Minggu, 25 Oktober 2015

PAGI DAN PERTEMUAN YANG MENJANJIKAN

pasir yang terhapus ombak

pagi itu telah datang, uty menghampiriku dengan kopi hitamnya, sepagi ini dokter muda itu  telah begitu memperhatikanku, namun ini memang pagi yang kembali memberatkan kita untuk kesekian kalinya. pertemuan yang begitu mendadak menimbulkan perpisahan (kembali) setelah beberapa tahun lalu kami saling kehilangan.

Pak desa dan beberapa temanku sudah bersiap jalan menuju dermaga, barang bawaanku juga sudah tersimpan dan dibawa oleh zul ke kapal yang akan membawa kita menujuternate kembali. ombak pagi ini begitu ramah, tidak begitu berderu kencang, namun pasir tetap lah pasir yang akan terbawa dan berdesir pelan mengikuti arah ombak. pasir tetap lah pasir yang selalu terbawa dan disapu ombak. perasaan kehilang itu tetaplah ada, apalagi rasa ridnu yang hanya kita habiskan tak lebih dari purnama yang habis periode oleh putaran bumi. kamu tetaplah wanita yang selalu mencoba memberikan apapun yang kamu bisa dan terbaik untukku walau lebih sering aku tidak bisa membalas segala kebahagiaan yang kamu bawa untukku.

kini pagi sudah menjawab semua, rindu mempunyai waktu. sedangkan kehilangan hanya akan menunggu waktu. dalam pertemuan selalu ada perpisahan. teori empiris itu sudah menjadi akar dalam setiap roda kehidupan. sekarang aku akan kembali kehilangan, begitupun uty yang akan meghabiskan waktu untuk berpetualang dan berarti bagi negeri yang ia sangat cintai. walau seorang wanita aku rasa dia adalah wanita tangguh setangguh ombak yang selalu akan menemukan daratannya.

semua sudah siap meninggalkan pulau ini, tinggal aku yang terasa berat meninggalkan pulau ini. pulau yang akan menjadi tempat yang tenang dan damai dalam setiap pertemuan. pertemuaku dengan uty yang begitu sendu dan syahdu. aku berjalan pelan menuju dermaga bersama uty. melintasi setiap jalan berdua dengan diam sembari sesekali aku melihat wajahnya yang entah kenapa tidak semangat sekali. aku yakin dia sedang kembali menyembunyikan kesedihanya itu. dan memang selalu uty adalah karang hidup yang selalu bertahan dengan terjangan apapun walau akhirnya air mata nya adalah tanda terjatuhnya kekokohan hatinya itu.

beberapa meter lagi kami akan mencapai dermaga itu, dermaga yang akan memisahkan kita sampai waktu yang belum ditentukan. dermaga yang menggoreskan kenangan dimana aku melihat dan mendekap tubuhnya dengan erat untuk sekedar menenangkan dia akan sakitnya kerinduan itu. pasir pasir itu berbisik, suara ombak menjadi musik sendu yang akan membatasi kita kembali ke geografis berbeda.

"ber, kamu hati-hati ya, jaga baik-baik diri kamu" ucap uty tepat ketika kaki ini sudah meninjak pelataran dermaga.

" iya ty, kamu juga, kami jaga diri baik-baik, kamu jauh dari keluarga"  aku masih saja mencoba datar,

sebenarnya diriku juga masih menyembunyikan apa yang akan aku rasa pada uty. rasa kehilangan dan riindu yang masih belum usai. rindu yang terbatas waktu itu belum cukup waktu untuk ku tinggalkan.

namun langkah kaki ini harus maju kedepan meninggalkan sesuatu sebelum aku tertinggal akan kapal yang akan membawaku kembali pulang ke makassar dan bertemu dengan duniaku yang baru yaitu puspa.

aku masih yakin kopi hitam dari uty masih belum terkalahkan dan selalu menjadi pengobat rindu yang mempunyai batas waktu, senyum nya masih menempel dalam seteguk pertama kopi hitam itu. belum berubah sampai saat kita bertemu kembali tiba.

"ty, aku berangkat dulu ya, maaf aku masih belum bisa membuat kamu tersenyum" salam ini akan segera membawa kami ditanah yang berbeda.

"iya ber, aku yakin suatu saat kita bertemu lagi. kamu tetap semangat ya" sembari terseyum uty menghantarkanku masuk kedalam kapal yang akan membawaku ke ternate

nyala mesin kapal sudah mulai membising, membuat daya dengar kami menurun, dan akan meredam semua pembicaraan kami. kapal sudah mulai tergerak, tangan pak desa dan anggotanya melambai ke kami, melambai menemani kapal yang sudah mulai hengkang dari dermaga. kapal sudah mulai menjauh pelan pelan, terlihat uty yang masih berjalan meninggalkan dermaga dan turun kepantai sembari tetap melihat aku yang masih duduk di belakang dekat dengan mesin kapal yang sudah menjadi keras dengan buih air laut yang teraduk oleh baling-baling mesin.

masih berdiri diatas pantai pasir putih dan diantara bebatuan tempat pertama kami bertemu waktu itu. aku sudah tidak bisa jelas melihat mata dan wajahnya yang ayu itu. aku yakin air mata nya itu akan menetes kembali namun aku sudah menjauh dan entah bagaimana lagi aku harus tetap mengingatnya.

aku masih hanya berharap dan selalu memeluknya dalam doa, memeluk sebagai seorang sahabat yang banyak mengajarkanku semua lini arti perjuangan.

begitulah cara kami saling menghargai rindu dan selalu mengerti cara disetiap sisi ambisi dan misi, berbicara perjuangan dan artinya dalam segelas kopi hitam yang dibuat tidak dengan sekedarnya, namu dibuat berdasarkan perasaan terbaik yang menjadi kan kita tetap tersenyum, tertawa, bersedih serta mengerti arti dalam setiap teguknya.

Tegukan pertama, ada senyum yang menyelimuti rindu,
Tegukan kedua, ada arti dalam setiap bahasa diri dan komunikasi yang membuat tegukan ketiga menjadi hangat
Tegukan ketiga akan selalu menjadikan setiap perbincangan menjadi hangat dan berkesan disetiap sisinya, mengartikan manis nya pertemuan dan kebersamaan yang tak bisa dibayar dengan apapun
Tegukan berikutnya menjadikan setiap pemikiran menjadi tenang, menjadikan emosi teredam serta menjadikan air mata sepantasnya jatuh untuk sekedar menghargai perasaan yang terpendam
Tegukan terakhir memberikan arti bahwa setiap mimpi mempunyai titik pencapaian dan membuat menjadikan semangat baru untuk tetap Fokus meraihnya.

akhirnya kapalpun sudah menjauh dan tak lagi terlihat pulau dama yang menjadikan damai itu nyata, serta menjadikan pertemaun kembali itu begitu menjanjikan.

--- Bersambung ---
SEE YOU NEXT WEEK GAIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar