Sabtu, 31 Oktober 2015

JARAK DAN KOPI KITA

credit by: EBITAli

setelah beberapa jam perahu kami memecah ombak, kami pun tiba di ternate. membereskan semua barang dan memindahkan ke daratan yang akan selanjutkan harus di penginapan.

penerbanganku kembali ke makassar masih keesokan harinya. masih ada kurang lebih satu hari untuk istirahat.

aku masih sesekali menengok kearah laut kearah timur tepat dimana speed boat kami dari arah timur meninggalkan pulau kecil itu. pulau kecil yang diaman sudah tersisa jarak dan waktu.

sesekali aku mengingat senyum dan lambaian tangan dari dokter muda itu, senyum dan dekapan manisnya itu masih sedikit kurasa. aku sadar entah kapan waktu lagi akan bisa bertemu langsung dengan dia.

perjalanan ke penginapan pun masih terasa begitu berat. bukan barang bawaan dan sampel yang menumpuk yang membbuat langkah ku ini begitu berat. tapi aku yakin rasa rindu yang belum benar benra tuntas tereduksi isu telah menjadi sedimen yang selalu menguap ke menemus memori yang sudah tersimpan. membuka kenangan kembali sewaktu-waktu.

mungkin ini hanya sementara namun aku selalu berhipotesis salah.

rindu ini makin mengakar, setelah semua yang kudenngar dari bibir tipis dokter berambut panjang di pulau tadi pagi.

sudah lah mungkin ini akan berlalu,

perjalanan ku ke penginapan yang tak jauh dari dermaga sandar speedboat kami. disambut dengan senyum pak haji yang sudah menunggu sedari tadi kedatangan kami. pak haji membawa mobilnya mengantarkan ku menuju penginapan. sedangkan zul dan teman-teman lainnya kembali kerumah meraka karena tugas telah usai.

sesampainya di penginapan, pak haji mengajakku untuk pergi mencari makan. perut yang sedari tadi diguncang ombak inipun rasanya sudah sangat kosong, namun sedari tadi juga aku tidak merasakan lapar sama sekali, yang hanya ku rasakan adalah rasa jauh terpisah lautan kembali dengan uty.

aku diantar pak haji untuk menaruh semua barang dan sampel di kamar penginapan. kemudian melanjutkan untuk pergi mencari makan. tak lama setelah mengunci kembali pintu hotel, handphoneku pun ku nyalakan kembali.

efek besar meninggal pulau di ujung utara itu adalah aku lupa bahwa aku punya handphone yang harus kunyalakan.

begitu handphone menyala begitu banyak pesan yang masuk. salah satunya adalah dari puspa.  tak sempat ku menyelesaikan membaca pesan itu, dering telponku berbunyi dan ku lihat itu dari puspa.

"hallo assalamualaikum...." kuangkat telpon itu sembari jalan menuruni tangga penginapan menuju perkiran mobil didepan.

"waalaikumsalam, masssssssssss... kemana aja sih,,, gak ninggalin kabar sama sekali" puspa diujung telpon itu begitu terlihat sewot  karena aku beberaapa hari tidak bissa sedikitpun menghubunginnya.

"heheheh, jangan marah dong.. mas gak ada sinyal dek... disana terpencil sekali.. handphone aja kayak benda yang gak punya fungsi... beneran,, serius,,,," kau yang mencoba menjelaskan agar dia mengerti.

aku selalu terhibur dengan suaranya yang lucu itu, sifat bocahnya yang masih kental membuat dia terkadang menjadi hiburanku jikalau lelah menghampiri di tanah perantauan.

"udah ya jangan marah,, kan yang penting mas udah bisa dihubungin lagi kan jadi udah gak khawatir toh.. heheh" aku masih saja terus menggodanya nya...

"iya deh iya, maaf ya mas udah sewot, soalnya aku khawatir banget mas" nada manjanya itu membuat aku menjadikan ada rindu dan ingin cepat sampai di makassar.

sekarang mendadak rasa rinduku muncul untuk puspa. namun sosok uty masih berada dalam pikiranku juga.

aku melanjutkan perjalanan menuju tempat makan yang berada di dekat dermaga kapal rakyat di kota ternate.

dengan mengenakan pakaian dan tas pinggang yang masih kukenakan dari pulau dama karenaa pak haji tidak memberiku kesempatan berganti baju sebelum makan.

**
makanan ikan bakar tersedia di meja kami, kami menikmati sajian itu, perut yang sudah lapar angin berhembus sepot, ombak yang sesekali menghantam daratan menjadikan semua begitu pas.

hataman ombak itu menjadikan campuran gesekan hati antara kita, angin sepoy itu menunjukkan adanya yang berubah, menjadikan teduh dan terlalu indah untuk tidak memikirkanmu. dan sajian dimeja menjadikan hal terakhir untuk menutup kekosongan yang sedari tadi tertahan dan telupakan akan satu kata yang berarti.

yaitu rindu.

perbincanganku dengan pak haji kali ini tidak begitu semenarik bisanya, karena ada hal yang menjadikan aku sedikit tidak fokus dengan topik obrolan dengan pak haji serja kawan-kawan.
\
hal yang tidak begitu menjadikan fokus pada tema pembicaraan itu adalah sepucuk kertas yang entah kenapa ada di tas pinggangku, kertas asing yang tentunya bukan surat tugas ataupun surat keterangan sampel yang aku bawa. kertas ini begitu kusam, aku yakin ini sudah lama sekali, namun baru sebentar berada di kantongku.

pikiranku pun sudah mulai tidak begitu fokus, akhirnya kau meinta ke pak haji untuk kembali ke penginapan berdalih istirahat karena badan terasa capek.

sesampainya di penginapan aku pun masuk sebentar dan membersihkan badan

sedikit beristirahat sembari menikamti acara televisi yang menggantung di dinding penginapan.

kertas asing itu masih belum sempat aku baca...

aku putuskan untuk membacanya.


Kisah klasikku
Jika kamu tak ingin tak usah.
Biar saja batin masih tertidur dalam kenangan
Itu pun jika aku boleh berharap
Bisakah kamu yang akan membangunkanku dari tidurku
Aku yakin aku tidak tidur
Pelukmu akan kurasa suatu saat nanti
Dengan kerinduan yang begitu mendalam
Lalu setelahnya setidaknya aku bisa bersyukur karenamu.
Kurasa waktuku tak begitu banyak, ini akan begini?
Atau…
Ini akan? Ah sudahlah

Mungkin hanya kimia
Benar-benar kimia saja yang kau rasa. Sedangkan kurasa waktu
Waktu belum berhasil mengajariku
Hanya mengajarimu
Bukan kita
Atau hanya kamu ku pikir?
Segala hal tentang kamu
Duduk disebelahku, di kedai dengan musim semi eropa
Kamu yang menyampaikan satu hal sebagaimana manusia.
Aku manusia, lebih tepatnya wanita
Wanita yang selalu merindukanmu
Aku berhati juga,
Namun setidaknya musim semi ini yang akan mewakiliku
Menemaniku di setiap teguk kopi ini

Gottingen, musim semi ke dua
Dari ku di benua eropa
Untuk kamu bery.


ternyata kertas kusam itu sudah lama memang ditulis oleh uty, entah berapa tahun lalu, belum ada keternagan waktu yang tertulis.

yang jelas secara tidak sadar, perjalanan ku ke dermaga pulau dama tadi itu secara sengaja dan terencana uty menyelipkan supucuk surat itu ke tas pinggangku yang terletak posisi belakang punggungku.

surat itu diselipkan ketika pas aku sedang sibuk mengemas barangku masuk ke speedboot.

setelah membaca surat itu hati ini memang begitu tidak karuan, tadinya aku hanya ingin beristirahat namun hingga sore menjelang aku masih saja resah.

akhirnya aku pun memutuskan jalan jalan sore ke dermaga menikmati hembusan angin sore di pinggir pantai.

sebuah perahu nelayan yang sudah terparkir di dekat pantai itupun menjadi tempat duduk ku menatap ke arah utara. mengingat dan sembari sesekali menikmati rasa rindu akan pertemuan dengan uty.

aku pun memesan kopi hitam untuk mnikmati sore ini.

kopi sudah datang, aroma karbon dan wnaginya kaffein itu menghampiri

disitulah aku menyadari kamu sudah jauh dan kamu menyisakan kerinduan itu

rindu akan kamu dokter muda dengan mimpimu yang tak pernah padam serta kopi hitammu yang selalu menggugah adrenalin untuk tetap tidak leleh belajar dan terus belajar walaupun aku baru saja belajar untuk merindukanmu.


Bersambung....
SEE YOU NEXT WEEK GAIS



2 komentar:

  1. sepucuk surat nya bikin melting mas aguuuuuus 😳
    next nya mau yg hardfile, titik! 😜

    BalasHapus
  2. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus