Sabtu, 01 Agustus 2015

Agustus dan Pahitnya Espresso


Hhai agustus, 

assalamualaikum


be nice please…

Agustus datang, taraaaaa….

Beberapa waktu kini berlalu, antara kamu dan aku masih dalam belenggu, kenapa ini begitu lugu. Oh  bukan ini hanya dagelan lucu yang memang sudah menjadi masa lalu. Agustus, bulan purnama itu datang. Tepat diatas kepalaku, beribu bintang bertabur menghiasi agustus yang tidak lagi hujan. Sinar purnama itu menyembuhkan ku. Sejak kapan aku terluka? Bahkan bekas luka itu tidak terlihat, bekas benang fibrin yang menyulam luka itu juga tak ada.

Kamu masih disitu kah?

Aku tidak bisa melihatmu lagi, kita tidak lagi dalam labuhan yang sama. Purnamamu dan purnamaku sudah berbeda. Bintang dan mimpimu pun juga berbeda. Aku mencoba menceritakan disini. Semua itu berlalu. Harapan – kesedihan – luka – lara – bahkan tangis yang membasahi pipi manismu itu, sudah tak kulihat. Mereka lewat. Layaknya luka yang akan sembuh dengan sendirinya, atau hanya kesepakatan kita untuk membiarkan luka itu sembuh sendiri.

Tidak harus ada pertemuan?

Aku bahkan lupa kapan terakhir kali kita bertemu dalam satu bingkai yang sama, yang hanya aku ingat sekarang hanyalah secangkir kopi yang masih panas di depanku. Semua menjadi kenangan, bahkan beberapa orang mencoba untuk merapikan kenangannya. Sedangkan agustus ini tak mau kubuang lagi waktu ku. Hanya untuk menunggu.

Kamu pasti tau rasa manis itu gak selalu baik kan. Bahkan takaran yang tidak pas akan membuatmu sakit, bahkan ras manis itu akan menutupi rasa pahit dari kopi yang sudah kita nikmati. Lagi-lagi pahit sudah ku bilang tak selamanya tidak asik. Pait itu membuat kita tetap terjaga.

Kamu dimana? Masih kan kamu terjaga disana? Atau sudah lupa akan arti terjaga menjaga mimpi dan harapan kita agar tetap hidup.

Aku berjalan melewati orang lalu lalang satu demi satu terlewati. Aku menikmati kopi ini dalam sebuah kedai yang baru aku datangi. Disini tak begitu ramai dengan pasang mata, seperti kedai kita waktu itu. Disini hanya beberapa pasang mata saja yang sengaja menikmati malam purnama di awal agustus.

Masih ingat kah?

Ada yang dan ada yang pergi, gak tau pergi kemana, yang jelas menentukan pilihannya walaupun mereka gak punya pilihan. Semua akan berlalu, ada yang datang dan pergi, ada yang hadir adapun yang mulai hengkang. Akan ada yang melepas namun terkadang tidak harus menerimanya, bahkan menjadi logam mulia golongan 8 yang memiliki ikatan kovalen sempurna membuat mereka nyaman, nyaman sendiri bebas bahkan tak harus memilih. Layaknya sebuah pilihan itu adalah secangkir kopi yang ada berdekatan dengan gula, tinggal kita yang mimilih menambahkan gula itu seberapa, atau kita tinggalkan gula itu karena terlalu banyak kita nikmati janji manis? Yang jelas janji manis tidak akan bereaksi dengan metabolism dalam darahmu, namun itu akan membuat kacau kinerja aliran darahmu.

Espresso ini sangat pas untuk malam ini, dengan beberapa bolpoint dan pocket bookku dibawah purnama. Aku sudah cukup lelah menghadapi jalan yang berparikel dengan gas-gas rumah kaca bertebaran melambung serta melayang-layang di hadapanku, sehingga mata ini mulai teriritasi.

Musollah kecil dan air wudhu di kedai ini sedikit mengobati keresahan dari jalan yang padat kulalui tadi. Duduk di meja dengan kursi yang cukup unik di kedai ini dan diiringi oleh beberapa lagu dari alunan soundsytem yang menggantung di sudut-sudut ruangan sedikit memberikan inspirasi dan membantu melepas penat yang sudah memuncak.

Agustus ini memang begitu special, karena dengan kesendirian ini membantuku lebih menikmati agustus tanpa harus bertele-tele dengan harapan dan menunggu hal yang tak menentu. Yang jelas ini special. Aku tak perlu pusing melihat nominal-nominal lagi. Kini sangat special. Beberapa agustus tahun lalu aku banyak beraharap dan ditutup dengan hasil dari  sebuah perjuangan. Kemudian di penghujung agustus itu aku sudah mendapatkan apa yang aku dapatkan lebih besar dan indah, yang ketika yang kita minta itu datang tepat pada waktunya.

Agustus memang pembelajaran untuk menjalani setiap hari dalam hidup dengan sederhana dan bahagia. Cukup bahagia dengan apa yang kita rasa cukup. Bahkan kamu yang sudah tak  lagi ada kabar aku tetap menunggunya, bagi ku itu sederhana.

Sedikit penantian itu adalah proses kesabaran. Tidak terlalu mengada-ada keadaan dan tidak begitu alay dalam mengungkapkan perasaan. Karena pada dasarnya kita pasti akan ditertawakan namun beberapa orang akan melihat dan akan memberikan sebuah senyuman ketulusan.

Kita akan tau kapan kita berhenti menunggu dan bergerak maju, kita yang akan tau kapan kita akan melangkah lagi, karena kaki ini masih kuat untuk melaju namun kaki ini menghargai setiap penantian itu adalah sedikit tindakan yang mampu membawa ke jalan selanjutnya, karena melangkah itu punya tujuan bukan kita melangkah untuk meninggalkan. Kita melangkah untuk melihat dunia.

Tak ada kata lelah karena agutus ini menfasilitasi  kamu dengan purnama dan ribuan bintang yang akan membawamu jauh dari arti kemenangan, yaitu ketenangan.

Sedikit obrolan kita di waktu lampau cukup membuat kita tau bahwa kita kemarin masih datang tepat waktu sekedar bercerita bertukar obsesi dan merangkum kisah selama kita tidak bertemu. Indahnya jerman, cantiknya Makassar, bahkan depok yang sudah mendidik kita menjadi saksi bahwa kaki kita kuat betumpu dan terus maju, mata kita masih kuat untuk tejaga dan merangkai cerita baru yang akan kita ceritakan di waktu kita bertemu kembali. Entah itu untuk kembali atau hanya sebatas pertemuan biasa tanpa cerita yang satu sama lain menggapnya menarik.
“selamat agustus ber, kamu disana baik-baik ya, kejar mimpi kamu, jangan berhenti, karena disaat kamu berhenti kamu akan tertinggal dengan yang lain, kamu tetap fokus ya, kamu harus tetap menjaga apa yang sudah kamu punya dan meningkatkan apa yang sudah kamu dapat” (2009)
Ucapan dari benua biru itu ku terima agustus beberapa tahun mundur dari sekarang, namun tidak pernah ku balas, hanya masuk dalam inbox pesan pribadi di email dan entah kenapa terselip di spam. Yang jelas aku menerka kalimat sederhana itu bahwa disaat aku berhenti aku akan tertinggal, bahkan disaat berhenti aku hanya mencoba mencari tau jalan yang akan harus tempuh selanjutnya, ini bukan berpolitik dengan waktu, karena waktu itu akan terus tereduksi. Fokus adalah bagian terpenting, namun sedikit menanti adalah cara tetap untuk menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dalam strategi kita.
“selamat ulang tahun cit, kamu hebat pokoknya, kamu yang gak pernah menyerah, kamu yang terus berjuang, dan kamu yang banyak mengajarkanku apa itu berjalan dan melangkah kedepan. Aku harap memang kamu” (2012)
Beberapa kalimat yang datang dari kota jogja itu membuatku waktu itu benar-benar merasakan bahwa aku tidak sendiri. Itu adalah semangat yang tak berujung dan terus membara, dimana aku belajar dan terus belajar, berjuang mesti di caci dan di jatuhkan. Berjuang itu bukanlah guyonan nyentrik yang semua orang bisa tuliskan dalam catatannya, berjuang itu adalah mengenal dan menjaga langkah kaki dengan ritme dan penuh nada. Karena berjuang itu bukan lah makian yang harus kamu ungkapkan dengan mulut, berjuang itu adalah habbit. Kota depok yang membesarkan jiwa ku untuk lapang dada melihatmu menjauh dan pergi tanpa kembali mengucapkan sepatah kata pun, hanya tindakan. Pergi!!
“selamat ulang tahun mas, semoga kamu makin keren dan gombal nya makin jago ya, mas jangan suka ngilang, karena mas bukan siluman mimpi yang hanya bisa mimpi, aku yakin mas bisa ngewujudkan mimpi mas yang super keren itu” (2014)
Tak akan lari mimpi bila dikejar, karena mimpi adalah teman baik sebuah perjuangan, dimana slogan kontingen nya adalah hasil tak akan menghiati perjuangan. Begitu banyak yang ku kenal dan ku coba kenal dengan sengaja, malah waktu itu kamu datang dengan ketidaksengajaan dan senyumanmu hampir membuatku lupa bahwa kopi ini pahit. Namun kamu adalah ketidak sengajaan yang aku temukan didalam kerumunan masyarakat bugis dimana suku jawa adalah minoritas. Anggun cerdas dan sederhana yang membuat ku sedikit terpapras menjadi sangat teduh hanya dengan menikmati lantuanan live music dan cappuccino itu.

Lantas ini bukan lah akhir dari perjuangan karena semua itu sudah berlalu menjadi sebuah baris deretan kalimat yang layak untuk di perdengarkan. Tantangan demi tantangan, kaki yang sudah mulai melangkah menemukan jalan, bahkan aku tau jalan itu tak begitu lurus, eletron di otak sudah mulai bertabrakan dan menghubungkan syaraf sehingga menghasilkan adrenaline untuk siap, siapa apa? Sedangkan didepanku hanya ada secangkir kopi dan diatasku ada purnama setelah itu bintang yang bertaburan.

Kapal ini baru saja meninggalkan labuannya, berlayar dan memaknai ombak yang begitu kencang itu. Menjadikan tantangan yang nyata, gemerlap bintang dan purnama pasti akan dirasakan di hamparan samudra luas. Yang jelas aku berterima kasih kepada agustus sebelumnya yang menghiasinya dengan rasa.

Espresso ini masih menemaniku, menikmati malam minggu yang begitu sahdu. Aku tersenyum
Seseorang datang untuk pergi, kemudian mencari alasan. Pahit bukan?
Aku coba menambahkan gula agar sedikit manis.
Tidak untuk mencari alasan, karena alasan itu adalah pergi.
Jika cinta adalah anugrah dan fitrah? Kenapa kita dipertemukan untuk patah dan ditinggal pergi dengan banyak alasan?

Tidak seteoritis itu cinta, karena cinta adalah rasa, dimana kamu harus mengerti bahwa ada hikmah dibalik itu semua. Jika kamu tidak memilih pergi, bersyukurlah karena kamu baru saja membuktikan bahwa fitrah itu bukan teori yang banyak alasan.

Jika dipertemukan kembali kamu akan tahu seberapa jauh kamu membuang waktu dan tidak pernah mensyukuri.

Agustusku, adalah perjuangan yang diharuskan dan dikaruniakan kepadaku.
Be nice please agustus…



see ya next saturday night gais.....

2 komentar:

  1. rasanya saya kenal, beberapa penggalan kalimat di tahun 2014 dan sakti Depok. Lalu pergi ya mas agus! Keep move!

    BalasHapus
  2. dipiw telah kembali.. yeay.. ada temen ngeblog

    BalasHapus