruangan yang kemarin masih terlihat berantakan. Dan tentunya ini juga bukan kerjaan OB yang tugasnya hanya menyapu dan tidak berani menyentuh dokumenku. 

Tapi aku lihat puspa tidak ada diruangan. ku lihat jam dinding  sudah menunjukkan jam 9 pagi waktu kantor. diatas meja ku sudah tersedia segelas kopi. gelas ku memang itu, dan ku yakin bukan milik orang lain. 

Sembari aku mengganti sepatuku dengan sendal yang sudah ada diruangan, aku masih melihat kanan kiri di sekitar ruangan, masih bertanya tentang keberadaan puspa. 

Pelan ku sruput ini kopi, aroma khas arabika bercampur robusta dengan perbandingan yang seimbang serta manis yang pas, satu setengah sendok teh gula pasir, kopi yang mulai kehilangan panasnya. masih hangat cukup menghangatkan kondisi badan yang sudah terguyur sapaan hujan. 

Kopi ini kutau khas sulawesi, bukan dari persediaan kopiku di pantry, ini kopi baru dengan rasa yang pernah aku rasakan. kopi yang kehilangan panasnya ini cukup menggugah prasaanku mengingat sesuatu yang sudah lepas dariku. ah sudahlah mungkin lagi-lagi ini sisa rindu tadi malam dimana aku menemukan selembar poto mu yang tersenyum yang dulu ku kira sudah ku hanguskan semua bersama kenangan mu dengan bara emosi yang tersulut oleh pihak yang tidak bisa bertanggung jawab. 

Aku meminum kopi ini, pelan, menutup mataku, kurasakan nikmatnya biji kopi yang sudah tercampur dengan air dan gula. 

Tapi tunggu, urasa hujan semakin lebat dan aku masih belum menemukan puspa.

Aku berjalan berkeliling lantai 3 tempat ruanganku bekerja. ku susuri setiap ruangan, ternyata ku temukan puspa sedang berdiri di ujung menhadap keluar, sepertinya dia sedang menikmati hujan. bangunan di lantai ini memang lumayan spesial karena terdapat satu sudut yang berakhiran dengan jendela kaca lansung menghadap pemandangan keluar. 

"mbak cari-cari kamu ada disini ternyata" 

"iya, mbak. oh iya mbak sudah aku kasih ke bapak tadi berkas yang mbak maksut"

"iya sudah kok, kamu ngebantu aku banget."

"iya mbak sama-sama, kan mbak juga yang ngajarin. eh iya mbak, enak gak kopinya?"

"tuhkan aku udah menduga ini pasti buatan kamu, enak banget loh pas sekali"

"iya mbak, ini kopi dari mas ku mbak, dia waktu lagi ada kegiatan di kebun kopi dia bawakan kopi yang baru di olah sama petani"

"oh ya, wah masih fresh ya, enak banget loh kopinya, kayaknya kwalitas kopi nya. boleh dong nanti kalo pulang mbk minta oleh-oleh kopi kayak gini"

"iya mbk nanti kalau aku balik ke makassar aku kasih kopi kayak gini"

"wah makasih sebelumnya ya uppa"

"iya mbk sama-sama. eh mbak habis keujanan ya? aku ambilin handuk ya?" 

"udah gak usah tadi mbak udah pake kaos tangan kok, paling bentar lagi kering sama ac"

Sikap puspa yang mudah akrab dan bersahabat memang tidak diragukan lagi perhatiaannya. cara dia bersikap membuat aku berpikir pasti orang-orang disekitarnya beruntung sekali dengan sikap perhatianya itu. 

Hari berganti hari, aku semakin nyaman dengan kehadiran puspa. kerinduan yang beberapa bulan ini ku rasa membuat perlahan aku melupakannya. orang yang sudah lama telah pergi bahkan tidak ku tengok langkahnya. 

*
Sudah satu bulan sudah puspa menemaniku di kantor ini, bahkan terkadang keseruan dan kegilaan saat di kantor mengisi hari-hari kami, gosip-gosip hingga saling curhat masalah pribadi kami menjadi pengisi setiap keseharian kami di kantor. makan bareng hingga hangout bareng membuat aku merasakan keseruan hari-hari ku. 

Hari ini adalah hari sabtu, aku pun membuat janji kepada puspa untuk mengajak jalan-jalan menikmati udara bogor dan menginap di bogor, karena kebetulan pak manajer sehabis rapat waktu itu dapat beberapa voucher hotel, dan aku diberi satu vocher, 

Aku memang sudah pernah berjanji kepada puspa untuk mengajak dia jalan-jalan, mungkin ini adalah waktu yang tepat. kami sudah membuat janji hari sabtu ini, dan aku akan berangkat menjemput puspa pagi ini. kami berduaa sengaja mengosongkan acara 2 hari ini. sabtu dan minggi menikmati kota bogor. 

Sabtu ini arah ke kostn puspa tidak begitu macet, cukup lancar tapi selalu padat, ya begitulah jakarta. 

Tidak sampai setengah jam aku sampai di gang tempat puspa indekost. baru mobil ini berhenti di depan gang, aku sudah melihat puspa sudah berdiri di ujung gang, sudah sangat siap, dan tepat waktu, 

"udah dari tadi dek nunggu?" ku buka kaca mobilku dan kusapa dia

"eh mbakk, enggak lama kok mbak, baru 5 menit yang lalu, aku gak mau mbak nunggu lama-lama"

"duhh, anak baik banget sih kamu, yaudah yuk masuk yuk"

"eh mbak ini aku bawa kopi biar mbak bisa kuat nyetir sampe bogor" tak lama dia duduk di mobil dia sudah siap dengan kopinya dan tas ranselnya yang berisi pakaian. 

"wahh, makasih, sampe siap banget kamu bawa termos kecil gitu buat kopi."

"iya dong mbak, kan perjalanan jauh kan ya ke bogor"

"yailah bogor cuman sejam lewat toll kali dek.." sembari aku tertawa melihat keluguan puspa

"tapi kemarin aku lihat di peta jaraknya dari sini agak jauh loh mbak beneran."

aku tertawa terbahak-bahak menyaksikan keluguan dia.

"udah ah, nanti kamu lihat aja ya, udah kita berangkat aja, nikmati perjalanan ya"

Keseruan kami pun berlanjut di mobil, ngobrol kanan kiri dan sesekali nyanyi dari lagu di mobil yang kami bisa. tertawa bareng dengan kegilaan dan keluguan puspa. sembari sesekali menikmati kopi yang dia buat, 

"eh mbak, ini kan weekend ya? kenapa mbak gak jalan sama cowoknya?"

"aku gak punya cowok kali dek"

"ah masa sih mbak, mbak kan baik dan cantik, masa gak ada yang deketin"

"ya yang deketin sih banyak cuman aku masih mau sendiri aja dulu"

"wah mbak belum move on ini kayaknya sama si pacaranya yang dulu ya?"

"ihhh kamu apaan sih dek, sok tau deh... " 

Tapi sebenernya bener juga kata puspa cuman aku gak mau di bilang gak move on, aku cuman masih belum siap membukukan rindu yang sangat indah dan hancur karena ulah ku itu.

"eh dek, kamu gak telpon cowok kamu?'

"ah tiap malem mbak si mas telponan,"

Puspa memang tidak pernah meyebutkan nama kekasihnya itu, setiap dia cerita dia hanya menyebut cowoknya dengan sebutan "si mas". tapi yaudah lah bukan juga aku mau tau sekali, cuman aku kadang seneng mendengar cerita si mas yang selalu ngegombalin puspa terus dan sama sama pecinta kopi itu. 

Dari setiap cerita, puspa selalu menceritakan sosok mas nya itu adalah orang yang paling iseng dan gombal se dunianya. kelucuan dan kepolosannya membuat aku kadang heran, dia terbilang seorang perempuan yang cantik, rambut panjang dan senyumnya yang manis membuat aku berpikir ini perempuan kayak gini susah ditemuin di jakarta. 

"eh kapan-kapan ajak dong mas kamu kesini"

"iya mbak nanti kalo selesai tugas akhir ku mas mau jemput aku ke jakarta"

"ihh so sweet banget sih mas kamu"

"ya begitulah mas mbak, katanya mas dulu juga pernah tinggal di bogor loh mbk" sembari tertaawa kecil 

"ah masa? pantes kamu kayak penasaran banget ya sama bogor?"

"iya mbak. eh mbak tiap malam aku cerita loh ke mas tentang mbak."

"terus-terus, gimana tanggepan mas kamu tentang mbak?"

"ya baik mbak, sampe dia pengen banget ketemu mbak buat bilang terima kasih karena udah banyak ngajarin dan nemenin aku di jakarta"

"ahh, gak juga ko, mbak juga seneng ada kamu nemenin mbak di kantor"

"eh iya dulu mas katanya pernah punya mantan pacar di jakarta, cuman mas gak mau cerita dimana itu  mantan pacar, kan aku juga penasaran pengen lihat mantan pacar mas"

"yah,,, coba kalau tau nama sama alamatnya pasti mbak bantu nyari deh,"

keasaikan ngobrol, kami gak kerasa sudah sampai di pintu keluar toll bogor, dan aku pun kembali konsen melihat mencari lokasi hotel tempat kami akan menginap. 

"dek tolong carikan alamat hotel ini dek, bisa pake gps kan?"

aku pun meminta bantuan puspa untuk membuka gps dan mencari petunjuk lokasi hotel. bogor sudah banyak berubah, pembangunan yang cukup pesat menjadikan kota ini tumbuh ramai menompang kepadatan jakarta. 

kami tak lama kemudian menemukan hotel tempat kami menginap. kemudian aku parkir mobil dan check in di kamar hotel. 

Bersambung ............ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar