Sabtu, 06 Juni 2015

Air Mata--Kopi Hitam



ilustrasi sert_mahmed (instagram)


Jurusan KIMIA adalah prioritas pertama dan kedua di formulirku, Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor berderet nama universitas yang di pilihkan uty untuk ku diberkas SPMBku. Ketika Test masuk yang waktu itu, uty lah yang menjemputku pagi-pagi bahkan sebelum aku bangun dia sudah berada diruang tamu bersama ibuku dan membangunkanku. Begitu baiknya uty kepadaku yang memang tak kusadari aku bukan hanya sekedar sahabat yang dititipkan mimpinya.

Memang uty tidak ikut SPMB waktu itu karena dia sudah masuk jalur beasiswa prestasi di kedokteran di Goettingen Universty di jerman. Wanita berkaca mata ini memang sosok manis yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Tak heran bahkan di german dia merupakan salah satu pemegang gelar cumlaude. Wanita yang selalu menjaga kesehatan badannya itu memang tidak begitu suka jenis kafein dalam larutan hitam kopi, tapi sesekali ketika dia belajar dia selalu membutuhkan larutan hitam kafein itu. Bagiku waktu itu dia merupakan orang yang bisa mengukur dan membuat larutan gula dengan glukosa dengan komposisi yang pas menurut selaraku, serta dia selalu menjadikan aku kelinci percobaannya untuk mencicipi hasil racikannya, walaupun racikannya selalu pas, aku selalu menggodanya dengan kalimat "masih pait nih kopinya, tapi pas lihat kamu kok langsung ilang paitnya". 

Tak terasa sudah hampir dua jam aku duduk di dermaga ini berdua dengan uty, dan sejenak tak terlintas puspa di benak ku. Rayuan ombak dan angin malam purnama itu telah mebius ku, senyum uty menarikku kebelakang lebih jauh dari waktu ini sedari sore tadi. Bahkan ribuan bintang pun menjadi media setiap bincang kita berdua dalam nostalgia.

Memang kotak itu terlalu hancur dan berserakan, tapi aku tahu dan aku menjadi sadar bahwa kenangan itu tidak untuk aku simpan serta aku kucilkan hingga tak terlihat. Kenangan itu memang ada saat nya untuk dijadikan bahan sebagai pengantar dalam setiap perbincangan, kenangan itu menjadi pembelajaran yang sangat berarti dan pantas untuk dikenang.

Nostalgiaku dengan uty kali ini begitu serius, serius sekali hingga pelepuh air mata jatuh dari matanya. Dia terbawa suasana ombak nostalgia ini. Dia begitu kesepian dan begitu merindukan hadirnya soulmate, bahkan dia begitu menahan rasa sayang yang sulit dia ungkapkan. Ketika dia mengungkapkan maka dia takut kehilangan seorang sahabatnya. 

Kecerdasaan intelektualnya memang tidak diragukan lagi, gelar dokter keluarga sudah di raihnya. Namun cinta dan kasih sayang itu tidak bisa diraihnya karena tembok persahabatan dan tidak berani nya mengungkapkan yang menjadi duri pengganjal dipikirannya.

“seandainya waktu bisa kuputar kembali dan aku diberikan waktu untuk kembali ke masa lalu, mungkin aku tidak akan memilih keruangan osis itu dan tidak bertemu denganmu”

Kata-kata itu keluar dari mulut manis yang dari tadi mencoba bercerita dan bernostalgia bersama ku.

“loh kenapa ty?” tanyaku tak bersalah
“ kamu masih nanya kenapa? Aku tuh nunggu ber, nunggu… nunggu emailmu, nunggu jawaban panggilan dari mu, dan aku tuh ke Surabaya itu cuman ingin nunggu kamu dan nunggu kamu nepatin janji” jawab uty yang kali ini pipinya sudah basah oleh air matanya.

aku masih saja seolah tak bersalah, aku hanya takut aku berharap lebih, kamu itu pintar cerdas, cantik dan dari orang yang tegolong sukses. Sedangkan aku apa? Aku hanya kalangan bandit di sekolah yang baru kamu sadarkan lewat buku kimia itu. Jikalau kamu diberi waktu untuk kembali ke masa lalu dan kamu lebih memilih untuk tidak bertemu dengan aku, mungkin sekarang aku hanyalah seoarang yang super bandel dan yang hanya bisa menjadi kasir serta operator photocopy punya bapakku. Kamu ty yang sudah mengubah hidupku. Kamu yang meyakinkan aku, dan kamu yang sukses membuat aku menjadi seorang peneliti muda di laboratorium. Tapi aku memang sadar, aku  juga takut bilang bahwa aku itu sayang sama kamu wanita berhati bidadari. Aku lebih takut kehilangan kamu saat itu sehingga aku membangun tembok persahabatan untuk bisa memilikimu selamanya. Tapi aku salah. Aku sudah kehilangan kamu selama 7 tahun.

Air mata itu memang sudah tak terbendung, aku hanya menatap dia dan duduk bersila di hadapan dia. Ombak malam itu tidak menenangkan dia. Tapi mungkin hanya aku yang akan menenangkan dia.

Perlahan aku mencoba mengusap air matanya, kulit mulusnya di pipinya itu perlahan aku usap. Dingin nya eropa mungkin berhasil membekukan kerinduan mu dan isi hatimu, tapi kamu sekarang di iklim tropis yang seolah mencairkan semuanya perlahan termaksut pertemuan kita saat ini sudah membuat hatimu meleleh dan melepaskan semua isi di hatimu.

Kini aku hanya bisa menatapmu dari sini, mengusap pipimu dan mencoba menenangkan tangismu yang semua itu terjadi karena seseorang yang sangat kau kenal yaitu aku.

“kamu kenapa bisa lupa dengan janji mu ketika kelulusan itu. Kamu pernah janji kan dimana pun kita kuliah, ketika lulus kita harus pergi ke mas ambon untuk minum kopi yang pertama kita minum waktu itu, kopi yang kita nikmati berdua bahkan bukan berdua tapi segelas berdua. 7 tahun aku menantikan itu ber, aku konsen kuliah dan ingin cepat selesai supaya aku bisa ketemu dengan kamu lagi ber. Aku gak betah di jerman, aku gak betah kalau gak ada kamu.” Dengan pipi yang masih belum kering karena air mata dia berucap.

Aku masih terdiam, terpaku dengan tangan yang masih mencoba mengusap air matanya itu.


Sudah terlalu lama aku tidak melihatnya, melihatnya tersenyum dan tertawa lepas disetiap bahasan yang kadang itu tidak lucu. Kini aku melihat dia menangis, tangisan rindu yang mendalam. 

Sampai Jumpa Malam Minggu Depan Gais... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar